Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Kualitas Fisik Telur Ayam Petelur pada Tingkat Pelaku Usaha di Kabupaten Manokwari Provinsi Papua Barat Kamaruddin, Ahmad; Monim, Hanike; Mulyadi, Mulyadi; Sambodo, Priyo
Jurnal Ilmu Peternakan dan Veteriner Tropis (Journal of Tropical Animal and Veterinary Science) Vol 10 No 2 (2020): Jurnal Ilmu Peternakan dan Veteriner Tropis (Journal of Tropical Animal and Vete
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Papua

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46549/jipvet.v10i2.111

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas fisik, lama penyimpanan dan rantai pemasaran telur ayam ras pasok pada distributor dan pengecer di Kabupaten Manokwari Provinsi Papua Barat. Sampel telur diambil dari tiga distributor dengan lama penyimpanan 12 hari dari pengecer yaitu pasar tradisional dan pasar moderen untuk masing-masing lama penyimpanan 17 hari dan 22 hari. Kualitas fisik yang diukur adalah kedalaman kantong udara, indeks albumin dan indeks yolk serta lama penyimpanan telur yang meliputi 12 hari, 17 hari dan 22 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa telur ayam ras pasok yang beredar di Kabupaten Manokwari telah mengalami penurunan kualitas fisik. Setelah lama penyimpanan 17 hari, berdasarkan badan standar nasional telur ayam ras pasok tidak layak dikonsumsi sehingga seharusnya tidak dipasarkan.
Hubungan Ukuran Tubuh dengan Bobot Badan dan Bobot Karkas Bandikut (Echymipera rufescens) Di Kampung Manawi Distrik Angkaisera Kabupaten Kepulauan Yapen Bonai, Sonei G.; Pawere, Frandz; Monim, Hanike
Jurnal Ilmu Peternakan dan Veteriner Tropis (Journal of Tropical Animal and Veterinary Science) Vol 11 No 3 (2021): Jurnal Ilmu Peternakan dan Veteriner Tropis (Journal of Tropical Animal and Vete
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Papua

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46549/jipvet.v11i3.267

Abstract

Abstract Bandicoot (Echypera rufescens) is an alternative source of animal protein and a source of germplasm for humans, especially local communities in Papua. These animals are obtained by hunting and/or setting traps in the community's closest habitat. The aim of this research was to determine the relationship between body measurements and body weight and carcass weight by utilizing 32 bandicoots, 16 males and 16 females, with a live weight range of 400 - 2000 grams in Yapen Island Regency, Papua. The study was conducted by using an explorative study and the data were analyzed using multiple correlations and regression. The carcass was obtained by slaughtering the head, removing the blood, and then removing the hair by burning (singeing). The average body weight of male bandicoots was 1403 grams and that of females was 598.75 grams, while the average carcass weights of males and females were 1050.06 grams and 415 grams, respectively. The average heart girth of male bandicoots is 23.03 cm and that of females is 17.81 cm, while the average body length of male and female bandicoots is 25.19 cm and 18.91 cm, respectively. The average percentage of male bandicoot carcasses was 73.99 cm and that of females was 69.22 cm. The correlation coefficient between body weight and body measurements was 0.911 while the carcass weight and body measurements were 0.901. The correlation between body weight and carcass of male bandicoots were 0.911 and 0.901. The correlation between body weight and carcass of female bandicoot were 0.702 and 0.747. The regression equation for male bandicoots to estimate body weight (BB) and carcass weight (BK) were BB = (-1705, 594+84,432 X1 +46,234X2) and (BK = -432,092 +71,545 X1 +33,127X2). The female bandicoot regression equations to estimate body weight (BB) and carcass weight (BK) were: (BB = -509,134+39,437 X1 +21,443X2) and (BK= -436,703 +31,720 X1 +15,164X2). Keywords: Bandicut (Echypera rufescens); Carcass length; Carcass weight; Carcass; Heart girth; Live weight; Singeing Abstrak Bandikut (Echypera rufescens) merupakan salah satu sumber alternatif protein hewani dan sumber plasma nutfa bagi manusia khususnya masyarakat lokal yang berada di Papua. Hewan ini diperoleh dengan cara berburu dan/atau pemasangan jerat di habitat terdekat masyarakat. Penelitian tentang hewan ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara ukuran-ukuran tubuh dengan bobot badan dan bobot karkas dengan memanfaatkan 32 ekor bandikut masing-masing 16 ekor jantan dan 16 ekor betina dengan kisaran berat hidup 400 - 2000 gram. Karkas diperoleh dengan cara bagian kepala disembelih, dikeluarkan darah kemudian dilakukan penghilangan bulu dengan cara dibakar (singeing). Karkas terdiri dari daging, tulang dan lemak setelah kepala, isi rongga dada dan perut, kaki belakang bagian bawah dan kaki depan bagian bawah serta ekor dikeluarkan. Rata-rata bobot badan bandikut jantan adalah 1403 gram dan betina adalah 598,75 gram, sedangkan rata-rata bobot karkas jantan dan betina masing-masing adalah 1050,06 gram dan 415 gram. Rata-rata lingkar dada bandikut jantan adalah 23,03 cm dan betina adalah 17,81 cm, sedangkan rata-rata panjang badan bandikut jantan dan betina berturut-turut adalah 25,19 cm dan 18,91 cm. Rata-rata persentase karkas bandikut jantan adalah 73,99 cm dan betina adalah 69,22 cm. Koefisien korelasi antara bobot badan dengan ukuran-ukuran tubuh adalah 0,911 sedangkan antara bobot karkas dengan ukuran-ukuran tubuh adalah 0,901. Korelasi bobot badan dan karkas bandikut jantan adalah 0,911 dan 0.901. Korelasi bobot badan dan karkas bandikut betina adalah sebesar 0,702 dan 0,747. Persamaan regresi bandikut jantan untuk menduga bobot badan (BB) dan bobot karkas (BK) adalah BB = (-1705, 594+84,432 X1 +46,234X2 dan BK = -432,092 +71,545 X1 +33,127X2. Persamaan regresi bandikut betina untuk menduga bobot badan (BB) dan bobot karkas (BK) adalah BB = -509,134+39,437 X1 +21,443X2 dan BK= -436,703 +31,720 X1 +15,164X2. Kata kunci: Bandicut (Echypera rufescens); Berat karkas; Berat potong; Karkas; Lingkar dada; Panjang karkas.
PERAN TERNAK BABI SEBAGAI BIO-TILLAGE SYSTEMS PADA LAHAN KEBUN DALAM BUDAYA BERTANI MASYARAKAT ARFAK, PAPUA BARAT Hanike Monim; Dwi Nurhayati; Darius Trirbo; Alnita Baaka; Alexander Yaku; Deny Anjelus Iyai; Sartji Taberima; Miksen Sangkek
Agrika Vol 14, No 2 (2020)
Publisher : Badan Penerbitan Universitas Widyagama Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31328/ja.v14i2.1545

Abstract

ABSTRAKMengetahui seberapa jauh aplikasi penggunaan ternak babi dalam kebun masyarakat Arfak di Pegunungan Arfak penting untuk dipelajari karena Arfak memiliki kondisi agroekologi penting. Masyarakat Arfak memiliki kearifan dalam bertani serta  memiliki hubungan yang dekat dengan ternak babi. Hasil tinjauan di lapang dan referensi menunjukkan bahwa ternak babi relatif masih digunakan pada lahan pertanian atau kebun keluarga masyarakat Arfak sebagai hewan penggembur tanah (soil dozer). Ternak babi, kebun dan masyarakat Arfak saling berinteraksi dengan memberikan peranan kepada masing-masing komponen. Kelebihan ternak babi sebagai penggembur tanah kebun biologis mampu membantu petani orang Arfak. Terdapat 7 keunggulan penggunaan ternak babi dalam kebun. Namun jumlah ternak yang dapat dimasukkan serta sejauhmana kinerja ternak babi dalam setiap luasan lahan secara ekonomis, ekologis dan sosiologis masih harus dikaji secara intensif. ABSTRACTKnowing how far the application of pig farming in Arfak people 's gardens in the Arfak Mountains is important to learn because Arfak has important agro ecological conditions, the Arfak people have wisdom in farming and have a close relationship with pigs. The results of the review in the field and references show that the pigs are relatively still used on agricultural land or Arfak people's family farms as soil dozers. Pigs and gardens and Arfak people interact with each other by providing service to each component. The advantages of pigs as biological gardeners are able to help Arfak farmers. There are 7 benefits of using pigs as bio-tillage inside Arfak household gardens. However, the number of livestock that can be included and the extent to which the performance of pigs in each area of land economically, ecologically and sociologically, must still be studied intensively.  
Typology Analyses and Strategic Stakeholders’ Mapping Using Network on Integrated Crops-Livestock Farming Systems Deny Anjelus Iyai; I Widayati; H Fatem; D Nurhayati; M Arim; H Monim; H Mofu; A Baaka; M L Orisu; D T.R Saragih; Y Syufi; O Yoku; J Woran; W Y Mofu; S Y Randa; D Sawen; A R Ollong; M Baransano; D Seseray; A G Murwanto; A Yaku; D D Rahardjo
SINTA Journal (Science, Technology, and Agricultural) Vol 1, No 2 (2020)
Publisher : Perkumpulan Dosen Muda (PDM) Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37638/sinta.1.2.53-64

Abstract

Stakeholders and their networks play prominent roles in developing the agricultural sector. For instance, the economic, social, and environmental indicators of farms are sustained by the involvement of stakeholders and other relevant parties. Therefore, exploring the importance and roles of actors has become strategic and vital to recognize. This research aims to determine the strategic stakeholders' typology and mapping using their network analyses on integrated crops-livestock farming systems in West New Guinea. The study was carried out in Manokwari using the focus group discussion on twenty various represented individuals, groups, and mass institutions. The queries discussed were based on background, resources delivery, inter-connectivity amongst actors, intervention, and innovation. The result showed that the stakeholders in mixed crop-livestock are dominated by individuals' that privately manage the farms officially in accordance with the laws. The result also showed that the farming systems in West New Guinea, experience real threats which need to be lowered to mitigate the turn-back effect. The top five shared resources are access, satisfaction, power, knowledge, and time allocation. These resources tend to stay longer to sustain the strong needs of the farms, which are dominated by positive similarity with varying ranges of correlation ranging from negative, neutral to positive. This is because the stakeholders are reluctant to deliver the intervention and innovation, therefore, those with low interest and power need to be promoted to high interest and power by using aids, guidance, and services from each actor in the mixed crop-livestock farms business.
Kualitas Fisik Telur Ayam Petelur pada Tingkat Pelaku Usaha di Kabupaten Manokwari Provinsi Papua Barat: Physical Quality of Layer Eggs Supply at the Level of Local Business in Manokwari Regency West Papua Province Ahmad Kamaruddin; Hanike Monim; Mulyadi Mulyadi; Priyo Sambodo
Jurnal Ilmu Peternakan dan Veteriner Tropis (Journal of Tropical Animal and Veterinary Science) Vol. 10 No. 2 (2020): Jurnal Ilmu Peternakan dan Veteriner Tropis (Journal of Tropical Animal and Ve
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Papua

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46549/jipvet.v10i2.111

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas fisik, lama penyimpanan dan rantai pemasaran telur ayam ras pasok pada distributor dan pengecer di Kabupaten Manokwari Provinsi Papua Barat. Sampel telur diambil dari tiga distributor dengan lama penyimpanan 12 hari dari pengecer yaitu pasar tradisional dan pasar moderen untuk masing-masing lama penyimpanan 17 hari dan 22 hari. Kualitas fisik yang diukur adalah kedalaman kantong udara, indeks albumin dan indeks yolk serta lama penyimpanan telur yang meliputi 12 hari, 17 hari dan 22 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa telur ayam ras pasok yang beredar di Kabupaten Manokwari telah mengalami penurunan kualitas fisik. Setelah lama penyimpanan 17 hari, berdasarkan badan standar nasional telur ayam ras pasok tidak layak dikonsumsi sehingga seharusnya tidak dipasarkan.
Hubungan Ukuran Tubuh dengan Bobot Badan dan Bobot Karkas Bandikut (Echymipera rufescens) Di Kampung Manawi Distrik Angkaisera Kabupaten Kepulauan Yapen: The Relationship between Body Measurement and Body Weight and Carcass Weight of Bandicoot (Echymiera rufescens) in Manawi Village, Angkaisera District, Yapen Isand Regency Sonei G. Bonai; Frandz Pawere; Hanike Monim
Jurnal Ilmu Peternakan dan Veteriner Tropis (Journal of Tropical Animal and Veterinary Science) Vol. 11 No. 3 (2021): Jurnal Ilmu Peternakan dan Veteriner Tropis (Journal of Tropical Animal and Ve
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Papua

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46549/jipvet.v11i3.267

Abstract

Abstract Bandicoot (Echypera rufescens) is an alternative source of animal protein and a source of germplasm for humans, especially local communities in Papua. These animals are obtained by hunting and/or setting traps in the community's closest habitat. The aim of this research was to determine the relationship between body measurements and body weight and carcass weight by utilizing 32 bandicoots, 16 males and 16 females, with a live weight range of 400 - 2000 grams in Yapen Island Regency, Papua. The study was conducted by using an explorative study and the data were analyzed using multiple correlations and regression. The carcass was obtained by slaughtering the head, removing the blood, and then removing the hair by burning (singeing). The average body weight of male bandicoots was 1403 grams and that of females was 598.75 grams, while the average carcass weights of males and females were 1050.06 grams and 415 grams, respectively. The average heart girth of male bandicoots is 23.03 cm and that of females is 17.81 cm, while the average body length of male and female bandicoots is 25.19 cm and 18.91 cm, respectively. The average percentage of male bandicoot carcasses was 73.99 cm and that of females was 69.22 cm. The correlation coefficient between body weight and body measurements was 0.911 while the carcass weight and body measurements were 0.901. The correlation between body weight and carcass of male bandicoots were 0.911 and 0.901. The correlation between body weight and carcass of female bandicoot were 0.702 and 0.747. The regression equation for male bandicoots to estimate body weight (BB) and carcass weight (BK) were BB = (-1705, 594+84,432 X1 +46,234X2) and (BK = -432,092 +71,545 X1 +33,127X2). The female bandicoot regression equations to estimate body weight (BB) and carcass weight (BK) were: (BB = -509,134+39,437 X1 +21,443X2) and (BK= -436,703 +31,720 X1 +15,164X2). Keywords: Bandicut (Echypera rufescens); Carcass length; Carcass weight; Carcass; Heart girth; Live weight; Singeing Abstrak Bandikut (Echypera rufescens) merupakan salah satu sumber alternatif protein hewani dan sumber plasma nutfa bagi manusia khususnya masyarakat lokal yang berada di Papua. Hewan ini diperoleh dengan cara berburu dan/atau pemasangan jerat di habitat terdekat masyarakat. Penelitian tentang hewan ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara ukuran-ukuran tubuh dengan bobot badan dan bobot karkas dengan memanfaatkan 32 ekor bandikut masing-masing 16 ekor jantan dan 16 ekor betina dengan kisaran berat hidup 400 - 2000 gram. Karkas diperoleh dengan cara bagian kepala disembelih, dikeluarkan darah kemudian dilakukan penghilangan bulu dengan cara dibakar (singeing). Karkas terdiri dari daging, tulang dan lemak setelah kepala, isi rongga dada dan perut, kaki belakang bagian bawah dan kaki depan bagian bawah serta ekor dikeluarkan. Rata-rata bobot badan bandikut jantan adalah 1403 gram dan betina adalah 598,75 gram, sedangkan rata-rata bobot karkas jantan dan betina masing-masing adalah 1050,06 gram dan 415 gram. Rata-rata lingkar dada bandikut jantan adalah 23,03 cm dan betina adalah 17,81 cm, sedangkan rata-rata panjang badan bandikut jantan dan betina berturut-turut adalah 25,19 cm dan 18,91 cm. Rata-rata persentase karkas bandikut jantan adalah 73,99 cm dan betina adalah 69,22 cm. Koefisien korelasi antara bobot badan dengan ukuran-ukuran tubuh adalah 0,911 sedangkan antara bobot karkas dengan ukuran-ukuran tubuh adalah 0,901. Korelasi bobot badan dan karkas bandikut jantan adalah 0,911 dan 0.901. Korelasi bobot badan dan karkas bandikut betina adalah sebesar 0,702 dan 0,747. Persamaan regresi bandikut jantan untuk menduga bobot badan (BB) dan bobot karkas (BK) adalah BB = (-1705, 594+84,432 X1 +46,234X2 dan BK = -432,092 +71,545 X1 +33,127X2. Persamaan regresi bandikut betina untuk menduga bobot badan (BB) dan bobot karkas (BK) adalah BB = -509,134+39,437 X1 +21,443X2 dan BK= -436,703 +31,720 X1 +15,164X2. Kata kunci: Bandicut (Echypera rufescens); Berat karkas; Berat potong; Karkas; Lingkar dada; Panjang karkas.
Evaluasi karkas dan kualitas fisik daging babi pada tempat usaha pemotonggan ternak babi di Distrik Masni Kabupaten Manokwari Miksen M. Sangkek; Marlyn N. Lekitoo; Hanike Monim
Cassowary Vol 4 No 1 (2021): Januari
Publisher : Program Pascasarjana Universitas Papua

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30862/casssowary.cs.v5.i1.85

Abstract

This study aims to evaluate the carcass and examine the physical quality of pork in the local pork slaughterhouse, Masni District and the relationship between slaughter weight and carcass weight, carcass percentage, carcass length, fat, pH and cooking losses. The results showed the range of slaughtering age of local pigs from 6 - 60 months (male pigs 10-12 months old and female pigs 18-20 months old). The average sliced ​​weight had a very significant effect (P <0.01) on carcass weight, while the carcass percentage had no significant effect based on the regression analysis between cut weight and carcass percentage was Y = 63.85 + 0.1463, with a coefficient of determination (R2) of 9.43%. Cut weight had a very significant effect (P <0.01) on carcass length in regression analysis Y = 37.42 + 0.3722, with a coefficient of determination (R2) of 71.48%). The regression analysis between cut weight and back fat thickness was Y = 0.322 + 0.04044, with a coefficient of determination (R2) of 39.87%, which means that cutting weight has a very significant effect (P <0.01) on the thickness of back fat, while the regression analysis of the relationship between cut weight and pH Local pork is Y = 6.357 - 0.00362, with a coefficient of determination (R2) of 5.54% that the slaughter weight has no significant effect (P> 0.05) on meat pH. Cut weight has no significant effect (P> 0.05) on cooking loss based on regression analysis is Y = 30.12 - 0.1106 with a coefficient of determination (R2) 9.63%. The results showed that cut weight has a close relationship with carcass weight, carcass length, and fat thickness but not to carcass percentage, meat pH and cooking loss.