Claim Missing Document
Check
Articles

KEANEKARAGAMAN JENIS RAYAP PADA LAHAN AGROFORESTRI DAN KEBUN KEMIRI DI DESA BAKUBAKULU KECAMATAN PALOLO KABUPATEN SIGI Abdul Hapid; Zulkaidhah Zulkaidhah
Biocelebes Vol. 13 No. 2 (2019)
Publisher : Biology Department, Mathematics and natural science, Tadulako University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (732.066 KB)

Abstract

Termites play important roles in organic matter decomposition, nutrient cycling, and soil structure in tropical rain forests. When forests are replaced by agriculture, termite species richness, abundance, and function often decline. This research was aimed to determine diversity and composition of termites in three land use types (kemiri gardens, simple and complex agroforestry). Methods of sample collection using transects with a size of about 2 x 100 m, divided into 20 sections (2 x 5 m). The collected samples were collected for identification purposes. Variables measured the diversity of termites which includes the type and number of species (species richness) found in each land use. Diversity and abundance of species of termites were analyzed using the Shannon Diversity IndexWienner. The results showed that the total number of termite species founded in all area was 6 species comprising 2 families, i.e. termitidae and rhinotermitidae. Alpha diversity of termite founded in kemiri gardens was 4 species, and 5 species founded in complex agroforestry and 3 species founded in simple agroforestry. The highest frequency of termite species was 0,5 that achieved by Odontotermes sp in kemiri gardens and simple agroforestry, while the lowest frequency was 0,05 that achieved by Schedorhinotermes sp. in candlenut gardens. Further, the Shannon species diversity Index (H’) of each land use types were 0,93, 0,95 and 1,47 in simple agroforestry, kemiri gardens and complex agroforestry, respectively.
PKM KELOMPOK TANI AREN DI SEKITAR KPH TINOMBO DAMPELAS SULAWESI TENGAH Muthmainnah Mutmainnah; Abdul Hapid; Hamka Hamka
Jurnal Abditani Vol. 2 No. 1 (2019): April
Publisher : FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ALKHAIRAAT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (223.5 KB) | DOI: 10.31970/abditani.v1i0.11

Abstract

Pohon aren adalah salah satu anggota suku palm yang sangat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat pedesaan karena mempunyai nilai ekonomi tinggi karena hamper semua bagiannya dapat memberikan keuntungan finansial, sehingga jika dikelola dengan baik akan mampu bersaing khususnya dengan jenis tanaman palma lainnya. Namun dari semua produk aren, nira aren yang berasal dari lengan bunga jantan adalah yang paling besar nilai ekonomisnya. Desa Onconeraya Kecamatan Tinombo Selatan Kabupaten Parigi Moutong merupakan wilayah KPHP Tinombo Dampelas yang memiliki potensi Pohon Aren yang tumbuh secara alami di hutan tanpa sentuhan teknologi budidaya. Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan oleh tim pengusul proposal tujuan yang akan dicapai pada program PKM ini untuk melakukan transfer teknologi ke kelompok tani mitra bagaimana cara membuat palm sugar dari nira aren. Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan dan target tersebut adalah penyuluhan, pelatihan dan pendampingan tentang teknologi pengolahan nira aren secara terkendali menjadi palm sugar serta pola pemasarannya. Penyuluhan pertanian dilakukan sebagai sistem pendidikan luar sekolah mengenai cara pengolahan palm sugar. Pelatihanmenggunakan metode ceramah, diskusi dan tutorial. Metode ceramah digunakan untuk memberikan pemahaman yang lengkap kepada para peserta tentang pembuatan palm sugar dari nira aren. Dalam ceramah diuraikan kerangka materi secara lengkap, jelas, mudah dipahami, dan aplikatif. Penyajian materi dilanjutkan dengan tanya-jawab dan diskusi. Metode diskusi dipilih untuk lebih memberi kesempatan kepada para peserta membahas, mempertanyakan, menggarisbawahi, memberi masukan, dan atau memperdalam materi yang diceramahkan. Metode tutorial dipilih untuk melengkapi pemahaman tentang suatu materi yang telah diceramahkan dan didiskusikan dengan mengaplikasikan secara langsung. Praktek dilaksanakan sebagai salah satu alternatif dalam memberikan contoh nyata dan pemahaman lebih mendalam. Pendampingan secara periodik dilakukan untuk lebih meningkatkan keterampilan penguasaan teknologi pengolahan palm sugar dan pola manajemen pemasaran usaha pertanian. Hasilkegiatan menunjukkan bahwa kelompok tani mitra dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil dari nira aren seperti gula palem dengan sentuhan teknologi sederhana pengolahan secara terkendali mulai dari penyiapan bahan dan alat, proses pengolahan sampai proses pengemasan, sehingga dapat meningkatkan pendapatan kelompok tani mitra.
PENGEMBANGAN DESA MITRA DI DESA BAKUBAKULU KECAMATAN PALOLO KABUPATEN SIGI Abdul Hapid; Wardah Wardah; Sudirman Dg Massiri; Hamka Hamka
Jurnal Abditani Vol. 1 No. 1 (2018): Oktober
Publisher : FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ALKHAIRAAT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (207.039 KB) | DOI: 10.31970/abditani.v1i0.13

Abstract

Desa Bakubakulu merupakan salah satu desayang ada di daerah peyangga Taman Nasional Lore Lindu dan berpotensi untuk dikembangkan dibidang agroforestri dan pemanfaatan hasil hutan bukan kayu. Desa ini juga merupakan lokasi pelaksanaan praktek lapangan mahasiswa Fakultas kehutanan Universitas Tadulako. Sehingga sangat besar peluangnya untuk dikembangkan menjadi Desa Mitra Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako. Potensi lahan agroforestry berbasis kakao dan hasil hutan bukan kayu yang tinggi. Namun saat ini hasil produksi kakao yang menjadi sumber pendapatan pokok masyarakat mulai menurun. Hal ini dikarenakan pertumbuhan tanaman kakao yang kurang baik, biji buah yang dihasilkan berukuran kecil, tanaman dan buah kakao mudah terserang hama dan penyakit.Tujuan yang ingin dicapai dalam program pengabdian ini adalah Meningkatkan produktivitas lahan agroforestry berbasisi kakao di Desa Bakubakulu sehingga dapat meningkatkan taraf hidup dan persepsi masyarakat dalam menjaga keutuhan fungsi kawasan Taman Nasiona Lore Lindu. Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan dan target adalah Bentuk IPTEKS pendidikan seperti penyuluhan, pelatihan yang dilanjutkan dengan penerapan teknologi dan pendampingan.Hasil Pengabdian menunjukkan kelompok tani mitra sangat antusias mengikuti kegiatan ini dan dapat memahami fungsi Taman Nasional Lore Lindu sehingga perlu ikut menjaga kelesteriannya. Melalui kegiatan pelatihan pemeliharaan kakao yang berkelanjutan dan ramah lingkungan dapat meningkat hasil panen kakao sehingga terjadinya peningkatan pendapatan
PKM KELOMPOK BUDIDAYA LEBAH MADU DESA NAMO KECAMATAN KULAWI KABUPATEN SIGI Muthmainnah Mutmainnah; Abdul Hapid; Hamka Hamka; Zulkaidhah Zulkaidhah
Jurnal Abditani Vol. 2 No. 2 (2019): Oktober
Publisher : FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ALKHAIRAAT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (189.045 KB) | DOI: 10.31970/abditani.v2i0.35

Abstract

Pelestarian kawasan hutan dan alam harus dilakukan secara multi efek, artinya pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan pendekatan dalam menunjang nilai tambah ekonomi tanpa harus merusak hutan.Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah adalah budidaya lebah madu bagi masyarakat di sekitar hutan. Kegiatan budidaya lebah madu apabila tidak dikelola secara professional tidak akan memberikan keuntungan bagi masyarakat. Salah satu wilayah di Indonesia khususnya Sulawesi Tengah yang sangat potensial untuk kegiatan budidaya lebah madu adalah Desa Namo, Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi. Untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi masyarakat yang ada di Desa Namo, khususnya kelompok tani budidaya lebah madu maka Tim Pengabdi melakukan pertemuan dengan anggota kelopok tani hutan untuk mengetahui permasalahan-permasalahan yang dihadapi selama melakukan kegiatan budidaya lebah madu. Berdasarkan uraian diatas maka tujuan yang akan dicapai pada program pengabdian ini adalah memberikan pengetahuan bagi mitra tentang teknik budidaya lebah madu yang professional sehingga dapat meningkatkan pendapatan mitra, sehingga dapat mengurangi aktivitas masyarakat di dalam Kawasan Kegiatan yang akan dilaksanakan dalam program pengabdian ini adalah melakukan penyuluhan kepada anggota mitra tentang teori yang berkaitan dengan budidaya lebah, khususnya tentang biologi lebah, peralatan budidaya lebah, analisa usaha perlebahan, hama dan penyakit lebah madu serta tanaman pakan lebah. Juga dilakukan kegiatan pelatihan tentang model cara membuat kotak lebah yang baik duntuk lebah Apis cerana F. Selain itu untuk memberikan pelatihan cara pemindahan koloni lebah dari alam ke kotak lebah. Hasil pengabdian menunjukkan bahwa jenis kayu yang baik untuk digunakan sebagai bahan baku pembuatan kotak lebah adalah kayu kelapa dan kayu bayur. Pada umumnya kelompok tani lebah Mitra telah paham budidaya lebah secara moderen.Budidaya lebah yang dilakukan setelah kegiatan pengabdian memberikan pengaruh peningkatan pendapatan kelompok tani mitra.
PENINGKATAN KUALITAS BIBIT KAKAO MELALUI KEGIATAN SAMBUNG PUCUK DI DESA BAKUBAKULU KECAMATAN PALOLO KABUPATEN SIGI Abdul Hapid; Wardah Wardah; Sudirman Dg. Masiri; Hamka Hamka; Zulkaidhah Zulkaidhah
Jurnal Abditani Vol. 3 No. 1 (2020): April
Publisher : FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ALKHAIRAAT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (189.681 KB) | DOI: 10.31970/abditani.v2i0.36

Abstract

Desa Bakubakulu merupakan salah satu desa sentra penghasil kakao yang ada di Sulawesi Tengah dan merupakan sumber pendapatan pokok bagi masyarakatnya. Namun saat ini hasil produksi kakao yang mulai menurun dikarenakan pertumbuhan tanaman kakao yang kurang baik, biji buah yang dihasilkan berukuran kecil, tanaman dan buah kakao mudah terserang hama dan penyakit. Untuk menghindari masalah tersebut, maka perlu penanganan secara serius melalui kegiatan pembibitan tanaman kakao yang baik. Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas bibit tanaman kakao yaitu dilakukan melalui pengkajian teknologi inovasi baru yang terarah dan berkelanjutan, yaitu perbanyakan bibit secara vegetative melalui metode sambung pucuk. Kegiatan pembibitan kakao dan sambung pucuk pada bibit kakao dilakukan di persemaian tanaman kehutanan (Persemaian kerjasama antara Untad dengan Kemenristek Dikti melalui Program pengabdian skim PPDM) di Desa bakubakulu Kecamatan palolo Kabupaten Sigi. Dalam pelaksanaan kegiatan ini, metode yang digunakan yaitu metode sambung pucuk. Bibit kakao yang digunakan dalam kegiatan sambung pucuk sebagai batang bawah adalah bibit yang dibibitkan langsung di persemaian, sementara sumber entres diperoleh dari pertanaman kakao masyarakat di Desa Bakubakulu dari tanaman kakao jenis Klon 45. Hasil yang dicapai dari kegiatan pengabdianini adalah tersedianya bibit tanaman kakao yang dibibitkan langsung di persemaian. Tersedianya bibit tanaman kakao hasil sambung pucuk.Dari rangkaian kegiatan ini dapat disimpulkan bahwa Kualitas bibit kakao hasil sambung pucuk sangat ditentukan oleh kualitas batang bawah dan entres yang digunakan serta keberhasilan sambung pucuk dipengaruhi oleh faktor cuaca, waktu pelaksanaan dan teknik pelaksanaannya. Rangkaian kegiatan memberikan kontribusi besar baik terhadap institusi maupun bagi Masyarakat.
PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU DI DAERAH PENYANGGA TAMAN NASIONAL LORE LINDU DESA BAKUBAKULU KABUPATEN SIGI Abdul Hapid; Wardah; Sudirman Dg. Massriri; Hamka
Jurnal Abditani Vol. 4 No. 1 (2021): April
Publisher : FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ALKHAIRAAT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31970/abditani.v4i1.90

Abstract

Pengembangan usaha hasil hutan bukan kayu di wilayah Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) akan memberikan peningkatan penghasilan masyarakat sekitar TNLL. Salah satu hasil hutan bukan kayu berpotensi dikembangkan adalah pohon aren (Arenga pinnata M.). Pohon aren merupakan tumbuhan yang multi guna dan menghasilkan bahan industri yang sudah dikenal sejak dahulu kala. Tujuan dari kegiatan pengadian ini adalah untuk meningkatkan produktivitas pemanfaatan hasil hutan bukan kayu khususnya produk aren yang ada di Daerah Penyangga Taman Nasional Lore Lindu khususnya di Desa Bakubakulu sehingga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat dalam menjaga keutuhan fungsi kawasan Taman Nasional Lore Lindu. Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan dan target tersebut adalah observasi, sosialisasi dan pelatihan cara pembuatan kolang-kaling dan gula semut dari nira aren. Pelatihan menggunakan metode ceramah, diskusi dan tutorial. Metode ceramah digunakan untuk memberikan pemahaman yang lengkap kepada para peserta tentang pembuatan gula semut dari nira aren dan pembuatan kolang-kaling dari buah aren. Hasil kegiatan pengabdian menunjukkan bahwa mitra dapat memahami proses pembuatan kolang-kaling dan palm sugar dari awal sampai proses pengemasan sehingga nilai jual produknya bertambah sehingga dapat meningkatkan pendapatan kelompok tani mitra.
PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA LEBAH MADU DI DESA JONO OGE KABUPATEN SIGI Hamzari; Abdul Hapid; Hamka
Jurnal Abditani Vol. 4 No. 1 (2021): April
Publisher : FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ALKHAIRAAT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31970/abditani.v4i1.92

Abstract

Potensi yang dimiliki oleh Kabupaten Sigi khususnya desa Jono Oge yang belum dimanfaatkan secara maksimal adalah sebagian besar wilayahnya termasuk kawasan hutan dan memiliki perkebunan kelapa yang luas yang merupakan sumber pakan lebah madu. Lebah madu merupakan hasil hutan bukan kayu yang potensial untuk dikembangkan. Tujuan yang akan dicapai pada program PKM ini adalah memberikan pengetahuan bagi mitra tentang teknik budidaya lebah madu yang professional sehingga dapat meningkatkan pendapatan mitra. Pelaksanaan kegiatan PKM ini adalah memberikan penyuluhan kepada anggota mitra tentang teori yang berkaitan dengan budidaya lebah, khususnya tentang biologi lebah, peralatan budidaya lebah, peluang usaha budidaya lebah, hama dan penyakit lebah madu serta tanaman pakan lebah. Juga dilakukan kegiatan pelatihan kepada Mitra tentang jenis-jenis kayu dan desain kotak/stup yang baik digunakan dalam budidaya lebah madu Apis cerana dan dilakukan penambahan koloni lebah. Hasil kegiatan pengabdian di Desa Jono Oge menunjukkan bahwa kegiatan penyuluhan tentang budidaya lebah madu dapat memberikan pemahaman ke masyarakat tentang manfaat budidaya lebah madu bagi kegiatan pertanian dan perkebunan. Kelompok tani mitra juga sudah dapat membudidayakan lebah madu dengan kotak lebah/stup. Sehingga hasil panen madu kelompok tani mitra meningkat 3 kali lipat setelah kegiatan PKM dan dapat meningkatkan pendapatan kelompok tani mitra.
PENGARUH LAMA PENGUJIAN TERHADAP SERANGAN PENGGEREK KAYU DI LAUT PADA KAYU MALAPOGA (Toona ciliata) DAN KAYU TEA (Artocarpus elasticus Reinw. Ex Blume) Fauziah Ramadhana; Abdul Hapid; Erniwati Erniwati
Jurnal Penelitian Kehutanan BONITA Vol 3, No 1 (2021): Juli 2021
Publisher : Universitas Andi Djemma Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55285/bonita.v3i1.619

Abstract

Timber in brackish waters and at sea is often damaged by marine wood borer (marine borers). For some fishing communities and people living in coastal areas, the use of boats is very important for them as a support for their livelihood as a means of transportation. Until now, the use of wood as raw material for boats is still frequently used. The wood used in boat building will of course often come in contact with sea water so that it does not rule out the attack of marine borers that will reduce the strength of the wood especially if it is used for a long time. The research objective was to determine the effect of the length of testing at sea on the strength (MOE and MOR) and the natural durability of Malapoga wood (Toona ciliata) and Tea wood (Artocarpus elasticus Reinw. Ex Blume). This research was conducted for 3 months at the Material Testing Laboratory, Faculty of Engineering and Agrotechnology Laboratory, Faculty of Agriculture, Tadulako University, while testing for marine borers was carried out in the waters of Talise Village, East Palu District, Palu City, Central Sulawesi. The test uses the Malapoga wood and Tea wood test samples with sizes2 cm x 2 cm x 30 cm. Meanwhile, at sea testing and data analysis using a completely randomized design (CRD) factorial pattern with 2 factors was repeated 5 times so that there were 30 samples with 10 test samples (control) without immersion in the sea. The results showed that the length of the test had a very significant effect on the strength of wood (MOE and MOR) and the natural durability of wood (weight loss percentage) and the types of Malapoga wood and Tea wood were classified in the strong class V (five).
POTENSI DAN PERMUDAAN ALAM ROTAN DI KAWASAN HUTAN PRODUKSI TERBATAS (HPT) DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA Abdul Hapid; Adam Malik; Hamka Hamka; Yusuf Abd Malik
ForestSains Vol 14, No 2 (2017): Juni
Publisher : Universitas Tadulako

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (466.391 KB)

Abstract

Non timber forest products are potential assets to generate foreign exchange. One type of plants that has a trade prospect is rattan. The method used belt transects. The size of the plots is 10 m x 100 m along 1000 m. The result showed that there were three types of rattan, namely Batang Rattan (Calamus zollingeri Becc), Ronti Rattan (Calamus axillaris Becc) and Tohiti Rattan (Calamus inops Becc, ex. Heyne). The density was based on the length of the rattan stems: the length <3 m (133 stems/ha), between 3-5 m (58 stems/ha) and> 5 m (146 stems/ha). The highest potential of rattan at all regeneration levels is dominated by Batang rattan (Calamus zollingeri Becc) of seedling level 93.13%, and 122 stems/ha, 87.93% and 51 stems/ha and adult 68.49% and 100 stems/ha. The type of rattan at all levels of natural regeneration was dominated by Batang rattan (Calamus zollingeri Becc) with Import Value Index (INP) of 184.04%, weaning rate of 178.84%, and adult rate of 151.82%. In the type of Ronti Rattan (Calamus axillaris Becc), the seedling level had an Important Value Index (INP) of 15.96%, weaning rate of 21.16% and an adult rate of 39.16%. While the rattan species that had the lowest Importance Index Score (INP) was the lowest in all natural regeneration classes. That was Ronti Rattan (Calamus inops Becc ex Heyne) with Important Value Index (INP) of seedling and weaning rates absent and at adult level with Important Value Index (INP) of 9.02%.
PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU (HHBK) BAMBU OLEH MASYARAKAT TERASING (SUKU LAUJE)DI DESA ANGGASAN KECAMATAN DONDO KABUPATEN TOLITOLI Muh Tang; Adam Malik; Abdul Hapid
Jurnal Warta Rimba Vol 7, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Tadulako

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (204.318 KB)

Abstract

Indonesia is a country that is blessed by God with a wealth of natural resources that supports the lives of its people, ranging from marine wealth to innumerable forest resources. The only problem that arises is the resource management of the wealth to be something useful. The purpose of this study was to determine the utilization of non-bamboo forest products made by the Lauje tribe in the Anggasan Village, Dondo District, Tolitoli Regency. This research was conducted in Anggasan Village, Dondo District, Tolitoli Regency, Central Sulawesi Province, for 3 months starting from March to May 2016. The method used in this research was the method of extracting information from the results of questionnaires and respondents so that it was hoped that this research could develop an object or real conditions in the field. The results of the study of the utilization of non-wood forest products (NTFPs) of bamboo by the isolated community (Lauje tribe) in Anggasan Village, Dondo District, ToliToli Regency are as handicrafts in the form of Patapi / sisiru (tatapi), hats (songko), chopsticks (chopsticks), aya (pagero) ), as a Nampang / place of water in the form of a place of water (sasauang) and a long place of water (bandal) and as materials / ingredients for building houses in the form of a house wall (bombonge), the floor of a house (basal) and a chicken coop (saloko). Utilization of bamboo by the community isolated Lauje tribe in Anggasan Village, Dondo District, Tolitoli Regency, is categorized as medium.Keywords: Non-Timber Forest Products, Lauje Tribe, Anggasan Village, Tolitoli Regency