Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

Karakteristik Luaran Kehamilan Dengan Ketuban Pecah Dini Di Rsup Dr. Hasan Sadikin Periode Tahun 20132015 Abrar, Nazila Maghfiratul; Handono, Budi; Triyanti, Gita Indah
Jurnal Sistem Kesehatan Vol 2, No 4 (2017): Volume 2 Nomor 4 Juni 2017
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (280.993 KB) | DOI: 10.24198/jsk.v2i4.12499

Abstract

Ketuban Pecah Dini merupakan salah satu permasalahan obstetrik dan merupakan faktor yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas perinatal. 4,5%-7,6% dari seluruh kehamilan di Indonesia mengalami ketuban pecah dini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik luaran kehamilan dengan ketuban pecah dini. Penelitian deskriptif kuantitatif dengan teknik pengambilan data cross sectional yang telah dilakukan sejak bulan Oktober sampai November 2016. Data diambil dari rekam medis pasien ketuban pecah dini di RSUP Dr. Hasan Sadikin tahun 2013-2015. Pengambilan sampel menggunakan metode total sampling dan didapatkan sampel sebanyak 483. Ketuban pecah dini ≥37 minggu kehamilan terjadi 13,9% dari seluruh persalinan. Terjadi paling banyak pada wanita dengan rentang usia 20-35 (77,8%), dan multipara (54,4%). Luaran kehamilan pada ibu paling banyak terdapat hipertensi gestasional yaitu 3,9% pada ketuban pecah dini <6 jam dan 4,3% pada ketuban pecah dini ≥6 jam. Luaran bayi terdapat kejadian asfiksia sedang sebesar 2,6% pada ketuban pecah dini <6 jam dan 5,3% pada ketuban pecah dini ≥6 jam. Karakteristik luaran kehamilan pada ibu dengan ketuban pecah dini adalah tertinggi pada usia 20-35, multipara, dan terdapat kejadian hipertensi gestasional, sementara luaran bayi adalah terdapat asfiksia sedang, dan tidak ada infeksi.Kata Kunci: infeksi neonatus, ketuban pecah dini, luaran kehamilan, tanda vital
PERBANDINGAN KERAPATAN KOLAGEN LIGAMENTUM SAKROUTERINA PADA PASIEN DENGAN DAN TANPA PROLAPS UTERI Silitonga, Intan Renata; Sukarsa, M. Rizkar A.; Pohan, Lasma R.; Armawan, Edwin; Handono, Budi
Majalah Kedokteran Bandung Vol 47, No 4 (2015)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (953.755 KB)

Abstract

Kerapatan kolagen merupakan satu faktor penting dalam kejadian prolaps uteri. Beberapa penelitian menunjukkan pasien prolaps uteri mempunyai kerapatan kolagen ligamentum sakrouterina yang rendah. Penelitian ini bertujuan mengukur perbedaan kerapatan kolagen ligamentum sakrouterina pada pasien dengan dan tanpa prolaps uteri. Penelitian ini adalah penelitian analitik komparatif dengan case control study terhadap 16 pasien prolaps uteri dan 16 pasien tanpa prolaps uteri di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung dan RS jejaring. Bahan penelitian diambil dari ligamentum sakrouterina saat operasi histerektomi lalu dibuat sediaan dengan pewarnaan hematoksilin-eosin dan Masson?s trichrome. Uji kemaknaan menggunakan uji Mann-Whitney. Hasil penelitian didapatkan hubungan bermakna antara kerapatan kolagen dan kejadian prolaps uteri, yaitu kerapatan kolagen pada pasien prolaps uteri lebih rendah (15,3%) dibanding dengan tanpa prolaps uteri (48,75%). Cut-off point kerapatan kolagen ligamentum sakrouterina untuk prediksi prolaps uteri adalah ? 30%; sensitivitas 93,8%; spesifisitas 87,5%; dan akurasi 90,6%. Simpulan penelitian ini adalah bahwa kerapatan kolagen ligamentum sakrouterina pada pasien prolaps uteri lebih rendah dibanding dengan pasien tanpa prolaps uteri. Cut-off point kerapatan kolagen ligamentum sakrouterina yang dapat memprediksi prolaps uteri adalah ? 30%. [MKB. 2015;47(4):212?7]Kata kunci: Kerapatan kolagen, ligamentum sakrouterina, prolaps uteriThe Comparison of Uterosacral Ligament Collagen Density in Patients with and without Uterine ProlapseAbstractCollagen density is one important factor in uterine prolapse. Several studies has shown that uterine prolapse patients have lower uterosacral ligament collagen density. The purpose of this study was to reveal the uterosacral ligament collagen density differences in patients with and without uterine prolapse. This case control study was an analitic comparative research of 16 uterine prolapse patients and 16 patients without uterine prolapse who underwent hysterectomy in Dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung and its networking hospitals during November?December 2008. Uterosacral ligament was sampled and then stained using HE and Masson?s trichrome staining. The significance of the result was analyzed using Mann-Whitney. The study found a significant correlation between collagen density and uterine prolapse, with the collagen density of uterine prolapse patients was lower (15.3%) than patients without uterine prolapse (48.75%). The uterosacral ligament collagen density cut-off point in predicting women having uterine prolapse was ?30%; with 93.8% sensitivity, 87.5% specificity, and 90.6% accuracy. The conclusion of this study is that uterosacral ligament collagen density in patients with uterine prolapse is lower (15.3%) than patients without uterine prolapse (48.75%). The uterosacral ligament collagen density cut-off point in predicting a women having uterine prolapse is ?30%. [MKB. 2015;47(4):212?7] DOI: 10.15395/mkb.v47n4.624
Pengaruh Pemberian Vitamin D3 terhadap Kadar Reactive Oxygen Species (ROS) pada Sel PHM1-41 yang Mengalami Hipoksia Aziz, Muhammad Alamsyah; Krisnadi, Sofie Rifayani; Setiabudiawan, Budi; Handono, Budi
Majalah Kedokteran Bandung Vol 50, No 3 (2018)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15395/mkb.v50n3.1408

Abstract

Kelahiran preterm (kurang bulan) merupakan salah satu penyebab kematian bayi yang hingga kini menjadi permasalahan di seluruh dunia. Salah satu mekanisme patofisiologis yang menyebabkan kelahiran kurang bulan adalah aktivitas sumbu hipotalamus-pituitari-adrenal (HPA) pada ibu dan janin. Stres maternal biologis berupa hipoksia merupakan salah satu penyebab terjadi mekanisme kelahiran kurang bulan melalui jalur aktivasi sumbu HPA ibu dan sebagai respons terhadap reactive oxygen species (ROS).  Vitamin D3 sebagai salah satu sumber ion Ca2+ dibutuhkan untuk mekanisme kontraksi dan relaksasi otot halus miometrium. Selain itu, vitamin D diduga berpengaruh terhadap kerja sumbu HPA. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penambahan vitamin D3 pada sel lini PHM1-41 yang menjadi model in vitro dari kontraksi miometrium pada ibu hamil yang mengalami stres hipoksia terhadap kadar ROS intraseluler sel PHM1-41. Penelitian dilakukan di Laboratorium penelitian Aretha Medika Utama, Biomolecular and Biomedical Research Centre dengan kurun waktu penelitian dari bulan Desember 2017 hingga Februari 2018. Sel PHM1-41 yang telah dikultur dengan keadaan hipoksia selama 24 jam diberi penambahan vitamin D3, kemudian diukur kadar ROS intraselulernya. Hasil menunjukkan bahwa kadar ROS menurun signifikan pada kelompok sel yang diberi penambahan vitamin D3 dengan konsentrasi 150 nM dibanding dengan kelompok sel kontrol hipoksia. Hal ini menunjukkan  bahwa penambahan vitamin D3 150 nM memiliki potensi mencegah kelahiran kurang  bulanEffects of Vitamin D3 Treatment on Reactive Oxygen Species (ROS) Level in PHM1-41 Cell Line Experiencing HypoxiaPreterm birth is one of the major global cause of perinatal mortality. One of the pathophysiologic mechanisms leading to preterm birth is the Hypothalamic-Pituitary-Adrenal (HPA) axis activity of mother and fetus.. Maternal biological stress, such as hypoxia condition, is one of the trigger  of preterm birth through the activation of HPA axis as a response to the reactive oxygen species (ROS). Vitamin D3 as a source of Ca2+ ion is needed for myometrium smooth muscle’s contraction and relaxation mechanism. Vitamin D is also thought to strongly influence the HPA axis’s work. The purpose of this study was to determine the effect of  vitamin D3 provisionon PHM1-41 cell line induced by hypoxia as an  of pregnant women’s myometrium contraction through assessment of intracellular ROS level in PHM1-41 cell lines. This study was conducted in Aretha Medika Utama Biomolecular and Biomedical Research Centre from December 2017 to February 2018. PHM1-41 cells were cultured for 24 hours in hypoxia condition,Vitamin D3 was then added and the level of intracellular ROS was measured. Results showed that the ROS level decreased in cell clusters receiving 150nM vitamin D3 when compared to control hypoxia cell cluster. This indicates that the provision of 150nM vitamin D3 potentially prevents preterm  labor incidents.  
Correlation of Maternal Serum Hepcidin, Soluble Transferrin Receptor (sTfR) and Cholecalciferol with Third Trimester Anemia: Findings from A Nested Case-control Study on A Pregnancy Cohort Raden Tina Dewi Judistiani; Sefty Mariany Samosir; Setyorini Irianti; Benny Hasan Purwara; Budi Setiabudiawan; Johannes Cornelius Mose; Budi Handono
The Indonesian Biomedical Journal Vol 12, No 4 (2020)
Publisher : The Prodia Education and Research Institute (PERI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18585/inabj.v12i4.1252

Abstract

BACKGROUND: Cholecalciferol, hepcidin, and soluble transferrin receptor (sTfR) interaction play an essential role in iron hemostasis. Anemia in pregnancy contributes to morbidity and mortality both for the mother and baby. In this study, we assessed the correlation between hepcidin, sTfR and cholecalciferol in third trimester maternal anemia. We aimed to find the cut-off for hepcidin and sTfR.METHODS: A case-control study involving 56 pregnant women in each anemia and healthy group was nested on a previous larger cohort study in Indonesia. Serum hepcidin, sTfR and cholecalciferol level were measured by enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) method.RESULTS: Serum hepcidin and sTfR level were significantly higher in case group, while serum cholecalciferol level has no difference between the two groups. New cut-off points were found for hepcidin (<15.93 ng/mL) and sTfR level (>2234.45 ng/mL). Low level of hepcidin (OR=5.32) and high level of sTfR (OR=8.28) increase the risk of anemia. High level of sTfR (adjusted OR=4.725; CI 95%=1.730-12.904; p=0.02) was the most important factor contributes to anemia, followed by the low level of hepcidin (adjusted OR=3.677; CI 95%=1.363-9917; p=0.01).CONCLUSION: The high level of sTfR is the most important factor related to anemia in the third trimester, followed by the low level of hepcidin. Low cholecalciferol level tends to favor the incident of anemia. The new cut-off point of third trimester sTfR and third trimester hepcidin were established in this study and may be useful for risk assessment and treatment monitoring for anemia in pregnancy.KEYWORDS: anemia, cholecalciferol, hepcidin, pregnancy, soluble transferrin receptor
MMP-9 Level Comparation between Spontaneous Abortion and Normal Pregnancy Aloysius Suryawan; Johanes C Mose; Budi Handono
The Indonesian Biomedical Journal Vol 4, No 3 (2012)
Publisher : The Prodia Education and Research Institute (PERI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18585/inabj.v4i3.178

Abstract

BACKGROUND: Abortion remains a problem in the obstetric care as it is one of the causes of maternal and fetal death. Bleeding or miscarriage threat in the first trimester comprises 20% to 25% of all pregnant women, and 50% of them will end as spontaneous abortion. The major cause of maternal death in abortion is hemorrhage. Some recent studies have indicated that MMP-9 is important in the process of embryo implantation into the endometrium and spontaneous abortion occurs when there is an overwhelming increase of MMP-9. This data indicate the importance of a further research to elucidate the role of MMP-9 in spontaneous abortion.METHODS: This was a cross sectional study, included 70 pregnant women with gestational age <20 weeks who came for examination and treatment at the Department of Obstetrics and Gynecology, Medical Faculty of Padjadjaran University/Hasan Sadikin Hospital, Bandung. RESULTS: There were differences in the MMP-9 levels in spontaneous abortion compared to normal pregnancy and MMP-9 had a cut-off point >1221.7 with the sensitivity of 48.6% specificity of 80%, and accuracy of 60.9%.SUMMARY: The MMP-9 level in spontaneous abortion was higher than in normal pregnancy.KEYWORDS: MMP-9, spontaneous abortion, normal pregnancy
Karakteristik Luaran Kehamilan Dengan Ketuban Pecah Dini Di Rsup Dr. Hasan Sadikin Periode Tahun 20132015 Nazila Maghfiratul Abrar; Budi Handono; Gita Indah Triyanti
Jurnal Sistem Kesehatan Vol 2, No 4 (2017): Volume 2 Nomor 4 Juni 2017
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (280.993 KB) | DOI: 10.24198/jsk.v2i4.12499

Abstract

Ketuban Pecah Dini merupakan salah satu permasalahan obstetrik dan merupakan faktor yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas perinatal. 4,5%-7,6% dari seluruh kehamilan di Indonesia mengalami ketuban pecah dini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik luaran kehamilan dengan ketuban pecah dini. Penelitian deskriptif kuantitatif dengan teknik pengambilan data cross sectional yang telah dilakukan sejak bulan Oktober sampai November 2016. Data diambil dari rekam medis pasien ketuban pecah dini di RSUP Dr. Hasan Sadikin tahun 2013-2015. Pengambilan sampel menggunakan metode total sampling dan didapatkan sampel sebanyak 483. Ketuban pecah dini ≥37 minggu kehamilan terjadi 13,9% dari seluruh persalinan. Terjadi paling banyak pada wanita dengan rentang usia 20-35 (77,8%), dan multipara (54,4%). Luaran kehamilan pada ibu paling banyak terdapat hipertensi gestasional yaitu 3,9% pada ketuban pecah dini <6 jam dan 4,3% pada ketuban pecah dini ≥6 jam. Luaran bayi terdapat kejadian asfiksia sedang sebesar 2,6% pada ketuban pecah dini <6 jam dan 5,3% pada ketuban pecah dini ≥6 jam. Karakteristik luaran kehamilan pada ibu dengan ketuban pecah dini adalah tertinggi pada usia 20-35, multipara, dan terdapat kejadian hipertensi gestasional, sementara luaran bayi adalah terdapat asfiksia sedang, dan tidak ada infeksi.Kata Kunci: infeksi neonatus, ketuban pecah dini, luaran kehamilan, tanda vital
Comparison of Vitamin D3 Serum and Method of Deliveries among Pregnant Women Who Did and Did not Performe Regular Outdoor Aerobic Activities Setyorini Irianti; Teuku Kyan Nuryasin; Budi Handono; Benny Hasan Purwara; Zulvayanti Zulvayanti; Herman Susanto
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 8, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (112.607 KB) | DOI: 10.29313/gmhc.v8i2.6338

Abstract

The maternal mortality rate in Indonesia is still very high. One of the main factors is postpartum hemorrhage and an increase in the cesarean section rate (CSR). The American College of Obstetrics and Gynecology has recommended aerobic exercise. We assumed that outdoor aerobic exercise could be useful for the advancement of labor and the reduction of CSR. This study aimed to assess whether regular exercise can have a good impact on reducing labor and CSR, which is likely to be affected by an increase in vitamin D3 levels. It was an experimental study involving 40 patients at Al Islam Awibitung Hospital and Ibrahim Adjie Healthcare Center in Bandung in February–April 2018, who met the inclusion criteria and divided into two groups, who performed regular outdoor aerobic activity and those who did not. Patient characteristics, work progress, and vitamin D3 levels recorded. The data collected was then tested and compared between pre-and post-treatment, a paired t test was done. There was a relationship between the increase in-vitamin D3 and the ease of childbirth in the treatment group (p<0.05). The comparison of vitamin D3 levels among the two groups was −18.8% vs −26.8% respectively (p<0.05). Method of delivery were spontaneous delivery 80% vs 25%, vacuum extraction 15% vs 55%, and cesarean section 5% vs 20%, respectively (p<0.05). In conclusion that regular outdoor aerobic exercise in a pregnant woman could increase vitamin D3 levels, ease labor, and reduce CSR. PERBANDINGAN KADAR VITAMIN D3 SERUM DAN METODE PERSALINAN ANTARA IBU HAMIL YANG MENJALANKAN DAN TIDAK MENJALANKAN AKTIVITAS AEROBIK DI RUANG TERBUKA SECARA RUTINSaat ini angka kematian maternal di Indonesia masih sangat tinggi. Salah satu faktor penyebab utama adalah perdarahan pasca salin dan meningkatnya insidensi seksio sesarea. Aktivitas aerobik telah direkomendasikan oleh American College of Obstetrics and Gynecology (ACOG). Kami mempunyai hipotesis bahwa aktivitas aerobik rutin di udara terbuka dapat memengaruhi kadar vitamin D3 serum ibu yang dapat meningkatkan kelancaran persalinan dan menurunkan risiko seksio sesarea. Penelitian ini bertujuan membuktikan hipotesis di atas. Metode penelitian adalah studi eksperimental terhadap 40 ibu hamil di RS Al Islam Awibitung dan Puskesmas Ibrahim Adjie Bandung pada bulan Februari–April 2018 yang memenuhi kriteria inklusi, serta dibagi dalam 2 grup, yaitu grup perlakuan yang melaksanakan aktivitas aerobik di udara terbuka secara rutin dan grup kontrol yang tidak melaksanakan aktivitas aerobik. Dilakukan pencatatan karakteristik pasien, kemajuan persalinan, metode persalinan, dan kadar vitamin D3 sebelum dan setelah perlakuan, serta dilakukan analisis statistik dengan paired t test. Terdapat hubungan bermakna antara perubahan kadar vitamin D3 dan metode persalinan (p<0,05). Perbandingan perubahan kadar vitamin D3 antara kedua kelompok adalah −18,8% vs −26,8% (p<0.05). Metode persalinan adalah persalinan spontan 80% vs 25%, ekstraksi vakum 15% vs 55%, dan seksio sesarea 5% vs 20% (p<0,05). Simpulan, aktivitas aerobik rutin di udara terbuka pada ibu hamil berdampak terhadap kadar vitamin D3 serum ibu dan dapat memperlancar proses persalinan serta menurunkan risiko seksio sesarea.
Penggunaan Magnesium Sulfat untuk Menurunkan Angka Kejadian Cerebral Palsy pada Bayi Prematur Herry Aktyar Matondang; Jusuf Sulaeman Effendi; Budi Handono; Andi Kurniadi
Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science Volume 1 Nomor 1 Maret 2018
Publisher : Dep/SMF Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (617.804 KB) | DOI: 10.24198/obgynia.v1n1.44

Abstract

AbstrakLatar belakang: Magnesium Sulfat merupakan senyawa kimia yang sudah banyak terbukti manfaatnya pada kehamilan. Selain digunakan sebagai obat anti kejang, dan obat tokolitik pada kontraksi prematur, magnesium sulfat berperan banyak pada proses intraseluler, diantaranya sebagai agen vasodilator pembuluh darah otak, menurunkan reaksi inflamasi, seperti sitokin dan zat radikal bebas, serta mencegah masuknya ion kalsium kedalam sel.  Prematuritas merupakan masalah serius karena hampir sebagian besar dari neonatus yang berhasil hidup akan mengalami kecacatan neurologis kongenital termasuk cerebral palsy (CP).Metode: Analitik korelatif dengan desain cross sectional. Subjek penelitian adalah pasien dengan diagnosa cerebral palsy yang melakukan pemeriksaan ke Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung, dengan riwayat lahir prematur. Pengambilan sampel menggunakan teknik accidental sampling dengan jumlah total sampel 30 pasien. Analisis data secara statistik menggunakan uji Chi-square.  Hasil: Penelitian menunjukkan 7 (23,3%) pasien anak dengan diagnosa cerebral palsy memiliki riwayat ibu hamil dengan pemberian magnesium sulfat (MgSO4), dan 23 (76,6%) pasien dengan diagnosa cerebral palsy memiliki riwayat ibu hamil tanpa pemberian magnesium sulfat (MgSO4). Hasil analisa data dengan menggunakan uji Chi-square  didapatkan ρ-value 0,001< α = 0,05.Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifikan dari pemberian magnesium sulfat pada ibu hamil terhadap angka kejadian cerebral palsy pada bayi prematur di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. The Used of Sulfate Magnesium  to Reduce Incidence of Cerebral Palsy on Preterm BirthAbstractObjective: Magnesium Sulfate is a chemical compound that has been widely used in pregnant women and has proven benefits to the condition of pregnancy.  Prematurity is a serious problem because most of the successful neonates will experience congenital neurological disability including cerebral palsy (CP).Method: This research is a kind of analytic correlative research with cross sectional design. The research subjects were pediatric patients with a diagnosis of cerebral palsy who performed the examination at Hasan Sadikin Hospital Bandung, with a history of premature birth. Samples were taken by purposive sampling technique with a total number of samples 30 patients. Statistical analysis using Chi-square statistical test.Result: The result of this research showed 7(23,3%) pediatric patients with a diagnosis of cerebral palsy had a history of pregnant women with administration of magnesium sulfate (MgSO4), and 23(76,6%) patients with a diagnosis of cerebral palsy has a history of pregnant women without administration of magnesium sulphate (MgSO4). The data were analyzed using Chi-square test and obtained ρ-value 0,001 <α = 0,05.Conclusion: There is a significant relationship between administration of magnesium sulfate in pregnant women and the incidence of cerebral palsy in premature infants at Hasan Sadikin Hospital Bandung.Key words: magnesium sulfate, preterm birth, premature infants, cerebral palsy
Hubungan Kadar Vitamin D Serum dengan Konsentrasi, Motilitas dan Morfologi Sperma pada Pria Subfertil di Klinik Teknologi Reproduksi Berbantu Aster Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung Magnadi Yogi Rahma; Wiryawan Permadi; Anita Rachmawati; Jusuf Sulaeman Effendi; Tono Djuwantono; Budi Handono
Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science Volume 3 Nomor 1 Maret 2020
Publisher : Dep/SMF Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (343.481 KB) | DOI: 10.24198/obgynia/v3n1.89

Abstract

Tujuan: Untuk menganalisis hubungan kadar vitamin D dengan kualitas sperma pada pria subfertil, serta membandingkan kualitas sperma berdasarkan klasifikasi kadar vitamin D serum pada pria normospermia dan pria oligoasthenoteratospermia.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat observasional analitik dengan rancangan studi potong lintang. Subjek penelitian adalah pria subfertil yang berusia 20-50 tahun, dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu 30 pasien normospermia dan 16 pasien oligoasthenoteratospermia berdasarkan berdasarkan kriteria World Health Organization 2010. Penelitian dilakukan di Klinik Teknologi Reproduksi Berbantu Aster, RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Analisis data menggunakan analisis korelasi rank SpearmanHasil: Pada penelitian ini didapatkan korelasi positif antara kadar vitamin D dan motilitas sperma ( r = 0,639, p = < 0,001), tetapi tidak didapatkan korelasi pada konsentrasi dan morfologi sperma ( p>0,05). Perbedaan yang bermakna didapatkan antara kadar vitamin D pada kelompok normospermia dan oligoasthenoteratospermia dengan nilai p<0,05. Pada perbandingan kualitas sperma berdasarkan klasifikasi kadar vitamin D hanya motilitas sperma saja yang memiliki perbedaan bermakna dengan nilai p<0,05.Simpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara kadar vitamin D serum dan motilitas sperma.Correlation Of Vitamin D Serum Level With Concentration, Motility, And Morphology Of Spermatozoa Subfertil In Assisted Reproductive Technology Aster Clinic Hasan Sadikin Hospital BandungAbstractObjective: This study aims to analyze the relationship of vitamin D levels with sperm quality in subfertile men, as well as comparing sperm quality based on vitamin D serum levels classification in normospermic men and oligoasthenoteratospermia men.Method: This study is an analytic observasional with cross sectional design. Research subjects were subfertile men aged 20-50 years divided into 2 groups, consisting of 30 patients with normospermic and 16 patients with oligoasthenoteratospermia based on World Health Organization 2010 criteria. The research was conducted at Assisted Reproductive Technology Aster, RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Data analysis was using Spearman’s rank correlation analytic.Result: We found a positive correlation between vitamin D levels and sperm motility (r = 0.639, p = <0.001), but no correlation was found on sperm concentration and morphology (p> 0.05). There was a significant difference between vitamin D levels in normospermic and oligoasthenoteratospermia group with p <0,05. In the sperm quality comparison based on vitamin D serum classification, only sperm motility alone had a significant difference with the value of p <0.05. It was concluded that level of vitamin D serum has positive correlation with sperm motility.Key word: subfertile, vitamin D,  sperm quality
Rasio Low Density Lipoprotein dan High Density Lipoprotein pada Preeklamsi Berat dibandingkan dengan Kehamilan Normal di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung Amran Amrullah; Budi Handono; Akhmad Yogi Pramatirta
Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology Science Volume 2 Nomor 1 Maret 2019
Publisher : Dep/SMF Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2349.542 KB) | DOI: 10.24198/obgynia.v2n1.79

Abstract

AbstractObjective: This study aims to distinguish level of  (LDL/HDL)  and Low Density Lipoprotein/High Density Lipoprotein  ratio in severe preeclampsia patient compared to normal pregnancy.Method:  The study design was comparative cross-sectional study with consecutive sampling method that compared the laboratory results of LDL, HDL and ratio LDL/HDL that met the inclusion criteria. Subjects of this study were severe preeclampsia and normal pregnancy patient that fulfilled the inclusion criteria (n=60) in Dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung during August-September 2017.Result: It is revealed that the differences in level of LDL and LDL/HDL ratios in both groups were significant with p value ≤ 0,05. But there were no differences in HDL level. Increased level of LDL/HDL ratio in pregnancy was related to increased risk of preeclampsia with cut-off point> 2,632. If the increased level of LDL/HDL above cut-off point then the insident of severe preeclampsia increased 21,36 times.Conclusion: It was concluded that level of LDL and LDL/HDL ratios in severe preeclampsia were higher than in normal pregnancy. The increased LDL/HDL ratio of > 2.632 increased the risk of severe preeclampsia by 21.36 times.Perbandingan Rasio Low Density Lipoprotein/High Density Lipoprotein antara Preeklamsi Berat dan Kehamilan Normal di RSUP Dr. Hasan Sadikin BandungAbstrakTujuan: Penelitian ini adalah untuk mencari perbedaan rasio Low Density Lipoprotein/High Density Lipoprotein (LDL/HDL) pada preeklamsi berat dibandingkan dengan kehamilan normal sebagai faktor risiko timbulnya preeklamsi.Metode: Rancangan penelitian kasus kontrol membandingkan LDL, HDL, dan rasio LDL/HDL penderita preeklamsi berat dan kehamilan normal (n=60) bulan Agustus-September 2017 di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung.Hasil: Hasil penelitian didapatkan perbedaan kadar LDL dan rasio LDL/HDL pada kedua kelompok secara bermakna dengan nilai p ≤0,05. Namun tidak didapatkan perbedaan yang bermakna pada kadar HDL. Peningkatan kadar LDL dan rasio LDL/HDL berhubungan dengan peningkatan risiko terjadinya preeklamsi dengan nilai cut-off > 2,632. Bila terjadi peningkatan rasio LDL/HDL diatas nilai cut-off maka risiko tejadinya preeklamsi berat sebesar 21,36 kali.Simpulan: Kadar LDL yang tinggi dan nilai cut-off rasio LDL/HDL >2,632 meningkatkan risiko terjadinya preeklamsi berat 21,36 kaliKata kunci: Preeklamsi, LDL, HDL, Rasio LDL/HDL