Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Pembelajaran Jarak Jauh Selama Pandemi di Pondok Pesantren Darunajah 2 Bogor Nur Hayati
RESIPROKAL: Jurnal Riset Sosiologi Progresif Aktual Vol 2 No 2 (2020): Desember
Publisher : Prodi Sosiologi Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/resiprokal.v2i2.42

Abstract

In an effort to suppress the spread of the Covid-19 virus, Kemdikbud took a policy to close schools during the Covid-19 pandemic. All schools that initially did conventional learning by face-to-face, now learning is done from home through distance learning or online system, no exception pondok pesantren. The purpose of this research is to find out the distance learning process conducted by Pondok Pesantren Darunnajah 2 Cipining, Bogor. This research was conducted using descriptive qualitative approach. Based on research can be known that in learning, pesantren use various platforms such as google classroom, google meet, whatsapp, and smart system. In this online learning, the materials and tasks given are quite diverse, although there are no tasks in the form of discussions so that the interaction between students and students and teachers cannot be done. All parties, both students, teachers, and parents experienced a culture shock with the existence of this distance learning system / online. Distance learning /online also gives rise to physical distancing. Religious activities that are usually carried out in pesantren are now carried out at home and all must be reported to the teacher or room guardian via whatsapp. The challenges faced in online learning include a lack of interaction between teachers and students, a network that arises to sink, quotas that are rapidly depleted and expensive, and a lack of active participation of students. Therefore, the readiness of both teachers and students, as well as motivation from parents can also support the implementation of this distance learning process. In addition, the provision of quotas is also important to support the online learning process carried out by pesantren.
Media Sosial dan Kekerasan Berbasis Gender Online Selama Pandemi Covid-19 Nur Hayati
HUMAYA Jurnal Hukum Humaniora Masyarakat dan Budaya Vol. 1 No. 1 (2021): JUNE
Publisher : LPPM Universitas Terbuka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33830/humaya.v1i1.1858.2021

Abstract

Dalam artikel ini akan dibahas tentang kekerasan berbasis gender online yang merupakan ancaman besar bagi masyarakat. Terutama sekarang ini, penggunaan internet untuk media sosial semakin marak dan pesat. Apalagi selama pandemi melanda Indonesia yang aktivitas masyarakatnya banyak dilakukan di rumah dengan melakukan work from home dan school from home, tidak menutup kemungkinan semakin besar pula terjadinya kekerasan berbasis gender online (KBGO) dalam media sosial. Berdasarkan data Komnas Perempuan dalam CATAHU 2021 tercatat bahwa pada 2020 kasus KBGO mengalami lonjakan, yaitu sekitar 940 yang pada 2019 tercatat 241 kasus. Dengan adanya kasus tersebut, untuk itulah penulis melakukan penelitian tentang media sosial dan kekerasan berbasis gender online selama pandemi covid-19. Tujuan dari artikel ini adalah agar kita semakin sadar bahwa KBGO terus mengintai masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode penelitian studi literatur dengan mengumpulkan, mencatat, dan mengolah data dari berbagai bahan bacaan seperti buku, jurnal, dan sumber internet. Hasil penelitan menunjukkan bahwa KBGO paling banyak ditemukan pada platform media sosial Facebook, Instagram, dan WhatsApp. Bentuk KBGO yang ditemukan ini beragam, seperti pelecehan seksual online dengan kekerasan verbal, online grooming, dan ancaman dengan menyebarkan foto atau video asusila. Keburukan dari media sosial salah satunya menjadikan perilaku menyimpang atau pelaku KBGO. Media sosial yang seharusnya dapat dijadikan sebagi media membangun relasi dengan orang lain, malah menjadi tempat terjadinya KBGO. Oleh karenanya, media sosial dianggap tidak memiliki ruang aman bagi perempuan. Untuk mendapatkan perlindungan atas KBGO di media sosial, dibutuhkan payung hukum yang serius menangani kasus KBGO dan dapat membantu perempuan keluar dari jerat kasus KBGO.
Peran Ruang Baca Virtual (RBV) di Masa Pandemi Covid 19: Guna Mendukung Kebijakan Kampus Merdeka pada Perguruan Tinggi Jarak Jauh Nur Hayati; Erman Arif; Syafiqoh Nurhayati; Dedy Juniadi
Jurnal Pendidikan dan Konseling (JPDK) Vol. 4 No. 5 (2022): Jurnal Pendidikan dan Konseling
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jpdk.v4i5.6644

Abstract

Indonesia menerapkan status kejadian luar biasa (KLB) pada tahun 2020, hal tersebut disebabkan adanya pandemi covid-19. Pandemi covid-19 berdampak pada semua sektor, tanpa terkecuali sektor pendidikan. Universitas Terbuka sebagai lembaga pendidikan tinggi terbuka dan jarak jauh selalu berusaha memberikan pelayanan pendidikan walaupun di masa KLB. Universitas Terbuka merupakan salah satu lembaga pendidikan tinggi yang mendukung kebijakan KLB yang dicanangkan pemerintah. Universitas Terbuka dengan slogannya sebagai Perguruan Tinggi Terbuka dan Jarak Jauh (PTTJJ), telah memiliki pengalaman dalam pelaksanaan pembelajaran daring (jarak jauh). Saat ini peran UT hanya menyediakan akses bagi pihak luar dalam hal ini Dosen, mahasiswa, atau masyarakat umum untuk mengakses bantuan belajar dalam format Ruang Baca Virtual (RBV). Dikarenakan menggunakan format single sign on (satu akses untuk semua user) sehingga menyulitkan UT untuk dapat mengetahui pihak masyarakat umum yang sudah menggunakan RBV UT, oleh sebab itu penelitian ini hanya membatasi sejauh mana RBV yang paling banyak diakses, waktu akses, paling sedikit, dll. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode pengumpulan data Kuantitatif-deskriptif.
Dinamika Fungsi Keluarga Pasca Reunifikasi Anak Korban Kekerasan Seksual Di Kabupaten Garut Sri Pujiati; Parwitaningsih Parwitaningsih; Nur Hayati
Sosioglobal Vol 7, No 2 (2023): Sosioglobal: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi
Publisher : Department of Sociology, Faculty of Social and Political Science, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jsg.v7i2.45654

Abstract

ABSTRAK Kekerasan seksual merupakan kejahatan yang bisa terjadi pada siapa saja, termasuk anak-anak yang seringkali dianggap sebagai kelompok yang rentan. Pemerintah Indonesia menyatakan sepanjang tahun 2021, sekitar 58,6 persen kasus kekerasan terhadap anak adalah kekerasan seksual. Salah satu kasus yang dilaporkan adalah kasus enam anak di Kecamatan Cibiuk, Kabupaten Garut, yang mengalami kekerasan seksual oleh pemilik Yayasan tempat mereka mengenyam pendidikan formal dan keagamaan. Kejadian kekerasan seksual ini tentunya berdampak tidak hanya bagi para korban tetapi juga bagi keluarga mereka yang mau tidak mau harus menerima kondisi baru anaknya.Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana proses reunifikasi korban dilakukan dan dinamika fungsi keluarga korban pasca proses reunifikasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Dari hasil penelitian lapangan diketahui bahwa para korban melalui proses reunifikasi yang diadakan oleh pemerintah daerah. Namun, terjadi pergeseran fungsi dalam keluarga korban pasca proses reunifikasi, terutama pada keluarga korban yang memiliki anak akibat kekerasan seksual yang dialaminya. Kata Kunci: Fungsi Keluarga, Kekerasan Seksual, Kekerasan Seksual Anak, Reunifikasi. ABSTRAK Pelecehan seksual merupakan kejahatan yang bisa terjadi pada siapa saja, termasuk anak-anak yang seringkali dianggap sebagai kelompok rentan. Pemerintah Indonesia menyatakan sepanjang tahun 2021, sekitar 58,6 persen kasus kekerasan terhadap anak adalah kekerasan seksual. Salah satu kasus yang dilaporkan adalah kasus enam anak di Kecamatan Cibiuk, Kabupaten Garut, yang mengalami pelecehan seksual oleh pemilik yayasan tempat mereka mengenyam pendidikan formal dan keagamaan. Kejadian pelecehan seksual ini tentunya berdampak tidak hanya bagi para korban tetapi juga bagi keluarga mereka yang mau tidak mau harus menerima kondisi baru anaknya.Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana proses reunifikasi korban dilakukan dan dinamika fungsi keluarga korban pasca proses reunifikasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Dari hasil penelitian lapangan diketahui bahwa para korban melalui proses reunifikasi yang diadakan oleh pemerintah daerah. Namun, terjadi perubahan fungsi dalam keluarga korban pasca proses reunifikasi, terutama pada keluarga korban yang memiliki anak akibat pelecehan seksual yang dialaminya. Kata kunci: Fungsi keluarga, Pelecehan seksual anak, Reunifikasi, Pelecehan Seksual.
Terpaan Lingkungan terhadap Kesetaraan Gender dalam Keluarga Parwitaningsih Parwitaningsih; Hendrikus Ivoni Bambang Prasetyo; Nur Hayati; Sri Pujiati
Jurnal Humaya: Jurnal Hukum, Humaniora, Masyarakat, dan Budaya Vol. 3 No. 1 (2023): JUNE
Publisher : LPPM Universitas Terbuka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33830/humaya.v3i1.4927

Abstract

Gender socialization in the family is intended for children to learn about gender roles. It is the family that begins to teach a boy to adhere to masculine traits and a daughter to adhere to feminine traits. This gender learning process is often influenced by factors outside the family which then have an impact on gender equality. Therefore, research was conducted to examine how the environment influences the implementation of gender equality in the family. This study used a combined approach to collect and analyze quantitative and qualitative data because researchers wanted to see trends in data regarding the influence of the environment on gender equality in the family. The results of the study showed that the environment has a significant influence on the implementation of gender equality in the family. The higher the environmental exposure, the higher tendency of respondents not to implement gender equality. This means that there are still differences between boys and girls related to the type of task, type of toys, type of character, pride, and type of color. Every boy or girl already has their own references that have been determined by the family and influenced by the environment. The neighboring factor becomes the dominant factor, in which respondents are aware of these differences, compared to the mass media, friends, and parents. This implies that neighbors are a factor that has a significant influence on respondents in applying differentiation.
Pergeseran Peran dan Fungsi Keluarga Buruh Perempuan serta Implikasinya terhadap Ketahanan Sosial Keluarga Sri Pujiati; Nur Hayati
SOSIETAS Vol 13, No 1 (2023): Sosietas : Jurnal Pendidikan Sosiologi
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/sosietas.v13i1.59644

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pergeseran peran dan fungsi keluarga serta implikasinya terhadap kondisi ketahanan sosial keluarga dari buruh perempuan PT Taekwang yang tinggal di Kecamatan Surian Kabupaten Sumedang. Metode yang digunakan untuk meneliti permasalahan ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif. Penarikan informan menggunakan teknik snowball sampling, dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara dan dokumentasi serta validitas data triangulasi sumber. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa bekerjanya perempuan (istri/ibu) di PT Taekwang Industrial Indonesia membawa berbagai pergeseran pada keluarga tidak secara gamblang menyebabkan rapuhnya ketahanan keluarga buruh PT Taekwang, apabila dibiarkan berlarut, dapat berisiko menyebabkan kerapuhan dalam ketahanan sosial keluarga buruh.