Moh. Saifudin
Universitas Muhammadiyah Lamongan

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PENGARUH TERAPI MUROTTAL AL-QUR’AN TERHADAP PENURUNAN TINGKAT STRES PADA REMAJA PUTRI (USIA 12-15 TAHUN) DI PANTI ASUHAN PANCASILA YAYASAN SUMBER PENDIDIKAN MENTAL AGAMA ALLAH (SPMAA) DESA TURI KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN Moh. Saifudin
Surya : Jurnal Media Komunikasi Ilmu Kesehatan Vol 11, No 03 (2019)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Lamongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38040/js.v11i03.89

Abstract

Usia remaja lebih rentan akan terjadinya stres, sebab pada usia ini seseorang akan menghadapi tugas dalam setiap perkembangannya. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisa pengaruh terapi murottal Al-Qur’an terhadap penurunan tingkat stres pada remaja putri (usia 12-15 tahun) di Panti Asuhan Pancasila SPMAA Lamongan.Desain penelitian ini menggunakan metode Pra Eksperimen dengan desain One Group Pretest Posttest. Populasi sebanyak 41 remaja, menggunakan teknik Simple Random Sampling didapatkan sebanyak 20 remaja. Data penelitian ini diambil menggunakan kuesioner DASS. Setelah ditabulasi data yang dianalisis dengan menggunakan uji Wilcoxon Sign Rank Test dengan tingkat kemaknaan p= <0,05.Hasil penelitian menunjukkan sebelum diberi perlakuan dari 20 remaja hampir sebagian (40%) mengalami stres sedang. Setelah diberi perlakuan lebih dari sebagian besar (75%) tidak mengalami stres (normal).Berdasarkan hasil diatas dengan nilai signifikasi p sign = 0,000 dan nilai Z= -3,520.Artinya ada pengaruh terapi murottal Al-Qur’an terhadap penurunan tingkat stress pada remaja putri (Usia 12-15 tahun) di Panti Asuhan Pancasila Yayasan SPMAA Desa Turi Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan.Untuk mengatasi masalah stres, salah satu alternatif yang dapat digunakan adalah dengan terapi murottal Al-Qur’an
Pengaruh Senam Latih Otak (Brain Gym) terhadap Motivasi Belajar Siswi Kelas XI MA Ruhul Amin Yayasan SPMAA Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan Moh. Saifudin
Surya : Jurnal Media Komunikasi Ilmu Kesehatan Vol 11, No 02 (2019)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Lamongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (212.408 KB) | DOI: 10.38040/js.v11i02.38

Abstract

Background: Motivasi belajar peserta didik yang kurang akan sangat menganggu proses belajar. Berdasarkan survei awal didapatkan 6 dari 10 anak memiliki motivasi sedang, sedangkan 4 lainnya memiliki motivasi rendah.Objectives: penelitian ini bertujuan  mengetahui pengaruh senam latih otak (brain gym) terhadap motivasi belajar siswi kelas XI MA Ruhul Amin Yayasan SPMAA Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan.Design: Desain yang digunakan adalah pra-eksperimental design dengan menggunakan one group pretest posttest design. Variabel independen yaitu brain gym dan variabel dependen motivasi belajar menggunakan observasi kuisioner motivasi belajar. Populasi siswi kelas XI MA Ruhul Amin sebanyak 24 siswi sample menggunakan total sampling sehingga 24 siswi menjadi responden. Uji yang digunakan uji wilcoxon dengan tingkat kemaknaan 0,05.Results: Hasil penelitian sebelum diberikan brain gym sebagian besar memiliki motivasi tinggi (79,2%), setelah diberikan brain gym hampir seluruhnya siswi memiliki tingkat motivasi tinggi (87,5%). Hasil uji wilcoxon diperoleh nilai Z = -4,259 dan p= 0,000 maka H1 diterima yang artinya ada pengaruh senam latih otak (brain gym) terhadap motivasi belajar siswi kelas XI MA Ruhul Amin Yayasan SPMAA Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan.Conclusions: Melihat hasil penelitian ini bahwa setelah diberikan brain gym maka tingkat motivasi belajar akan meningkat, sehingga di perlukan bagi para akademis dan praktisi untuk memanfaatkan brain gym sebagai cara meningkatkan motivasi belajar.
PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN KEMAMPUAN KONSELING BAGI KADER BIKKSA (BIRO INFORMASI KONSULTASI KELUARGA SAKINAH AISYIYAH) MELALUI PELATIHAN KONSELING Dian Nurafifah; Moh. Saifudin
JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri) Vol 6, No 4 (2022): Agustus
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (554.445 KB) | DOI: 10.31764/jmm.v6i4.8811

Abstract

Abstrak: Idealnya konseling dilakukan oleh profesonal, namun karena keterbatasan jumlah konselor maka pelaksanaan konseling dilakukan oleh kader BIKKSA yang ditunjuk dan sukarela sebagai konselor awam. Sayangnya, para kader sama sekali belum pernah mendapatkan pembekalan bagaimana melakukan konseling sehingga tidak mempunyai kemampuan yang mumpuni dalam menggali masalah dan memecahkan masalah. Berdasarkan masalah tersebut maka perlu diadakan pelatihan konseling bagi para kader. Tujuan pelatihan konseling untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan konseling kader BIKKSA. Pelatihan dilaksanakan dalam bentuk paparan materi dan praktik konseling. Sasaran pelatihan adalah kader BIKKSA di kabupaten Lamongan sebanyak 27 kader. Evaluasi pelatihan dilakukan dengan metode pretest dan posttest menggunakan kuesioner. Hasil pelatihan menunjukkan terdapat peningkatan pemahaman kader mengenai komunikasi konseling (85,2%) dan peningkatan kemampuan melakukan konseling (88.9%).Abstract: Ideally counseling is carried out by professionals, but due to the limited number of counselors, counseling is carried out by BIKKSA cadres who are appointed and voluntarily as lay counselors. Unfortunately, the cadres have never been briefed on how to do counseling so they don’t have the ability to explore problems and solve problems. Based on these problems, it is necessary to hold counseling training for cadres. The purpose of counseling training is to improve the understanding and counseling ability of BIKKSA cadres. Training is carried out in the form of providing counseling materials and practices. The target of the training is BIKKSA cadres in Lamongan district as many as 27 cadres. Training evaluation was carried out using the pretest and posttest methods using a questionnaire. The results of the training showed that there was an increase in the understanding of cadres about counseling communication (85,2%) and an increase in the ability to do counseling (88,9%).