Claim Missing Document
Check
Articles

Penentuan Sektor Kunci Pembangunan Pertanian Indonesia: Pendekatan Input Output Nasional 2005 Rini Dwiastuti; Nuhfil Hanani; Reza Wibisono
Agricultural Socio-Economics Journal Vol 8, No 1 (2008)
Publisher : Socio-Economics/Agribusiness Department

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (316.101 KB)

Abstract

Penentuan sektor kunci pembangunan pertanian penting untuk dilakukan karena pertanian memiliki kontribusi terhadap perekonomian nasional sebesar 13,01% dan  berfungsi untuk ketahanan pangan dan penyedia bahan baku industri. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis keterkaitan yang menggunakan indeks daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan dari  matriks pengganda dalam Tabel I-O. Matriks pengganda merupakan matriks kebalikan (inverse matriks) yang pada prinsipnya digunakan sebagai suatu fungsi yang menghubungkan permintaan akhir dengan tingkat produksi output. Berdasarkan hasil analisis diperoleh tujuh sektor  produksi dari tiga subsektor pertanian yang merupakan sektor kunci, karena memiliki nilai BL dan FL di atas rata-rata keterkaitan seluruh sektor pertanian.  Dari subsektor tanaman pangan yaitu sektor produksi padi, dari sebsektor perkebunan yaitu karet, tebu, kelapa sawit, dan tanaman perkebunan lainnya. Kemudian dari subsektor peternakan yaitu ternak dan hasil-hasilnya kecuali susu segar, serta unggas dan hasil-hasilnya. Melalui penelitian terhadap hubungan keterkaitan sektoral ini dapat diketahui ketangguhan suatu sektor dalam mempengaruhi sektor lainnya untuk berpartisipasi aktif dalam perekonomian Indonesia. Namun dengan keterbatasan yang dimiliki analisis IO maka sektor kunci ini tidak dapat digunakan sebagai pertimbangan kebijakan jangka panjang. Oleh karena itu pembangunan pertanian tidak bisa menggantungkan pada sektor kunci secara terus-menerus namun justru harus menumbuhkembangkan potensi sektor lainnya, sehingga sektor pertanian kelak bisa menjadi sektor kunci pembangunan nasional secara keseluruhan, bukan hanya secara parsial. Kata kunci: sektor kunci, keterkaitan kebelakang, keterkaitan kedepan, analisis input output
Pemetaan Ketersediaan Pangan Tingkat Kecamatan Di Kabupaten Trenggalek Alia Fibrianingtyas; Nuhfil Hanani; Rosihan Asmara
Agricultural Socio-Economics Journal Vol 13, No 1 (2013)
Publisher : Socio-Economics/Agribusiness Department

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (372.42 KB)

Abstract

Kabupaten Trenggalek merupakan salah satu sasaran pengembangan wilayah di bagian selatan Jawa Timur, karena selain memiliki keunggulan dalam sektor pertanian, Kabupaten Trenggalek memiliki potensi-potensi sumber daya alam yang cukup besar. Namun kenyataannya, perkembangan sektor pertanian di Kabupaten Trenggalek belum mampu berperan secara optimal dalam peningkatan perekonomian wilayahnya. Hal ini ditunjukkan dengan masih rendahnya tingkat pendapatan penduduk. Maka pemerintah daerah setempat berupaya untuk andil dan ikut serta guna mewujudkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005 hingga 2025.  Tujuan dari penelitian ini adalah membuat peta ketersediaan pangan tingkat kecamatan di Kabupaten Trenggalek dalam rangka memantapkan program pembangunan pangan nasional, dimana ketahanan pangan sebagai fokus perhatian. Dari hasil penelitian mengenai pemetaan ketersediaan pangan tingkat kecamatan di Kabupaten Trenggalek ini, terdapat delapan kecamatan yang tergolong kedalam kategori V (sedikit tersedia). Delapan kecamatan tersebut antara lain Kecamatan Panggul, Kampak, Gandusari, Pogalan, Munjungan, Watulimo, Dongko dan Trenggalek.   Kata kunci: Pembangunan pangan nasional, ketersediaan pangan, pemetaan
THE ROLES OF RURAL INSTITUTIONS ON FOOD SECURITY POLICY IN EAST JAVA PROVINCE INDONESIA Nuhfil Hanani; Rosihan Asmara; Fahriyah Fahriyah; Sujarwo Sujarwo
Agricultural Socio-Economics Journal Vol 16, No 3 (2016)
Publisher : Socio-Economics/Agribusiness Department

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (366.58 KB)

Abstract

This study has two main objectives, which are to identify rural institutions and their roles for supporting the implementation of food security policy in East Java Province and to formulate the model of rural institutions to enhance food security in the village level. This study was conducted on February 2012 in six regencies, which represented different food insecurity level in each locations. Primary data were collected by participatory rural appraisal method involving administrators of rural institutions. Descriptive analysis is used to describe rural institutions and their roles on food security implementation. Gap analysis is used to formulate the model to increase the roles of institutions on food security policy. It can be concluded that there are six potential rural institutions supporting food security in village level, which are women farmers’ group, farmers’ group, farmers’ group association, family welfare institution (PKK), rural cooperative, and food barn institution. Farmers’ group, farmers’ group association, and food barn institution potentially support food availability. Meanwhile, on accessibility aspect, farmers’ group, farmers’ group association, rural cooperative, and food barn institutions provide sufficient strength on this role. The last aspect on food security is food utilization. This aspect will be well supported by family welfare institution (PKK) and women farmers’ group. Finally, the institutional form in the village level fostering all aspect of food security is rural food team or TPD (Tim Pangan Desa).
Estimasi Fungsi Biaya Pada Usaha Pembuatan Chip Ubi Kayu Sebagai Bahan Baku Mocaf (Modified Cassava Flour) Nuhfil Hanani; Anita Rahmi
Agricultural Socio-Economics Journal Vol 11, No 2 (2011)
Publisher : Socio-Economics/Agribusiness Department

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (310.134 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengestimasi fungsi biaya jangka pendek untuk menemukan bentuk dan penempatan kurva biaya dari usaha pembuatan chip ubi kayu sebagai bahan baku pembuatan MOCAF,  (2) menganalisis besarnya volume produksi pada tingkat penggunaan biaya produksi rata-rata terendah, (3) menganalisis besarnya volume produksi yang menghasilkan keuntungan maksimum. Pendugaan fungsi biaya menggunakan analisis regresi antara biaya total yang dikeluarkan produsen chip sebagai variabel terikat (dependent) dan besarnya output yang diperoleh sebagai variabel bebas (independent) dengan menggunakan data cross section. Pengolahan data menggunakan SPSS (Statistical Program for Social Science). Dari fungsi biaya yang terbentuk berdasarkan estimasi akan diketahui besarnya biaya variabel rata-rata terendah (AVC) pada saat nilainya sama dengan biaya marjinal (MC). Selanjutnya menggunakan analisis keuntungan maksimum sehingga diketahui besarnya produksi yang menghasilkan keuntungan maksimum. Hasil pendugaan fungsi biaya dengan analisis regresi kuadrat terkecil menunjukkan bahwa biaya dalam usaha pembuatan chip ubi kayu sebagai bahan baku MOCAF membentuk fungsi biaya kubik dimana TC= 34942,053 + 2983,603Q − 1,190Q2 + 0,001Q3 dengan R2 99,30%. Produksi chip dengan biaya rata-rata (AVC) terendah per kilogram tercapai pada saat volume output 595 kg chip. Keuntungan maksimum yang dapat diperoleh produsen chip per proses produksi berdasarkan  fungsi biaya hasil estimasi sebesar Rp 309.791,70 pada volume output sebesar 839,548 kg.Kata kunci: estimasi fungsi biaya,biaya variabel rata-rata, keuntungan maksimum, mocaf
Tipologi Kecamatan Berdasarkan Ketersediaan Pangan Di Kabupaten Trenggalek Nuhfil Hanani; Rosihan Asmara; Anfendita Azmi Rachmatika
Agricultural Socio-Economics Journal Vol 12, No 3 (2012)
Publisher : Socio-Economics/Agribusiness Department

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (388.147 KB)

Abstract

Untuk memudahkan pengambil kebijakan di daerah setempat guna pemerataan pemenuhan konsumsi pangan masyarakat diperlukan adanya suatu pengklasifikasian daerah berdasarkan pada ketersediaan pangan. Dengan adanya pengklasifikasian tersebut, daerah yang ketersediaan pangannya tergolong kurang atau lebih terhadap spesifik zat gizi tertentu akan dapat digolongkan ke dalam beberapa kelompok tersendiri. Dari hasil analisis, dideskripsikan keadaan ketersediaan pangan di masing-masing kecamatan. Keadaan wilayah yang berbeda-beda pada tiap kecamatan menyebabkan ketersediaan bahan makanan memiliki variasi tersendiri. Jika dilihat secara garis besar, ketersediaan bahan makanan paling tinggi pada tiap kecamatan terdapat pada kelompok padi-padian serta makanan berpati. Dari hasil analisis klaster, akhirnya dapat dibagi lima buah pengelompokkan, diantaranya adalah: klaster 1 (sentra serealia dan peternakan) yang beranggotakan Kecamatan Panggul, Munjungan, Watulimo, Kampak, Dongko, Gandusari dan Pogalan; klaster 2 (sentra sayuran, susu sapi, dan tanaman pangan) yang hanya beranggotakan Kecamatan Pule; klaster 3 (sentra telur dan tanaman pangan) yang beranggotakan Kecamatan Karangan, Durenan, dan Trenggalek; klaster 4 (sentra serealia, hortikultura, dan peternakan kompleks) yang beranggotakan Kecamatan Suruh dan Bendungan; serta klaster 5 (sentra tanaman pangan) yang hanya beranggotakan Kecamatan Tugu.   Kata kunci: ketersediaan pangan, Kabupaten Trenggalek, analisis klaster
Analisis Tingkat Daya Saing Ekspor Buah-Buahan Indonesia Nuhfil Hanani; Rachman Hartono; Luh Putu Ayu Ratnadi
Agricultural Socio-Economics Journal Vol 9, No 1 (2009)
Publisher : Socio-Economics/Agribusiness Department

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (140.29 KB)

Abstract

Keunggulan komparatif menjadi salah satu faktor yang membantu komoditas buah-buahan Indonesia cenderung memiliki daya saing untuk produk berdasarkan teknologi rendah dan berdasarkan sumber daya alam. Penelitian ini bertujuan menganalisis tingkat daya saing ekspor komoditas buah-buahan Indonesia yang meliputi jeruk, mangga, nenas, pepaya, dan pisang, menggunakan analisis RCA (Revealed Comparative Advantage) dan analisis korelasi Rank Spearman Hasil penelitian ini menemukan (1) Indonesia memiliki tingkat daya saing rendah dalam ekspor lima komoditas buah-buahan ditunjukan dengan nilai RCA total yang masih dibawah 1 (2) posisi tingkat daya saing masing-masing komoditas buah-buahan unggulan Indonesia secara berurutan dari yang terendah adalah jeruk, pepaya, mangga, nenas, dan pisang (3) Indonesia memiliki rata-rata RCA ekspor lima komoditas buah-buahan terendah dibandingkan Malaysia, Philipina, dan Thailand. RCA komoditas buah-buahan Indonesia memiliki korelasi dengan RCA Malaysia, Philipina, dan Thailand.   Kata kunci : tingkat daya saing, buah-buahan Indonesia
Analisis Usaha Dan Kelayakan Agroindustri Minuman Sari Buah Apel Nuhfil Hanani; Abdul Aziz Hanafi
Agricultural Socio-Economics Journal Vol 12, No 1 (2012)
Publisher : Socio-Economics/Agribusiness Department

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (259.951 KB)

Abstract

Agroindustri ini mengolah buah apel menjadi minuman yang disebut sari buah apel. Agroindustri minuman sari buah apel mempunyai potensi untuk dikembangkan dan mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang cukup banyak yang diharapkan mampu meningkatkan pendapatan rumah tangga pembuat minuman sari buah apel sendiri dan pendapatan masyarakat sekitar Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mengetahui besarnya biaya, penerimaan dan keuntungan usaha agroindustri minuman sari buah apel.  (2) Mengetahui besarnya tingkat kelayakan usaha agroindustri minuman sari buah apel.  Hasil perhitungan dari penelitian ini menujukkan bahwa total biaya untuk satu kali proses produksi minuman sari buah apel mencapai Rp 5.341 per produksinya, keuntungan yang diperoleh rata-rata mencapai Rp 26.100, sedangkan perhitungan R/C rasio usaha minuman sari buah apel di Koperasi Usaha Mandiri Lestari Makmur menunjukkan angka  >1, yaitu sebesar 1,077 dan Break Event Point (BEP unit) didapat nilai sebesar 4 kardus (yaitu 2 kardus kemasan 100 ml dan 2 kardus kemasan 165 ml), sehingga dapat disimpulkan bahwa usaha agroindustri minuman sari buah apel di Koperasi Usaha Mandiri Lestari Makmur layak untuk dikembangkan. Kata kunci: Agroindustri Minuman Sari Buah Apel, Total Biaya, Penerimaan dan   Keuntungan, R/C rasio, Break Event Point
Analisis Keunggulan Komparatif Dan Kompetitif Usahatani Apel Di Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang Dwi Retno Andriani; Nuhfil Hanani
Agricultural Socio-Economics Journal Vol 10, No 1 (2010)
Publisher : Socio-Economics/Agribusiness Department

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (320.327 KB)

Abstract

Hasil penelitian mengemukakan bahwa Keunggulan komparatif usahatani apel di Kecamatan Poncokusumo lebih besar daripada keunggulan kompetitifnya yaitu dengan nilai Koefisien Biaya Sumberdaya Domestik harga sosialnya adalah 0,236 dan Koefisien Biaya Sumberdaya Domestik harga aktualnya sebesar 0,793. Keunggulan kompetitif yang rendah menyebabkan komoditas apel lokal sulit menembus pasar ekspor serta menimbulkan banyaknya apel impor di  pasar domestik, sehingga menyebabkan turunnya harga apel yang berakibat menurunnya pendapatan dan keuntungan produsen apel lokal. Divergensi kebijakan pemerintah yang terjadi pada input, output maupun input-ouput masih merugikan petani apel. Pada input, divergensi mengakibatkan petani harus membayar harga input tradabel lebih mahal dari yang seharusnya dengan indikator positifnya nilai transfer input (Rp 6.621.395) dan Nominal Coefficient on Input lebih dari satu (1,08). Divergensi dan kebijaksanaan pada output menyebabkan petani  menerima harga yang lebih rendah dari yang seharusnya dengan indikator negatifnya output transfer (- Rp 413.691.246) dan  Nominal Coefficient on Output kurang dari satu (0,38). Hal ini berimplikasi pada harga domestik menjadi lebih rendah dari harga impor atau ekspor dan tidak adanya proteksi pada sistem usahatani apel di Kecamatan Poncokusumo. Dampak divergensi dan kebijaksanaan pada input-output secara keseluruhan merugikan  petani karena  usahatani ini belum menguntungkan karena masih memerlukan  proteksi, petani menerima keuntungan lebih rendah dari yang seharusnya dengan indikator negtifnya transfer output, Effective Protection Coefficient kurang dari satu (0,28), dan Subsidy Ratio to Producer kurang dari 1(-0,62) Perubahan nilai rupiah terhadap dollar, harga output, harga input tradabel, harga input domestik dan tingkat bunga berpengaruh terhadap tingkat keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif usahatani apel. Tingkat keunggulan komparatif dan kompetitif akan meningkat jika terjadi terdepresiasinya nilai tukar rupiah terhadap US $, kenaikan harga ouput, penurunan harga input tradabel dan domestik, dan penurunan tingkat bunga. Sedangkan  turunnya tingkat keunggulan komparatif dan kompetitif diakibatkan oleh terapresiasinya nilai tukar rupiah terhadap US $, penurunan harga output, kenaikan harga input, dan kenaikan tingkat bunga
Perencanaan Strategis Pengembangan Unit Sapi Perah Kud Turen Dengan Metode Balanced Score Card Sujarwo Sujarwo; Nuhfil Hanani; Rhinda Astitya Zubaidah
Agricultural Socio-Economics Journal Vol 10, No 2 (2010)
Publisher : Socio-Economics/Agribusiness Department

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (355.475 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menganalisis faktor internal dan eksternal unit sapi perah KUD Turen, (2) Menganalisis faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi unit sapi perah KUD Turen dan (3) Merumuskan perencanaan strategis untuk pengembangan unit sapi perah KUD Turen. Data keuangan dianalisis menggunakan analisis rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, aktivitas dan perhitungan Growth in Revenue. Metode lain dalam penelitian ini adalah Balanced Score Card. Faktor internal yang menjadi kekuatan antara lain tingkat penambahan unit sapi perah, pendidikan karyawan mayoritas SMA dan jumlah karyawan pelaksana SOP sebesar 85%, peralatan operasional sesuai SOP, kualitas produk susu segar pada grade A dan harga beli di tingkat peternak yang tinggi dibandingkan pengepul. Kelemahan dari unit sapi perah adalah jumlah karyawan yang masih kurang, partisipasipan pelatihan SOP < 80%, biaya operasional susu segar tinggi, tidak ada transportasi pendingin, masa simpan susu pasteurisasi rendah dan kurangnya promosi terhadap produk susu segar dan pasteurisasi. Peluang dari unit sapi perah adalah adanya kebijakan pemerintah (revolusi putih), loyalitas pelanggan susu segar KUD Turen, serta belum adanya produk susu pasteurisasi di Kecamatan Turen. Sedangkan ancaman yang dihadapi adalah kebijakan pemerintah tentang tarif impor susu sebesar 5%, semakin menurunnya peternak sapi perah, serta terdapatnya pedagang pengepul susu. Strategi pengembangan usaha yang dapat diterapkan oleh unit sapi perah KUD Turen adalah strategi yang mendukung kebijakan pertumbuhan dengan integrasi horisontal. Inisiatif strategis yang dapat dilakukan oleh unit sapi perah adalah: pada perspektif pembelajaran dan pertumbuhan dapat melakukan dialog dan pendekatan guna bekerjasama dengan institut pendidikan tentang pemasaran dan tekhnologi. Pada perspektif proses bisnis internal dengan pengoptimalan produksi susu pasteurisasi, menambah unit transportasi dan penggantian mesin olah sederhana dengan mesin UHT. Pada perspektif pelanggan menjaga kualitas susu segar dan meningkatkan kualitas susu pasteurisasi. Pada perspektif keuangan adalah pengoptimalan promosi dan penggunaan distributor dalam pemasaran susu.Kata kunci : Susu sapi perah, Koperasi, Balanced Score Card, Faktor Eksternal dan Internal 
COMPARATIVE AND COMPETITIVE ADVANTAGES ANALYSIS OF CASSAVA, CASE IN SIMALUNGUN DISTRICT, NORTH SUMATERA PROVINCE, INDONESIA Junnia Pramesthia Putri; S Suhartini; Nuhfil Hanani
Agricultural Socio-Economics Journal Vol 19, No 1 (2019): JANUARY
Publisher : Socio-Economics/Agribusiness Department

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.agrise.2019.019.1.2

Abstract

Abstract: This study aims to analyze the competitive advantage and comparative advantage of cassava in Simalungun Regency, North Sumatera Province, which will be focused on increasing the production more better and more diversified through the approach of cassava farming activities. This context, based on the demand side of cassava commodity that is feasible to be developed by increasing its production in order to influence the level of income that will be received by farmers. This paper is proposed to: (a) analysis of farming both financially and economically, (b) comparative and competitive analysis, (c) to formulate the interim policy assumption of both advantages. Result of Matrix Policy Analysis Method (PAM), indicating that both of these commodities has a comparative and competitive advantage, shown by the ratio of DRC and PCR less than 1. Calculation shows DRC for cassava equal to 0.259. PCR of cassava farming is 0.66. This value means that cassava farming in Simalungun district can be said to have superiority comparative and competitive advantage. In other words, cassava farming at more research sites more better to be produced domestically rather than imported.
Co-Authors Abdul Aziz Hanafi Abdul Wahib Muhaimin Abdul Wahib Muhaimin Abdul Wahib Muhaimin Abdul Wahib Muhaimin Agil Narendar Agil Narendar Alfianti, Cahyatika Alia Fibrianingtyas Amelia Annisahaq Anfendita Azmi Rachmatika Anfendita Azmi Rachmatika Anita Rahmi Arief Joko Saputro Arifin Zainul Aris Sulistyono Asyarif, Muhammad Idris Bambang Ali Nugroho Condro Puspo Nugroho Condro Puspo Nugroho Djoko Koestiono Djoko Kustiono Dwi Retno Andriani Dyah Retnani Nurhidayati Elin Karlina Erlangga Esa Buana Fahriyah Fahriyah Fahriyah Fahriyah Fahriyah Fahriyah Fatoni, R.B.Moh Ibrahim Ghea Hapsari Anggraini Hana&#039; Salsabila Hapsari, Triana Dewi Hermansyah, Dhany Hidayah, Rakhimatul Ika Ayu Purwaningsih Imron Fuadi Intan Mega Maharani Irma Audiah Fachrista Jamilah Jihad, Baroroh Nur Joko Mariyanto, Joko Junnia Pramesthia Putri Ke-Chung Peng Luh Putu Ayu Ratnadi M Muslich Mustajab M. Muslich M. M. Muslich Mustadjab Mayang Adelia Puspita Moch. Muslich Mustadjab Mochammad Muslich Mustadjab Murachman - - nFN Bahari Niken Irawati Nikmatul Khoiriyah Nirmala, Arlia Renaswari Noor Rizkiyah Oktavia, Henita Fajar Peersis Dwi Pratiwi Pujiastuti Lestari Putri Daulika Rachman Hartono Ratya Anindita Ratya Anindita Reza Wibisono Rhinda Astitya Zubaidah Rina Suprihati Rini Dwi Astuti Rini Dwiastuti Rini Dwiastuti Rini Dwiastuti Rini Mutisari Rosihan Asmara Rosihan Asmara Rosihan Asmara Rosihan Asmara Rosihan Asmara Rosihan Asmara Rosihan Asmara Rosihan Asmara Rosihan Asmara S Gatot Irianto S Soemarno S Suhartini S Sujarwo S Syafrial S Syafrial S Syafrial S Syafrial Sahri - Muhammad Sari Perwita Rahmanti Setyono Yudo Tyasmoro Setyowati, Putri Budi Soemarno - - Suhartini Suhartini Sujarwo Sujarwo Sujarwo Sujarwo Sujarwo Sujarwo Sujarwo Sujarwo Sujarwo Sujarwo Sujarwo Sujarwo Syafrial Syafrial Syafrial Syafrial Syafrial Syafrial Syafrial Syafrial Syarifatul Istiqomah Wahib Muhaimin Wen-Chi Huang Wen-Chi Huang Wenny Mamilianti Wisynu Ari Gutama Yundari, Yundari Yustisianto Nugroho Zakki Faizin Fitrianto Zulkifli Mantau