Fluor albus atau keputihan merupakan masalah kesehatan reproduksi yang hampir 75% perempuan di seluruh dunia akan mengalaminya, Di Indonesia sebanyak 75% wanita pernah mengalami keputihan minimal satu kali dalam hidupnya dan 45% di antaranya mengalami keputihan sebanyak dua kali atau lebih. Keputihan pada remaja disebabkan karena perilaku pencegahan keputihan yang kurang baik Pemahaman remaja akan kesehatan reproduksi menjadi bekal remaja dalam berperilaku sehat dan bertanggung jawab, namun tidak semua remaja memperoleh informasi yang cukup dan benar tentang kesehatan reproduksi. Keterbatasan pengetahuan dan pemahaman ini dapat membawa remaja ke arah perilaku berisiko Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswi Poltekkes Kemenkes Aceh yang berjumlah 864 orang. Analisa data yang digunakan yaitu regresi logistic dengan menggunakan STATA.Hasil penelitian menunjukkan faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan keputihan yaitu pengetahuan kurang baik (OR=3,68; 95%CI=2,73 – 4,97; p-value=0,000), sikap negative (OR=1,38; 95%CI=1,05 – 1,80; p-value=0,017), motivasi kurang baik (OR=3,19; 95%CI=2,42 – 4,22; p-value=0,000). Faktor yang paling dominan berhubungan dengan pencegahan keputihan pada mahasiswi Poltekkes Kemenkes Aceh yaitu pengetahuan kurang baik (OR=3,22; 95%CI= 2,36 – 4,39; p-value=0,000). Responden yang berpengetahuan rendah 3,22 kali berisiko kurang melakukan pencegahan keputihan dibandingan dengan responden yang berpengetahuan baik setelah dikontrol oleh sikap dan motivasi. Diharapkan kepada mahasiswi untuk meningkatakan pengetahuan tentang bahaya dan pencegahan keputihan, sehingga mahasiswi lebih meningkatkan perilaku dalam pencegahan keputihan dan mencegah terjadinya keputihan patologis.Kata Kunci : Motivasi; Pencegehan Keputihan; Pengetahuan, SikapFluorine Albus or vaginal discharge is a reproductive health problem that nearly 75% of women worldwide will experience. In Indonesia, 75% of women have experienced vaginal discharge at least once in their lives and 45% have experienced vaginal discharge twice or more. Vaginal discharge in adolescents is caused by poor vaginal discharge prevention behavior. Adolescent understanding of reproductive health is the provision for adolescents to behave healthily and responsibly, but not all adolescents obtain sufficient and correct information about reproductive health. This limited knowledge and understanding can lead adolescents toward risky behavior. The research method used is an analytical research method with a cross-sectional approach. Data collection was done by using a questionnaire. The sample in this study were students of the Health Polytechnic of the Ministry of Health of Aceh, amounting to 864 people. The data analysis used was logistic regression using STATA. The results showed that the factors associated with vaginal discharge prevention behavior were poor knowledge (OR=3.68; 95%CI=2.73 – 4.97; p-value=0.000) , negative attitude (OR=1.38; 95%CI=1.05 – 1.80; p-value=0.017), poor motivation (OR=3.19; 95%CI=2.42 – 4.22 ; p-value = 0.000). The most dominant factor related to the prevention of vaginal discharge in female Poltekkes Kemenkes Aceh was poor knowledge (OR=3.22; 95%CI= 2.36 – 4.39; p-value=0.000). Respondents with low knowledge 3.22 times have less risk of preventing vaginal discharge compared to respondents who have good knowledge after being controlled by attitudes and motivation. It is expected that female students will increase their knowledge about the dangers and prevention of vaginal discharge, so that college student will improve their behavior in preventing vaginal discharge and preventing pathological vaginal discharge.Keywords: attitude; knowledge; motivation; prevention; vaginal discharge