Mustaqimah Mustaqimah
Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Published : 16 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

Uji Kinerja Mesin Pencacah Limbah NIlam Joharmansyah Putra; Mustaqimah Mustaqimah; Ramayanty Bulan
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 7, No 3 (2022): Agustus 2022
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (386.976 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v7i3.20750

Abstract

Abstrak. Nilam merupakan suatu jenis tanaman penghasil minyak atsiri yang mempunyai banyak manfaat ada di negara Indonesia. Limbah hasil penyulingan daun nilam masih mempunyai kadar hara yang tinggi dan berpotensi sebagai bahan baku pupuk organik yang baik. Teknologi pengomposan yang cepat dan efisien akan menghasilkan produksi pupuk (kompos yang tinggi) pupuk organik kompos yang tinggi. Mesin pencacahan limbah nilam yang dianggap penting karena dapat membantu menghilangkan masalah pada limbah serta menambah pemasukan dari limbah itu sendiri. Penelitian ini bertujuan mengetahui kinerja mesin pencacah limbah nilam dengan variasi kecepatan pencacahan atau variasi diameter pulley. Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan yang meliputi mempelajari mekanisme kerja mesin, sebelum dilakukan pengujian yang harus diketahui adalah mekanisme kerja dari mesin pencacah limbah nilam, pengamatan kualitas hasil pencacahan  meliputi jumlah batang nilam yang tercacah dan berapa persen jumlah cacahan berhasil dan menghitung persentase hasil Pencacahan  dengan variasi pully 2,5 inci, 3 inci, 4 inci. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kapasitas kerja mesin paling banyak yang didapatkan pada penelitian ini Kapasitas kerja mesin paling banyak yang didapatkan pada penelitian ini pada ukuran pulley 4 inci yaitu 1,68 kg/jam dengan berat akhir sebesar 0,420 kg dan waktu yang dibutuhkan sebanyak 0,25 kg/jam. Kecepatan putaran pulley pada ukuran pulley 2,5 inci didapatkan kecepatan awal sebesar 2.515 rpm dan kecepatan akhir sebesar 1.257 rpm, ukuran pulley 3 inci didapatkan kecepatan sebesar 2.096 rpm dan kecepatan akhir sebesar 1.048, sedangkan ukuran pulley 4 inci didapatkan kecepatan awal 1.572 rpm dan kecepatan akhir sebesar 786,2 rpm. Hasil cacahan tertampung yang paling banyak pada ukuran pulley 4 inci dengan persentase rata-rata 83%. Persentase cacahan tersangkut paling sedikit terdapat pada ukuran pulley 4 inci dengan persentase rata-rata 16,3%. Persentase kehilangan paling sedikit terdapat pada ukuran pulley 4 inci dengan rata-rata persentase 0,5%. Konsumsi bahan bakar paling sedikit terdapat pada ukuran pulley4 inci yaitu 0,88 liter/jam dengan berat bahan bakar sebanyak 0,17 liter dan waktu yang dibutuhkan sebanyak 0,25 jam.Perfomence Test Of Patchile Waste Counter MachineAbstract. Patchouli is a type of essential oil-producing plant that has many benefits in Indonesia. The waste from patchouli distillation still has high nutrient levels and has the potential to be a good raw material for organic fertilizer. Composting technology that is fast and efficient will result in high production of fertilizer (high compost) organic compost. Patchouli waste chopping machine is considered important because it can help eliminate problems in waste and increase income from the waste itself. This study aims to determine the performance of the patchouli waste chopper machine with variations in chopping speed or variations in pulley diameter. This research was carried out through several stages which included studying the working mechanism of the machine, before testing what must be known is the working mechanism of the patchouli waste chopping machine, observing the quality of the chopping results including the number of chopped patchouli stalks and what percentage of the number of successful chops and calculating the percentage of the results. pully 2,5 inchi,3 inchi,4 inchi. The results showed that the maximum working capacity of the machine obtained in this study was at the 4-inch pulley size, namely 1.68 kg/hour with a final weight of 0.420 kg and the time required as much as 0.25 kg/hour. The pulley rotation speed at the 2.5 inch pulley size obtained an initial speed of 2,515 rpm and a final speed of 1,257 rpm, a 3 inch pulley size obtained a speed of 2,096 rpm and a final speed of 1,048, while the 4 inch pulley size obtained an initial speed of 1,572 rpm and a speed of final 786.2 rpm. The results of the most accommodated counts were on the 4 inch pulley size with an average percentage of 83%. The minimum percentage of snagged pieces is found in the 4-inch pulley with an average percentage of 16.3%. The least percentage of loss is on the 4 inch pulley with an average percentage of 0.5%. The least fuel consumption is found in the 4-inch pulley size, which is 0.88 liters/hour with a fuel weight of 0.17 liters and the time required is 0.25 hours.
Sistem Kendali Penjatah Pupuk Tanaman Jagung Berbasis Arduino dan Sensor Soil NPK Affandi Putra Zebua; Indra Sakti Nasution; Mustaqimah Mustaqimah
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 8, No 2 (2023): Mei 2023
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (335.499 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v8i2.24255

Abstract

Abstrak. Tanah sebagai salah satu media pertumbuhan tanaman yang mengandung unsur hara bagi tanaman. Salah satu cara agar dapat memenuhi ketersediaan unsur hara tanah adalah dengan melakukan pemumupukan. Sulitnya pemupukan secara manual, tepat dosis karena keterbatasan manusia dalam memprediksi unsur hara yang tersedia di dalam tanah.  Perlu dirancang sistem kendali penjatah pupuk tanaman jagung berbasis Arduino uno dan sensor soil NPK untuk mengatasi masalah pada pemupukan tanaman jagung secara manual yaitu menentukan dosis yang sesuai dengan kebutuhan tanaman tersebut. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengembangkan sistem penjatah pupuk pada tanaman jagung berbasis Arduino uno dan sensor soil NPK yang dapat mengukur unsur hara tanaman serta mampu menghasilkan takaran pupuk sesuai dengan kebutuhan tanaman. Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sensor soil NPK, Arduino uno, IC, LCD, power supply, breadboard, connecting wires, motor servo serta laptop. Beberapa software pendukung berupa fritzing, software Arduino, serta Microsoft excel 2013. Prosedur penelitian ini meliputi beberapa tahan yaitu menentukan kebutuhan unsur hara pada tanaman jagung, merumuskan konsep desain, penentuan perangkat, meliputi proses perancangan alat system penjatah pupuk menggunakan sensor soil NPK berbasis skala Laboratorium, menentukan mekanisme kerja dari alat system penjatah pupuk, serta melakukan analisa Teknik pada alat tersebut. Dari hasil pengambilan data diperoleh hasil yaitu pupuk urea memperoleh nilai yang dikategorikan sangat bagus yaitu 0,24 dan hasil pupuk sp-36 memperoleh nilai yang dikategorikan bagus yaitu 0,47. Sedangkan hasil pupuk KCL memperoleh nilai yang dikategorikan tidak tepat yaitu 1,87.
Desain dan Pengujian Alat Tanam Benih Jagung Muhammad Iskandar; Mustaqimah Mustaqimah; Syafriandi Syafriandi
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 2, No 1 (2017): Februari 2017
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (246 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v2i1.2385

Abstract

Abstrak. Alat tanam merupakan suatu alat yang digunakan untuk menempatkan benih tanaman yaitu biji-bijian, bibit, batang atau sebagian tubuh tanaman lain diatas atau dibawah permukaan tanah. Alat tanam didesain memiliki fungsi untuk mempercepat proses penanaman pada lahan jagung dan mempermudah serta tidak memakan waktu yang lama. Tugal ini diharapkan mampu mengatasi permasalahan perkebunan yaitu keterbatasan waktu. Cara kerja tugal penanam jagung semi  mekanis menggunakan pegas pada saat  mata tugal  masuk ke dalam tanah. Pengatur pengeluaran benih tertekan  keatas oleh permukaan tanah. Kemudian mendorong tangkai pegas,  sehingga  lubang  benih  terbuka  dan  benih  pun  terjatuh  ke  bawah yang dibuat oleh mata tugal. Selanjutnya pada saat tugal diangkat dari permukaan tanah, tugal kembali pada posisi semula karena kerja dari pegas.Pengujian kapasitas kerja tugal semi mekanis ditentukan dengan kecepatan penanaman. Pada pengujian ini untuk jarak benih perbaris menggunakan jarak yang umum digunakan yaitu 50 cm. Pengambilan data kecepatan kerja alat dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan pada jarak 17 meter. Dengan asumsi sepanjang 17 meter bila jarak antar benih tiap baris 50 cm maka sebanyak 36 lubang tanam. Dari hasil perhitungan kapasitas kerja tugal penanam ini yaitu 0.02 ha/jam. Hasil kedalaman tanam pada pengulangan ke 1 kedalaman tanam benih rata-rata jatuh pada lubang tanam adalah 4,08 cm. Pada pengulangan ke 2 kedalaman tanam benih rata-rata jatuh pada lubang tanam adalah 3,94 cm. Sedangkan pada pengulangan ke 3 kedalaman tanam benih rata-rata jatuh pada lubang tanam adalah 4,05 cm. Design and Testing Tools Planting Corn SeedsAbstract. A planting tool is a tool that is used to place the seed crop is grain, seed, stem or any part of the body other plants above or below the ground surface. A planting tool designed to have a function to accelerate the process of planting the corn field and enables easy and does not take a long time. A planting tool is expected to overcome the problems of plantation that time constraints workings drill corn planter mechanically using spring when the eyes drill into the ground. Regulatory seed depressed spending upwards by the soil surface. Then push the stalk of the spring, so that the holes open seeds and seeds also fell down created by the drill eye. Furthermore, when the drill is lifted from the ground, drill back to its original position due to the work of the working capacity spring. Examination semi mechanical drill is determined by the speed of planting. In this test for distance using a distance line seeds commonly used is 50 cm. Speed data retrieval tool work done 3 times a repetition at a distance of 17 meters. Assuming a 17-meter when the distance between seeds in each row 50 cm by 36 planting holes. From the calculation of working capacity drill this planter is 0.02 ha / hour. Planting depth results on repeatability to 1 seed planting depth average on hole fall planting is 4.08 cm. on repetition to 2 seed planting depth average on hole fall planting is 3.94 cm. while at repetition to 3 seed planting depth average on hole fall planting is 4.05 cm.
Analisis Rendemen Biodiesel yang Dihasilkan CPO (Crude Palm Oil) dengan Metode Elektrolisis Muhammad Thifal; Mustaqimah Mustaqimah; Darwin Darwin
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 8, No 1 (2023): Februari 2023
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (110.933 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v8i1.23049

Abstract

Abstrak. Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif pengganti minyak fosil (minyak diesel) yang terbuat dari minyak nabati maupun hewani yang terdiri dari campuran mono-alkyl ester dari rantai panjang asam lemak. Biodiesel dapat dihasilkan dari berbagai macam minyak nabati, beberapa diantaranya adalah minyak kelapa sawit, minyak kelapa, minyak kedelai, dan minyak biji jarak. Untuk mempercepat proses produksi biodiesel dapat digunakan katalis pada reaksi transesterifikasi, yaitu katalis basa ataupun asam. Proses transesterifikasi dapat menggunakan katalis padat (heterogen) atau katalis cair (homogen). Tujuan dalam penelitian ini adalah menganalisis nilai rendemen biodiesel yang dihasilkan dari crude palm oil (CPO) dengan metode elektrolisis. CPO sebanyak 300 ml dilakukan proses transesterifikasi dengan dicampurkan etanol 96% ke dalam CPO dengan perbandingan mol CPO dengan metanol sebesar 1:3. Setelah itu digunakan perak sebagai elektroda dalam proses elektrolisis dan dibiarkan selama 60 menit dengan diaduk menggunakan magnetik stirrer. Setelah dilakukan elektrolisis didiamkan selama 24 jam, setelah itu biodiesel dipisahkan dari gliserol dan dicuci kemudian dianalisis nilai rendemen dari biodiesel. Adapun rendemen dari biodiesel dengan menggunakan elektrolisis yaitu 77,67% sedangkan untuk nilai rendemen non elektrolisis yaitu sebesar 75,67%. Hasil rendemen menggunakan elektrolisis lebih tinggi dibandingkan non elektrolisis, dari hasil analisis menunjukkan bahwa penggunaan elektrolisis bagus dibandingkan dengan penggunaan non elektrolisis.Analysis of Yield and Acid Number of Biodiesel Produced CPO (Crude Palm Oil) by Electrocatalyst MethodAbstract. Biodiesel is an alternative fuel to replace fossil oil (diesel oil) made from vegetable and animal oils consisting of a mixture of mono-alkyl esters from long chain fatty acids. Biodiesel can be produced from a variety of vegetable oils, some of which are palm oil, coconut oil, soybean oil and castor seed oil. To speed up the biodiesel production process, catalysts can be used in the transesterification reaction, namely alkaline or acid catalysts. The transesterification process can use solid catalysts (heterogeneous) or liquid catalysts (homogeneous). The purpose of this research is to analyze the yield value and acid number of biodiesel produced from crude palm oil (CPO) by electrolysis method. As much as 300 ml of CPO, the transesterification process was carried out by mixing 96% methanol into CPO with a mole ratio of CPO to methanol of 1:3. After that, silver was used as an electrode in the electrolysis process and left for 60 minutes by stirring using a magnetic stirrer. After electrolysis, it was left for 24 hours, after which the biodiesel was separated from the glycerol and washed and then the yield value of the biodiesel was analyzed. The yield of biodiesel using electrolysis is 77.67%, while the yield value for non-electrolysis is 75.67%. The yield results using electrolysis are higher than non-electrolysis, the results of the analysis show that the use of electrolysis is good compared to the use of non-electrolysis.
Perancangan Perangkat Keras Alat Pengusir Hama Burung Menggunakan Sensor Ultrasonik Berbasis Arduino Uno M. Zikri Herida; Muhammad Idkham; Mustaqimah Mustaqimah
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 7, No 4 (2022): November 2022
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (492.402 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v7i4.22358

Abstract

Abstrak. Melihat perkembangan teknologi yang semakin canggih, maka diperlukan alat agar dapat memudahkan para petani dalam mengatasi serangan dari hama burung. Adapun alat pengusir hama burung ini menggunakan arduino uno sebagai pusat sistem kontrol, sensor ultrasonik sebagai pembacaan objek serta speaker mini dengan output suara burung elang sebagai pengusir yang diharapkan dapat berfungsi dengan sangat baik. Penelitian ini ditujukan agar dapat merancang perangkat keras alat pengusir hama burung dengan menggunakan sensor ultrasonik berbasis arduino uno. Metode pemrograman alat ini berdasarkan pembacaan objek yang dilakukan oleh sensor ultrasonik dan diteruskan ke arduino uno lalu speaker mini menerima sinyal dari arduino uno agar dapat mengeluarkan output suara elang. Hasil pengujian didapatkan sensor ultrasonik mampu mendeteksi objek burung pada rentang jarak 50-150 cm, yang mana alat akan bereaksi. Jarak 100 cm menjadi yang terbaik dalam tingkat keberhasilan yang didapat yaitu 84,92%, sedangkan tingkat keberhasilan terendah berada pada jarak 150 cm yaitu 55,42%.Bird Repellent Hardware Design Using Ultrasonic Sensors based on Arduino UnoAbstract. Seeing the development of increasingly sophisticated technology, tools are needed to make it easier for farmers to deal with attacks from bird pests. As for this bird repellent, it uses Arduino Uno as the center of the control system, ultrasonic sensors as object readings and mini speakers with an eagle sound output as a repellent which is expected to function very well. This research is intended to be able to design a bird repellent hardware device using an Arduino Uno-based ultrasonic sensor. The programming method of this tool is based on object readings carried out by ultrasonic sensors and forwarded to the Arduino Uno, then the mini speaker receives a signal from the Arduino Uno so that it can output the sound of an eagle. The test results show that the ultrasonic sensor is able to detect bird objects at a distance of 50-150 cm, which the tool will react to. The distance of 100 cm is the best in the success rate obtained, which is 84.92%, while the lowest success rate is at a distance of 150 cm, which is 55.42%.
Desain Mesin Pengupas Buah Pinang Kering Tipe Mata Pengupas Silinder Ulir Muhammad Raihan; Mustaqimah Mustaqimah; Ramayanty Bulan
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 7, No 4 (2022): November 2022
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (293.597 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v7i4.21209

Abstract

Abstrak. Pinang ( Areca catechu L) merupakan salah satu komoditas pertanian yang tergolong jenis palma. Di Indonesia, pinang merupakan komoditas pertanian yang memiliki banyak manfaat, namun masih belum dilirik oleh masyarakat untuk dikembangkan. Salah satu penyebab masyarakat tidak mengembangkan tanaman pinang adalah karena belum adanya mekanisasi pertanian yang dapat membantu proses pasca panen buah pinang. Petani pinang di Indonesia pada umumnya dan di Aceh pada khususnya sering mengupas kulit pinang secara manual atau tradisional, dengan menggunakan benda tajam (pisau) yang dapat merusak buah pinang maka kualitas hasil buah pinang yang diperoleh akan kurang baik. , mempengaruhi kualitas buah pinang. lama pemakaian, dan dapat menyebabkan penurunan harga jual buah pinang, serta menghabiskan waktu yang lama dalam proses pengupasan buah pinang. Sementara itu, menggunakan mesin pengupas untuk skala industri dapat mempersingkat waktu kerja pengupasan buah pinang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan data sekunder. Hasilnya, dilakukan proses perancangan mesin pengupas buah pinang kering dengan software solidworks sehingga menghasilkan desain 3D. Hasil perancangan mesin ini menggunakan sumber tenaga berupa mesin diesel dengan daya motor 3 HP berdasarkan analisa teknis, transmisi pulley-belt dan chain-sprocket.Abstract. Areca nut (Areca catechu L) is one of the agricultural commodities belonging to the type of palms. In Indonesia, areca nut is an agricultural commodity that has a lot of benefits, but is still not ogled by the community to be developed. One of the reasons the community does not develop areca nut crops is due to the lack of agricultural mechanization that can assist in the post-harvest process of betel nut. Areca nut farmers in Indonesia in general and in Aceh in particular, often peel the betel nut skin manually or traditionally, by using a sharp object (knife) that can damage the betel nut, the quality of the areca nut yields obtained will be less good, affecting the quality of the betel nut. long use, and can cause a decrease in the selling price of areca nut, and spend a long time in the process of peeling the betel nut. Meanwhile, using a peeler machine for an industrial scale can shorten the working time of betel nut peeling. This study uses qualitative methods with secondary data. As a result, the design process of the dried betel nut peeler machine was carried out with solidworks software to produce a 3D design. The result of this machine design is using a power source in the form of a diesel engine with a motor power of 3 HP based on technical analysis, pulley-belt transmission and chain-sprocket.
Karakteristik Pengeringan Lapisan Tipis Kunyit (Curcuma domestica VAL) Menggunakan Pengering Tipe Tray Dryer. Deni Setio Hadi; Mustaqimah Mustaqimah; Raida Agustina
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 4, No 4 (2019): November 2019
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (672.053 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v4i4.12725

Abstract

Abstrak. Kunyit (Curcuma domestica VAL) adalah tanaman rimpang yang sangat populer sebagai rempah-rempah dan bahan obat, pemanfaatan kunyit dapat berupa kunyit segar,  kunyit kering, dan bubuk kunyit. Kunyit kering dapat memperpanjang masa simpan dan mempermudah pengemasan. Salah satu alat pengering yang dapat digunakan untuk mengeringkan kunyit adalah tray dryer. Penelitian ini menggunakan irisan kunyit sebanyak 4,5 kg, kemudian dikeringkan pada setiap variasi suhu yaitu 35ºC, 45ºC dan 55ºC. Perhitungan massa kunyit diukur tiap 30 menit sekali sampai bahan mencapai kadar air 5%. Parameter penelitian meliputi distribusi suhu, kelembaban udara, kecepatan aliran udara, penurunan bobot kunyit, kadar air, laju pengeringan, rendeman, kadar protein, dan uji diskriminatif serta uji hedonik terhadap warna, aroma dan tekstur. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu pengeringan maka semakin cepat proses pengeringan berlangsung. Pengeringan kunyit pada suhu 35ºC, 45ºC, 55ºC selama 390 menit, 270 menit dan 210 menit. Kelembaban relatif disetiap suhu yaitu 35ºC rata-rata sebesar 63,36%, suhu 45ºC sebesar 63,30% dan suhu 55ºC sebesar 62,25%. Rata-rata penurunan kadar air pada variasi suhu 35ºC, 45ºC dan 55ºC  sebesar 80,81% sehingga rata-rata kadar air akhir kunyit kering didapatkan sebesar 4,39%, dimana telah memenuhi  standar SNI untuk kadar air kunyit kering. Laju pengeringan tercepat pada suhu 55ºC rata-rata sebesar 2,38 %bk/menit. Rendemen tertinggi  bubuk kunyit terdapat pada suhu 35ºC yaitu sebesar 12,0%. Protein bubuk kunyit tertinggi pada suhu 55ºC sebesar 5,21%. Berdasarkan uji diskriminatif, yang mendekati warna dan aroma bubuk kunyit komersil adalah bubuk kunyit yang dikeringkan pada suhu 45ºC dengan skor 2 (sama). Berdasarkan hasil uji organoleptik hedonik panelis lebih menyukai warna bubuk kunyit yang dikeringkan pada suhu 45ºC dengan skor 5 (sangat suka) bila dibandingkan dengan warna bubuk kunyit yang dikeringkan pada suhu 35ºC dan 55ºC, dimana panelis hanya memberikan skor 4 (suka).Keywords: Drying Turmerics, Turmeric Powder, Tray Dryer.Abstract. Turmeric (Curcuma domestica VAL) Is a rhizome plant that is very popular as a spice and medicinal ingredient, the use of turmeric can be in the form of fresh turmeric, dried turmeric, and turmeric powder. Dry turmeric can extend its shelf life and simplify packaging. One dryer that can be used to dry turmeric is a tray dryer. This study used slices of turmeric as much as 4.5 kg, then dried at each temperature variation of 35ºC, 45ºC, and 55ºC. The calculation of turmeric mass is measured once every 30 minutes until the material reaches 5% water content. Research parameters include temperature distribution, air humidity, airflow velocity, reduction of turmeric weight, water content, drying rate, yield, protein content, and discriminatory test as well as a hedonic test on color, scent, and texture. The results of the study indicate that the higher the drying temperature, the faster the drying process will take place. Drying turmeric at 35ºC, 45ºC, 55ºC for 390 minutes, 270 minutes and 210 minutes. The relative humidity at each temperature is 35ºC at an averaging of 63.36%, a temperature of 45ºC at 63.30% and a temperature of 55ºC at 62.25%. The averaging decrease in water content at a temperature variation of 35ºC, 45ºC, and 55ºC was 80.81% so that the averaging water content of dried turmeric was obtained at 4.39%, which met the SNI standard for dry turmeric water content. The fastest drying rate at 55ºC averaging 2.38% bk/min. The highest yield of turmeric powder is at 35ºC, which is 12.0%. Turmeric powder is the highest protein at a temperature of 55ºC of 5.21%. Based on the discriminatory test, which approaches the color and scent of commercial turmeric powder is turmeric powder which is dried at 45ºC with a score of 2 (the same). Based on the organoleptic test results, panelists prefer the color of turmeric powder dried at a temperature of 45ºC with a score of 5 (very like) when compared to the color of turmeric powder dried at temperatures of 35ºC and 55ºC, where the panelists only gave a score of 4 (like).
Perancangan Alat Pemipih Semi Mekanis Untuk Biji Melinjo Agus Rizal Fiki; Diswandi Nurba; Mustaqimah Mustaqimah
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 2, No 4 (2017): November 2017
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (678.934 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v2i4.5450

Abstract

Abstrak, Tanaman melinjo adalah tanaman yang tumbuh baik pada daerah tropis, salah satunya adalah Indonesia. Produk olahan melinjo adalah emping melinjo, emping melinjo sejenis kripik yang dibuat dari biji melinjo tua dan merupakan salah satu komoditi pertanian yang memiliki harga tinggi. Selama ini proses pembentukan emping melinjo masih menggunakan cara-cara sederhana yaitu dengan cara memukul. Perancangan alat pemipih adalah untuk membantu masyarakat dalam memproduksi emping melinjo dalam upaya untuk meningkatkan hasil produksi emping. Dari hasil pengujian yang dilakukan dengan menggunakan alat rancangan didapatkan waktu rata-rata 0,51 menit dengan kapasitas pemipih yang dapat menghasilkan emping melinjo rata-rata 15,914 gr. Sedangkan pemipih secara tradisional didapatkan rata-rata waktu 1,04 menit dengan kapasitas kerja tradisional didapatkan hasil pemipih 7,820 gr. Untuk memipih 5 biji melinjo dengan 3 kali ulangan pukulan keseragaman hasil yang bagus terdapat pada alat rancangan dengan ketebalan 0,95 mm dan diameter 3,45 cm, sedangkan pada alat pemipih tradisional terdapat nilai ketebalan 0,72 mm dengan diameter emping 3,65 cm. kehilangan hasil merupakan kehilangan kadar air yang dapat menurunkan berat awal biji menlinjo menjadi berat akhir emping. Kehilangan pada alat rancangan semi mekanis 39,41% dengan berat awal yang diratakan 8,105 gr dan pada alat tradisional 39,38% dengan berat yang telah diratakan 8,133 gr. Design A Mechanical Slaker Spring For Its Melinjo Abstract. Melinjo is a plant which grow at the tropics, one of them is Indonesia. The product from this melinjo is melinjo chips. Melinjo chips is a kind of chips made from old melinjo seed and is one of agricultural commodity which have a high price. So far to make the melinjo chips still using a simple way which is by mashing the gnetum gnemon seed. Designing a mashing instrument is an effort to improve the production of melinjo chips to help communities increasing melinjo chips products. From the tests carried out by using this design instrument obtained the average time is 51 seconds with average mashing work capacity 15,914 grams. While mashing in traditional way obtained the average time is 1 minutes 04 seconds with average traditional way work capacity 7,820 grams. To mashing 5 melinjo seed in 3 repetition the better mashing uniformity result is on the mashing instrument with 0,95 mm thickness and 3,45 cm diameters, while in traditional way obtained 0,72 mm thickness with 3,65 diameters. The lost result is cause by the lose of water level which can lower initial melinjo seed weight. The lost in this mashing semi-mechanic instrument is 39,41% with 8,105 grams average initial weight while in traditional mashing way is 39,38% with 8,133 grams average initial weight
Uji Kinerja Mesin Pencacah Pelepah Pinang Rita Zahra; Mustaqimah Mustaqimah; Ramayanty Bulan
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 6, No 3 (2021): Agustus 2021
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (980.787 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v6i3.17582

Abstract

Abstrak. Penelitian ini dilakukan  dengan menggunakan bahan pelepah pinang muda yang menjadi limbah pembersihan lahan (pruning). Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pengukuran dan perhitungan data pada beberapa parameter yaitu persentase hasil cacahan, kapasitas kerja mesin, bahan bakar yang dibutuhkan, ukuran hasil cacahan serta menganalisis hasil yang optimum berdasarkan variasi kecepatan yang diuji yaitu pada kecepatan 800 rpm, 1200 rpm dan 1600 rpm.Berdasarkan perhitungan hasil cacahan dengan berbagai variasi kecepatan maka persentase cacahan tertinggi terdapat pada kecepatan 1200 rpm yaitu 93,40%.   Kapasitas  kerja mesin paling banyak diperoleh pada kecepatan 1600 rpm yaitu 120,65 kg/jam. Bahan    bakar yang sedikit dibutuhkan  yaitu pada kecepatan 800 rpm yaitu 0,3 liter/jam. Hasil pengukuran  panjang dan lebar hasil cacahan paling halus adalah pada kecepaatan 1600 rpm  yaitu 2,1 cm dan 0,2 cm. Berdasarkan data yang diperoleh pada parameter yang telah diuji  maka dapat dilakukan analisis perhitungan  hasil optimum berdasarkan   metode dieter dengan menggunakan digital logic.  Hasil  optimum cacahan berdasarkan perhitungan metode dieter didapatkan pada kecepatan 1200 rpm yaitu 88,18%. Dapat  disimpulkan bahwa kecepatan putaran berpengaruh pada persentase hasil cacahan, kapasitas kerja mesin, bahan bakar dan ukuran hasil cacahan. Performance Test Of Betel Nut Chopping MachineAbstract. This research was conducted using young areca nut leaf material which is a waste of land clearing (prunning). The method used in this study is the measurement and calculation of data on several parameters, namely the percentage of chopped results, engine working capacity, fuel required, size of chopped results and analyzing the optimum results based on variations in speed tested, namely at speeds of 800 rpm, 1200 rpm, and 1600 rpm. Based on the calculation of the chopping results with various speed variations, the highest percentage of chopping is at 1200 rpm, which is 93.40%. The maximum working capacity of the machine is obtained at a speed of 1600 rpm, which is 120.65 kg/hour. Less fuel is needed at a speed of 800 rpm, which is 0.3 liters/hour. The results of the measurement of the length and width of the smoothest chops were at a speed of 1600 rpm, namely 2.1 cm and 0.2 cm. Based on the data obtained on the parameters that have been tested, it is possible to analyze the calculation of the optimum results based on the dieter method using digital logic. The optimum results of the count based on the calculation of the dieter method were obtained at a speed of 1200 rpm, namely 88.18%. It can be concluded that the rotational speed affects the percentage of chopped results, engine working capacity, fuel, and the size of the chopped results.
Pengaruh Suhu dan Waktu Penyangraian Terhadap Warna Bubuk Kopi Arabika Nosy Islamyco; Mustaqimah Mustaqimah; Diswandi Nurba
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Vol 7, No 1 (2022): Februari 2022
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (319.009 KB) | DOI: 10.17969/jimfp.v7i1.19521

Abstract

Abstrak. Penyangraian kopi adalah pemanggangan kopi yang menggunakan perlakuan panas yang membentuk aroma dan citarasa kopi. Pada proses penyangraian warna biji kopi mengalami perubahan seiring berjalannya proses penyangraian dari warna biji kopi hijau menjadi kecoklatan/ hitam. Penyangraian bertujuan untuk menghasilkan kopi sangrai dengan warna kayu manis kehitaman. Warna dan rasa kopi yang akan dikonsumsi ditentukan oleh proses penyangraian. Faktor terpenting dari proses penyangraian adalah variasi suhu dan waktu saat penyangraian. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan warna bubuk kopi berdasarkan suhu dan waktu penyangraian dengan menggunakan camera digital dan aplikasi adobe photoshop. Metode analisis ini dapat mendeteksi warna dan rata-rata dalam satuan nilai permukaan L*a*b* bahan pangan. Warna dan struktur citra digital bubuk kopi dapat dianalisis di layar komputer. Oleh karena itu digunakan metode aplikasi citra digital, khususnya kamera digital Sony A5000 Mirrorless tanpa cahaya kamera dan dengan jarak fokus 12 cm dari objek. Setelah itu, gambar yang dihasilkan diplot terhadap warna dalam Adobe Photoshop Cs6. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial dengan perlakuan variasi suhu dan lama penyangraian yang terdiri dari tiga taraf, yaitu suhu penyangraian terdiri dari suhu 200°C, 205°C dan 210°C sedangkan lama penyangraian terdiri dari 10 menit, 12 menit, dan 14 menit. Setiap perlakuan dilakukan tiga kali ulangan sehingga diperoleh 27 (dua puluh tujuh) satuan percobaan. Dari keseluruhan penelitian ini menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan nyata warna bubuk kopi antara perlakuan variasi suhu dan waktu penyangraian biji kopi dengan uji Duncan pada signifikan p0,05.Kata kunci : Penyangraian, bubuk kopi,warna, L*a*b The Effect Of Roating Temperature And Time On The Color Of Arabica CoffeeAbstract. Coffee roasting is coffee roasting that uses heat treatment to form the aroma and taste of coffee. In the roasting process, the color of the coffee beans changes as the roasting process progresses from the color of the green coffee beans to brownish/black. Roasting aims to produce roasted coffee with a black cinnamon color. The color and taste of the coffee to be consumed is determined by the roasting process. The most important factor in the roasting process is the variation in temperature and time of roasting. The purpose of this study was to analyze differences in the color of coffee grounds based on temperature and roasting time using a digital camera and adobe photoshop application. This analytical method can detect the color and average in units of surface value L*a*b* food ingredients. The color and structure of the digital image of coffee grounds can be analyzed on a computer screen. Therefore, the digital image application method is used, especially the Sony A5000 Mirrorless digital camera without camera light and with a focal distance of 12 cm from the object. After that, the resulting image is plotted against the colors in Adobe Photoshop Cs6. The research design used was a Factorial Completely Randomized Design (CRD) with variations in temperature and roasting time consisting of three levels, namely the roasting temperature consisting of 200°C, 205°C and 210°C while the roasting time consisted of 10 minutes, 12 minutes, and 14 minutes. Each treatment was repeated three times to obtain 27 (twenty seven) experimental units. Overall, this study stated that there was no significant difference in the color of coffee grounds between the treatment with variations in temperature and roasting time of coffee beans with Duncan's test at significant p0.05.Keywords : Roasting, coffee grounds, color, L*a*b