Claim Missing Document
Check
Articles

FRAKSINASI KERING MINYAK KELAPA MENGGUNAKAN KRISTALISATOR SKALA 120 KG UNTUK MENGHASILKAN FRAKSI MINYAK KAYA TRIASILGLISER0L RANTAI MENENGAH MURSALIN, MURSALIN; HARIYADI, PURWIYATNO; PURNOMO, EKO HARI; ANDARWULAN, NURI; FARDIAZ, DEDI
853-8212
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKMinyak kelapa merupakan sumber medium chain triglycerides(MCT) utama. Melalui proses fraksinasi dapat dihasilkan fraksi minyakdengan kandungan MCT tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajaripengaruh berbagai faktor perlakuan dingin terhadap kristalisasi danfraksinasi minyak kelapa, serta untuk menetapkan prosedur pendinginanyang efektif dalam menghasilkan fraksi minyak dengan kandungan MCTtinggi. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium SEAFAST CENTER IPBdari bulan Maret 2012 sampai bulan Februari 2013. Fraksinasi dilakukandengan memanaskan minyak pada suhu 70°C lalu didinginkan padaberbagai laju pendinginan untuk mencapai beberapa variasi suhukristalisasi, diaduk dengan kecepatan 15 rpm, dibiarkan mengkristal padalama waktu yang berbeda (hingga 900 menit), serta difraksinasi denganpenyaringan vakum menggunakan kertas Whatman 40. Tiga tahappendinginan yang merupakan faktor kunci keberhasilan proses kristalisasiminyak kelapa yaitu tahap pendinginan awal dari suhu 70 hingga 29°C;tahap pendinginan kritis 29°C hingga suhu kristalisasi; dan tahapkristalisasi itu sendiri. Pada tahap pertama minyak kelapa didinginkansecepat mungkin untuk menurunkan waktu proses, tetapi pada tahap keduaharus dilaksanakan dengan laju pendinginan lambat (kurang dari 0,176°C/menit) untuk menghasilkan kristal yang berukuran besar dan tidak mudahmeleleh. Minyak dengan kandungan triasilgliserol tinggi dapat diperolehdari fraksi olein minyak kelapa. Pada perlakuan suhu kristalisasi 21,30-21,73°C untuk laju pendinginan kritis antara 0,013 hingga 0,176°C/menit,semakin rendah laju pendinginan kritis dan semakin lama proseskristalisasi maka kandungan MCT fraksi olein yang dihasilkan akansemakin tinggi.Kata kunci: minyak kelapa, laju pendinginan, kristalisasi, fraksinasi, MCTABSTRACTCoconut oil is the main source of medium chain triglycerides(MCT). Fractionation produce oil fraction containing MCT concentrate.This research aims to study the influence of various factors of coolingtreatment on the crystallization and fractionation of coconut oil, and toestablish effective cooling procedure to produce oil fraction with highMCT content. The research was conducted in Laboratorium of SEAFASTCENTER IPB from March 2012 to February 2013. Coconut oil washeated at 70°C then cooled at different cooling rate to reach variouscrystalization temperatures. The oil was then stirred at 15 rpm and allow tocrystallized at different period of time (up to 900 min), and finallyfractionated by vacuum filtration using Whatman #40 paper. Fractionationtemperatures was the same as crystalization temperature. The resultsshowed that there were three distinct cooling regimes critical tocrystallization process, i.e temperature range from 70 to 29°C; 29°C tocrystallization temperature; and crystallization temperature. In the firstregime, melted coconut oil might be cooled quickly to save time, but in thesecond regime need be done with a cooling rate of less than 0.176°C/minto produce physically stable crystal. Oil with high triacylglycerol contentcould be obtained from olein fraction of coconut oil. At the crystallizationtemperature 21.30-21.73°C for the critical cooling rate between 0.013 to0.176°C/min, the higher MCT content of olein fraction were produced bythe lower critical cooling rate and the longer crystallization process.Keywords: fractionation, crystallization, MCT, coconut oil, cooling rate.
FORMULASI DAN KARAKTERISASI CAKE BERBASIS TEPUNG KOMPOSIT ORGANIK KACANG MERAH, KEDELAI, DAN JAGUNG The Formulation and Characterization of Cake Based on Organic Composite Flour: Red Bean, Soybean, and Corn Astuti, Santi Dwi; Andarwulan, Nuri; Hariyadi, Purwiyatno; Agustia, Friska Citra
Pembangunan Pedesaan Vol 13, No 2 (2013)
Publisher : Pembangunan Pedesaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bahan pangan organik memiliki kandungan gizi dan komponen fungsional yang lebih tinggi dibanding non-organik serta tidak mengandung residu kimia dan logam berat. Kacang merah dan kedelai merupakan sumber protein nabati yang kaya serat pangan dan senyawa fungsional serta memiliki Indeks Glikemik rendah. Pati jagung berperan dalam memperbaiki sifat tekstural dan reologi produk pangan. Penelitian ini ditujukan untuk : 1) mengkaji karakteristik tepung komposit organik berbasis kacang merah, kedelai, dan jagung sebagai bahan pensubstitusi terigu dalam pembuatan cake; 2) mengkaji sifat fisikokimia dan sensori cake yang dihasilkan. Rasio tepung komposit organik kacang merah : kedelai : jagung yaitu 65% : 25% : 10%. Proporsi tepung komposit organik sebagai pensubstitusi terigu yaitu 0-100%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1) Tepung komposit organik memiliki kadar protein, lemak, dan serat pangan yang lebih tinggi dibanding terigu, sedangkan kadar karbohidrat dan patinya lebih rendah. Komposisi tersebut menyebabkan kemampuannya mengikat air yang tinggi pada suhu ruang dibanding terigu; sedangkan terigu memiliki kemampuan gelatinisasi (yang dilihat dari profil pasta dan viskositas) yang lebih baik; 2) Semakin tinggi proporsi substitusi terigu pada pembuatan cake menyebabkan peningkatan kadar air, abu, protein, dan serat pangan; sedangkan kadar karbohidratnya menurun. Secara sensori, terjadi penurunan pada tingkat kelembutan, kesukaan terhadap aroma, rasa, penerimaan secara keseluruhan; serta peningkatan pada intensitas warna. Substitusi terigu tidak berpengaruh besar pada sifat tekstural cake (kekerasan, elastisitas, dan daya kohesif); 3) Substitusi terigu dengan tepung komposit organik berbasis kacang-kacangan seperti kacang merah dan kedelai dapat dilakukan untuk memperbaiki nilai gizi cake terutama protein hingga taraf 50%, dan untuk meningkatkan penerimaan konsumen, produk cake dapat dikembangkan menjadi muffin.
REKAYASA MESIN PENCETAK BUTIR BERAS SIMULASI DARI MATERI TANAMAN HUTAN Hendrawan, Iyus; Sutrisno, Sutrisno; Hariyadi, Purwiyatno; Purwanto, Y Aris; Hasbullah, Rokhani
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 33, No 3 (2015): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2015.33.3.235-246

Abstract

Indonesia kaya akan aneka sumber karbohidrat non-beras, termasuk di dalamnya tumpang sari tanaman hutan. Bulir beras simulasi (Simulated Rice Grain/SRG) dibuat dari bahan tepung aneka sumber karbohidrat non-beras dengan pendekatan sifat fisiko kimia tepung dan bulir beras varietas Ciherang. Penelitian bertujuan untuk merancang bangun mesin pencetak SRG berbahan baku campuran tepung hasil tumpang sari tanaman hutan. Perancangan mesin pencetak SRG didekati melalui kriteria perancangan, analisa desain, desain fungsional dan proses manufaktur, mesin ini diuji coba dengan menggunakan bahan campuran terbuat 30% pati garut, 42 % tepung tales beneng dan 28% tepung sorgum. Hasil rekayasa mesin pencetak SRG mempunyai dimensi ruang pencentak 6,8 x 2,2 x 5,06 mm , rasio pemampatan  1,9-2,3, kekuatan tekan 600 N. Sudut luncur pengumpan 70o, lama tekan pencetakan  0-5000 mikrodetik, kapasitas 900 bulir per jam dan temperatur bantalan ruang cetak 25-80 oC. Pengujian mesin pencetak menghasilkan bulir SRG dengan panjang 7,1 mm, tebal 2,8 mm, bentuk agak bulat, kekerasan bulir 0,1–2 N, massa jenis SRG 620-770  kg/m3 dan bobot  17,5-29 g per 1000 butir.
(Lipase Catalysed Intersterification of Red Palm Oil and Coconut Oil Blends to Produce B-Carotene Riched Raw Spreads) Fitri Hasrini, Reno; -, Sugiyono; Hariyadi, Purwiyatno; Andarwulan, Nuri
Warta Industri Hasil Pertanian Vol 26, No 02 (2009)
Publisher : Balai Besar Industri Agro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6790.203 KB)

Abstract

Red palm oil has several characteristics which is very raw spread, especially their high carotenoid content which have many advantages for human health. Enzymatic interesterification (IE) with saturated and middle-along chain fatty acid (coconut oil) is one effective ways improve their physical propertise. the objective of this research was to obtain the best formulation of red palm oil coconut oil blends which have the most similar characteristics with raw spreads commercial and have high B-carotene content. The in this research were (1) Chemical properties analysis from Crude Palm Oil (CPO), including water content, free fatty acid, peroxide value, iod value, and carotenoid total, (2) Refining and chemical properties analysis of Neutralized Red Palm Oil (NRPO), including water content, free fatty acid, peroxide value, iod value, and carotenoid total, (3) Fractionation of neutralized Red Palm Oil (NRPO), (4) Enzymatic interesterification and physicochemical properties analysis, including slip melting point (SMP), carotenoid total, solid fat content (SFC), and fat crystallization behavior. The results showed that product of enzymatic interesterification such as SMP and SFC profiles were higher than without enzymatic interesterification treatment, carotenoid total was not change significantly, and the crystal sizes were larger than treatment before. Enzymatic interesterification results very significant changing on physical properties from NRPO and Rpo and still have high total carotenoid. Formulation of (Rps/Rpo)/CNO with ratio 75:25, 77,5:12,5 and 82,5:17,5 b/b had most similar physical properties with profile raw spreads retail and industry. SMP value of there ratio already included in SMP commercial spreads range that are 32,63; 33,60 and 34,86 oC. After enzymatic interesterification process, total carotenoid only decreased 1,85; 2,97 and 2,93% (363,16; 378,21 and 392,81 ppm become 356,43; 366,72 and 381,32 pmm), and SFC profile on 20, 30 40 oC were similar with SFC profile raw spreads and industry.
Metode Pembuatan Sorgum Sosoh Rendah Tanin pada Pembuatan Nasi Sorgum (Sorghum Bicolor L) Instan Amrinola, Wiwit; Widowati, Sri; Hariyadi, Purwiyatno
ComTech: Computer, Mathematics and Engineering Applications Vol 6, No 1 (2015): ComTech
Publisher : Bina Nusantara University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21512/comtech.v6i1.2280

Abstract

Sorghum is one of the non-rice commodities which have a relatively high content of nutrients, especially protein and carbohydrate. However, the nutritional value is to be down and relatively low due to the relatively high tannin content as an anti-nutrient. Fairly high tannin content in sorghum is also causing sorghumhas unpleasant taste and slightly bitter or "Sepet". Therefore, it is necessary to reduce the content of tannins in sorghum that is expected to improve the quality of nutrition, especially the increase in protein and starch digestibility and palatability or the flavor of sorghum products. The purpose of this study is to obtain the best method to lower tannin content in the manufacture of low-tannin sorghum milling, which will be used in the manufacture of instant rice sorghum. This research was done in two stages, namely 1) the timing of the millingstage and 2) the development stage of a method of making low-tannin sorghum milling by comparing the content of tannin reduction method with the immersion process in alkaline solution (NaOH 0.3% and 0.3% Na2CO3) and distilled water with the method of reducing tannin content without immersion process. The results of this study indicate that the best milling time that can produce milled sorghum with good physical sorghum is five minutes and the best immersion treatment that can lower the optimum tannin content is by immersing in 0.3%Na2CO3 solution for 24 hours. This method can reduce up to 77.46% tannin content.
Beban Ganda; Permasalahan Keamanan Pangan di Indonesia Hariyadi, Purwiyatno
JURNAL PANGAN Vol 17, No 2 (2008): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (853.34 KB) | DOI: 10.33964/jp.v17i2.249

Abstract

Keamanan pangan merupakan prasyarat bagi suatu produk pangan, yang harus ditangani secara terpadu, melibatkan berbagai stakeholders; baik dari pemerintah, industri, dan konsumen. Pada kenyataannya; Indonesia harus menanggung beban ganda keamanan pangan. Beban pertama berkaitan dengan masalah-masalah mendasar keamanan pangan; terutama masih belumdiaplikasikannya prinsip GMP dengan baik. Beban kedua, secara khusus berkaitan dengan industri pangan Indonesia yang berorientasi ekspor; yang harus menghadapi berbagai isu keamanan pangan baru yang selalu bermunculan dari waktu ke waktu, berubah-ubah dan berbeda dari satu negara ke negara lainnya. Penyebab permasaiahan beban ganda keamanan pangan di Indonesia ini adalah belum dipahami dan disadarinya arti strategis keamanan pangan. Oleh karena itu, pemerintah perlu memberikan perhatian yang layak pada (i)pembenahan infrastruktur keamanan pangan, (ii) program pendidikan pada produsen dan konsumen, (iii) prioritas alokasi dana untuk pembengunan keamanan pangan dan (iv) pembinaan dan fasilitasi prasarana untuk industri kecil dan menengah. Secara khusus, pemerintah Indonesia perlu memberikan prioritas yang cukup pada pembinaan dan fasilitasi prasarana keamanan pangan untuk industri kecil dan menengah. Peningkatan kondisi keamanan pangan industri kecil menengah ini akan memberikan dampak pada peningkatan statuskesehatan masyarakat, peningkatan daya saing produk, dan pada gilirannya akan meningkatkan produktivitas dan akan berkontribusi pada peningkatan daya saing bangsa.
Pengaruh Dua Siklus Autoclaving-Cooling Terhadap Kadar Pati Resisten Tepung Beras dan Bihun yang Dihasilkannya Effects of Two-Cycle Autoclaving-Cooling on Resistant Starch Content of Rice Flour and the Resulted Rice Noodle Yuliwardi, Fahma; Syamsira, Elvira; Hariyadi, Purwiyatno; Widowati, Sri
JURNAL PANGAN Vol 23, No 1 (2014): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (676.558 KB) | DOI: 10.33964/jp.v23i1.49

Abstract

Beras merupakan salah satu komoditas pangan terpenting di Indonesia karena merupakan makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia. Namun sampai saat ini produktivitas tanaman padi masih rendah dan belum dapat memenuhi kebutuhan secara keseluruhan. Oleh karena itu, perlu upaya nyata untuk meningkatkan hasil panen tanaman padi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian unsur hara silika (Si) dalam ukuran nano yang diisolasi dari sekam padi terhadap pertumbuhan, respon morfologi dan fisiologi serta produktivitas tanaman padi sawah. Perlakuan yang diberikan terdiri atas pemberian pupuk SiP 300 kg/ha (S2), pemberian nano silika koloid 10 ppm (S3), 20 ppm (S4), 30 ppm (S5) dan kontrol/tanpa silika (S1). Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan bahwa pemberian nano silika koloid 20 ppm dan 30 ppm secara umum memberikan pengaruh yang terbaik pada pertumbuhan, respon morfologi, fisiologi dan produktivitas tanaman padi kecuali pada jumlah stomata.Rice is one of the most important staple food commodities in Indonesia. So far, however, the productivity of rice is still low and has not been able to meet the overall domestic needs. Therefore, a real effort to improve the harvest rice crops is urgently needed. This research aims to investigate the influence of silica (Si) nutrient elements, to be applied in nano size isolated from rice husk, on the growth, morphology and physiology responses as well as the productivity of the wet land rice. The treatment consists of the application of fertilizer SiP 300 kg/ha (S2), the colloid nano silica 10 ppm (S3), 20 ppm (S4), 30 ppm (S5) and kontrol/with no silica (S1). The results showed that the application of colloid nano silica 20 ppm and 30 ppm generally resulted in the best growth, morphological, physiological responses and productivity of the rice plant except for the number of stomata.
Teknologi Proses Ekstrusi untuk Membuat Beras Analog (Extrusion Process Technology of Analog Rice) Budi, Faleh Setia; Hariyadi, Purwiyatno; Budijanto, Slamet; Syah, Dahrul
JURNAL PANGAN Vol 22, No 3 (2013): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (260.965 KB) | DOI: 10.33964/jp.v22i3.114

Abstract

Tingkat konsumsi beras di Indonesia mencapai angka 139 kg/kapita/tahun, lebih tinggi dari konsumsi rata-rata di Asia Tenggara, sehingga untuk memenuhi kebutuhannya sering dilakukan impor beras. Indonesia memiliki sumber pangan lokal lain seperti jagung, sorgum, ubi kayu, ubi jalar, sagu dan lain-lain. Namun bahan pangan non beras tersebut kurang populer dibandingkan dengan beras. Oleh karena itu, perlu dikembangkan teknologi proses yang potensial untuk mengolah bahan pangan lokal non beras menjadi beras analog. Teknologi ekstrusi merupakan salah satu teknologi yang telah digunakan untuk pembuatan beras analog dengan bahan baku beras patah. Belakangan, teknologi ini juga mulai digunakan untuk pembuatan beras analog dari bahan pangan non beras. Karakteristik beras analog yang mirip dengan beras alami dapat dicapai dengan mengontrol parameter-parameter kritis ekstrusi seperti karakteristik dan komposisi bahan, suhu ekstrusi, kecepatan ulir dan sebagainya. Studi menunjukkan bahwa beras analog bisa dibuat dari bahan pangan non beras. Keberhasilan teknologi ini juga akan memperluas peluang fortifikasi dengan menggunakan beras analog sebagai pembawa zat gizi. seperti protein, vitamin dan mineral, sesuai dengan tujuannya. Makalah ini mengkaji hasil-hasil penelitian pembuatan beras analog dengan teknologi ekstrusi baik dengan menggunakan bahan beras patah maupun bahan non beras yang disertai dengan dan tanpa fortifikasi.Indonesia rice consumption level is very high and up to 139 kg/capita/year, higher than that of average consumption level in South East Asia, so that import of rice is frequently needed to fill the need of population. Indonesia is actually rich in local food sources other than rice; such as corn, sorghum, cassava, sago, etc. but they are not as popular as rice. Therefore technology for the production of analog rice using the localbased non-rice food sources is needed. Extrusion technology has been used to produce analog rice from broken rice as its raw material. Recently; extrusion technology has also been used to develop analog rice using non-rice food material. The characteristic of analog rice which is similar with the natural rice could be achieved by controlling the critical extrusion parameters, such as the characteristics and composition of raw material, the temperature of extrusion, the speed of screw etc. The success of the analog rice production from the non rice food material will open up opportunities for fortification program using analog rice as a carrier for the nutrient target. This paper reviews the research reports for analog rice production with extrusion technology using variety of raw materials; including broken rice and the non-rice food material, with and without fortification. 
Antisipasi terhadap Isu-Isu Baru Keamanan Pangan (The Anticipation of New Issues Food safety) Hariyadi, Ratih Dewanti; Hariyadi, Purwiyatno
JURNAL PANGAN Vol 21, No 1 (2012): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (291.288 KB) | DOI: 10.33964/jp.v21i1.97

Abstract

Kemunculan emerging dan kontaminan baru yang berkaitan dengan keamananpangan merupakan isu yang tidak bisa dihindari. E. coli enterohemoragik misalnya,merupakan contoh emerging baru yang menyebabkan kematian dan kerugian ekonomi di Eropa, sedangkan di Cina melamin adalah contoh mutakhir kontaminan pada susu formula bayi yang telah menyebabkan kematian dan kerugian perdagangan di dunia. Paper ini mengulas berbagai potensi emerging dan kontaminan baru yang mungkin muncul dalam sistem pangan. Tujuannya adalah untuk memberikan pemahaman mengenai emerging dan kontaminan baru tersebut sehingga kemunculannya bisa diantisipasi dengan tepat, baik oleh pemerintah emerging pangan maupun konsumen. Penggunaan kerangka kerja analisis risiko merupakan pendekatan logis yang perlu ditempuh oleh pemerintah untuk melahirkan kebijakan dan tindakan keamanan panganyang tepat untuk keperluan antisipasi tersebut. Sementara itu, emerging pangan perlu secara cermat mengkaji ulang praktek dan tindakan keamanan pangan, termasuk program dan rencana HACCP yang ada. Beberapa hal yang perlu dilakukan oleh emerging antara lain, mengevaluasi kembali spesifikasi ingriedien dan titik-titik kendali kritis, mengembangkan program pengambilan contoh dan pemantauan lingkungan, serta menyesuaikan program pengambilan contoh produk. Dalam kaitannya dengan pengendalian kontaminan yang sengaja ditambahkan (intentional contamination), rencana HACCP perlu mencakup juga bahaya-bahaya yang telah diidentifikasi pernah secara sengaja dimasukkan dalam sistem produksi, serta mengidentifikasi dan mengevaluasi bahaya-bahaya lain yang diketahui atau yang diduga bisa secara sengaja dimasukkan sistem produksi.Emerging pathogens and food contaminants important for food safety are inevitable issues. Enterohemorhagic E. coli, for example, is the latest one to cause fatality and economic loss in Europe while in China melamine is a very important adulaterant in powdered infant formula that has cost life and trade worldwide. This paper discusses the emergence of foodborne pathogens and contaminants in food system. The objective is to provide better understanding regarding the emerging foodborne pathogens and contaminants so that their emergence should be well anticipated by government, food industries as well as consumers. Use of risk analysis framework is the logical approach for government to produceappropriate food safety measures and policies. Meanwhile,food industry should take into precaution their existing food safety measures and revisit their HACCP plan. The most likely aspects to be reconsidered include re-evaluation of the specification for ingredients and critical control points, establishment of environmental monitoring and sampling, and adjustment of sampling plan. With respect to preventing intentional contaminations, HACCP plan should include hazards that may be intentionally introduced, identify and evaluate known or reasonably foreseeable hazards that may be associated with the facility. 
Kajian Proses Perumusan Standar dan Peraturan Keamanan Pangan di Indonesia Formulation Process Assessment on Food Safety Standards and Regulations in Indonesia Hariyadi, Purwiyatno; Sumarto, Sumarto; Hari Purnomo, Eko
JURNAL PANGAN Vol 23, No 2 (2014): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (621.371 KB) | DOI: 10.33964/jp.v23i2.55

Abstract

Standar dan peraturan keamanan pangan tidak saja bertujuan untuk melindungi kesehatan publik, tetapi juga menjamin perdagangan yang adil dan meningkatkan daya saing bangsa. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kesenjangan antara prinsip-prinsip baik dan kenyataan penerapannya pada pengembangan standar dan peraturan keamanan pangan di Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei dan diskusi kelompok terarah (focus group discussion/FGD) melibatkan pemangku kepentingan keamanan pangan. Hasil survei dan FGD menunjukkan bahwa banyak standar dan peraturan keamanan pangan yang mengalami hambatan dalam penerapannya disebabkan karena telah terjadi kesenjangan antara prinsip-prinsip baik dan kenyataan penerapannya. Kesenjangan tersebut adalah dalam hal (i) rendahnya informasi tentang proses dan perkembangan perumusan, (ii) kurangnya pembahasan yang mempertimbangkan kepentingan dan keterlibatan pemangku kepentingan, (iii) rendahnya relevansi antara tujuan perlindungan kesehatan publik dengan kondisi nyata produk dan industri pangan Indonesia, dan (iv) kurangnya kesiapan pelaku usaha dan unsur penunjangnya. Diidentifikasi pula adanya perbedaan persepsi antara pemerintah dan industri pangan tentang prinsipprinsip (i) transparansi, dan (ii) efektifitas dan relevansi. Hal ini perlu diatasi dengan perbaikan (i) sistem informasi, (ii) akses kepada pemangku kepentingan, (iii) kesiapan infrastruktur, dan (iv) kesepakatan mengenai dimensi pengembangan nasional, khususnya untuk (a) kepentingan UMKM, (b) pengembangan bahan baku lokal, dan (c) peningkatan daya saing.Food safety standards and regulations are developed not only for protecting public health but also for facilitating fair trade and nation competitiveness. The objectives of this research are to identify gap between good principles and their implementation in the development of food safety standards and regulations. Survey and focus group discussion (FGD) are used in this research. We find that gaps between good principles and actual development of food safety standard and regulation are the most frequently cited by stakeholders as the main factor hindering standard implementation. Gaps identified are lack of (i) information, (ii) intensive discussions among stakeholders, (iii) relevancy in term of consumer protection objective, and (iv) readiness of business community and its supporting system. Our results suggest that there is also a perception gap between food industry and government regulatory agencies on aspects of (i) transparency and (ii) effectiveness and relevancy. Improvement should be done by (i) improving the information system, (ii) providing access to stakeholders, (iii) making the infrastructures ready, and (iv)streamlining the consensus on national development dimensions; especially those associated with (a) interest for SMEs development, (b) development of local foods and food ingredients, and (c) improvement of competitiveness of Indonesian food products.
Co-Authors - Mursalin -, Sugiyono . Mursalin A.A. Ketut Agung Cahyawan W Afifah Z. Agista Agus Supryadi Andarwulan, Nuri Andri J. Laksana Anton Apriyantono Arief Mulyawan Arief R. Affandi Atjeng M. Syarief Ayu C. Wulan Azis B. Sitanggang Azis Boing Sitanggang C Hanny Wijaya DAHRUL SYAH Dahrul Syah DAHRUL SYAH Daisy Irawan Dede R. Adawiyah Dede Robiatul Adawiyah Dedi Fardiaz Denny S. Agustin Desty G. Pratiwi Desty Gitapratiwi Dewi Fortuna Ayu Didah Nur Faridah Dodik Briawan Drajat Martianto Dwi Fitriani Dwi Karmila Syafriyanti Eko Hari Purnomo Elisa Julianti Elvira Syamsir Erka Fitria Erka Fitria Fahim M. Taqi Fahma Yuliwardi Fahma Yuliwardi, Fahma Fajriyati Mas’ud Faleh Setia Budi Feri Kusnandar Fitri Hasrini, Reno Friska Citra Agustia Gema Noor Muhammad Gina Nur Rahmasari Hendra Wijaya Hendri Hermawan Adinugraha Hoerudin Hoerudin Hoerudin Hoerudin Hunaefi, Dase Indah Epriliati Iyus Hendrawan Joni Munarso Joni Munarso, Joni Khoerul Bariyah Laksana, Andri J. Leonardus B. Raditya Prabowo Lilis Nuraida Lisa Norisza Sjahwil M. Taqi, Fahim Masykur, Siti Fauziyyah Munarso, S. Joni Mursalin Mursalin MURSALIN MURSALIN Nur Aini NUR AINI Nur Aini . Nur Fitriana Dewi Nur Richana Nur Wulandari Nur Wulandari Nur Wulandari Nurhasanah, Siti Nuri Andarwulan Nuri Andarwulan Nuri Andarwulan Nuri Andarwulan Puspo Edi Giriwono Rahmawati Rahmawati Ratih Dewanti -Hariyadi Ratih Dewanti Hariyadi Reno Fitri Hasrini Ria Noviar Triana Rindy Panca Tanhindarto Rokhani Hasbullah Rosiana Ulfa Rosulva, Indah S. Joni Munarso Santi Dwi Astuti Santi Dwi Astuti Satiti Kawuri Putri Satrya Dharmawan Siti Fauziyyah Masykur Siti Madanijah Siti Nurhasanah Siti Nurhasanah Slamet Budijanto Soewarno T Soekarto Soewarno T. Soekarto Sri Widowati Sri Widowati Stefani Hartono Subarna - Sugiyono - Sugiyono . Sumarto Sumarto Sumarto Sumarto Sutrisno Sutrisno Sutrisno, Sutrisno Syafriyanti, Dwi Karmila Tanti Lanovia1,2)* Tien R. Muchtadi Tjahja Muhandri Tri Haryati Winiati P. Rahayu Wiwit Amrinola Wulandari, Nur Yundari, Yundari Zita L. Sarungallo Zubaidah Irawati Zulaikhah Zulaikhah