Claim Missing Document
Check
Articles

ANALISIS SEBARAN SPASIAL KUALITAS PERAIRAN TELUK JAKARTA de Prima, Carleone; Hartoko, Agus; Muskananfola, Max Rudolf
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (982.889 KB)

Abstract

Air begitu umum sehingga diabaikan sedangkan betapa pentingnya air itu untuk mahluk hidup. Kualitas Air adalah suatu indikasi apakah perairan tersebut baik atau tidak. Teluk adalah tempat yang luas, banyak sekali sisa sisa aktivitas mahluk hidup yang dijadikan sebagai tempat pembuangan. Teluk Jakarta merupakan kawasan strategis nasional banyak aktivitas industri. Rumah tangga dan lain-lain yang berpotensi melakukan pencemaran sehingga kondisi perairan tercemar dan kotor. Analisis spasial merupakan analisis yang menampilkan gambar kondisi suatu tempat dalam suatu layer. Tujuan dari penelitian ini adalah, mengetahui distribusi spasial kualitas perairan di Teluk Jakarta. Mengetahui distribusi spasial Logam berat (Pb) di Perairan Teluk Jakarta.  Analisis  data  yang digunakan menggunakan analisa deskriptif serta Geostatistik menggunakan Sistem Informasi Geografis dengan metode Kriging. Dengan kata lain, metode ini untuk mengestimasi besarnya nilai karakteristik Z pada titik tidak tersampel berdasarkan karakteristik titik titik sampel z yang berada disekitarnya. Hasil penelitian menunjukan bahwa Nilai distribusi spasial parameter fisika, kimia, dan biologi perairan antara lain, suhu berada pada kisaran 29.08oC - 31.53oC, kecepatan arus berada pada 0.11m/s - 0.26 m/s, DO berada pada kisaran 4.41 - 5.78 mg/l, Salinitas berada pada kisaran 30.001 ppt – 34.99 ppt, COD berada pada kisaran 181 mg/l - 257 mg/l, BOD berada pada kisaran 11 mg/l - 23 mg/l dan Fitoplankton berkisar pada kelimpahan 10 ind/l – 451 ind/l. Nilai distribusi spasial logam berat Pb berkisar pada 0.00013 ppm – 0.009 ppm. The water is so common that it is ignored while the importance of water for living creatures. Air quality is a good indication of whether or not those waters. Gulf is a big place, a lot of the rest of the rest of the activity of living organisms that serve as a dumping ground. Jakarta Bay is an area of many national strategic industry activities. Household and other potentially polluting so polluted and dirty water conditions. Spatial analysis is an analysis showing the picture condition somewhere in a layer. The purpose of this study is, to know the spatial distribution of water quality in the Bay of Jakarta. Knowing the spatial distribution of heavy metals (Pb) in the waters of Jakarta Bay. Data analysis used descriptive analysis and Geostatistical using Geographical Information Systems with Kriging method. In other words, the method for estimating the characteristic value Z at the point tersampel not based on the characteristics of the points z samples that are nearby. The results showed that the spatial distribution of the value parameter of physics, chemistry, and biology among other waters, the temperature is in the range 29.08oC - 31.53oC, current speed is at 0.11m / s - 0:26 m / s, DO in the range of 4:41 - 5.78 mg / l, salinity in the range of 30,001 ppt - 34.99 ppt, COD in the range of 181 mg / l - 257 mg / l, BOD in the range of 11 mg / l - 23 mg / l and Phytoplankton revolves around the abundance of 10 ind / l - 451 ind / l. The value of the spatial distribution of heavy metals Pb 0.00013 ppm range in - 0.009 ppm.
DISTRIBUSI DAN KANDUNGAN KARBON PADA LAMUN (Enhalus acoroides) DI PULAU KEMUJAN TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA BERDASARKAN CITRA SATELIT Zulfikar, Alfian; Hartoko, Agus; Hendrarto, Boedi
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) VOLUME 5, NOMOR 4, TAHUN 2016
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (145.396 KB)

Abstract

ABSTRAKPadang lamun merupakan salah satu ekosistem yang sangat penting di wilayah pesisir. Salah satu fungsi dari lamun yaitu sebagai penyerap karbon. Adanya berbagai kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat di Pulau Kemujan dikhawatirkan dapat mengganggu fungsi lamun tersebut. Lamun tersebar sepanjang pantai sebelah barat Pulau Kemujan sehingga penggunaan teknologi penginderaan jauh diharapkan dapat membantu dalam penelitian ini. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui  pengaruh dari kegiatan manusia terhadap fungsi lamun sebagai penyerap karbon dengan cara membangun pemodelan algoritma berdasarkan citra satelit Aster. Adapun pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Analisis kandungan karbon pada lamun menggunakan metode Walkley & Black. Hasil kandungan karbon tertinggi terdapat pada rhizome berkisar antara 12,498 – 55.967 g C/m2 sedangkan akar berkisar antara 0,475 – 27,147 g C/m2 dan daun berkisar antara 4,374 – 30,346 g C/m2. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa distribusi biomassa dan kandungan karbon lamun (Enhalus acoroides) di Pulau Kemujan Taman Nasional Karimunjawa menyebar tidak merata, hal tersebut menunjukkan adanya pengaruh dari kegiatan manusia terhadap fungsi lamun sebagai penyerap karbon. Kata kunci: Lamun, Kandungan karbon, Pulau Kemujan Taman Nasional Karimunjawa ABSTRACTSeagrass beds are one of the very important ecosystems in coastal areas. One function of seagrass is carbon sinks. Activities in Kemujan island was suspected to interfere function of seagrass. Seagrass was found along the west of Kemujan island, so that using of remote sensing technology can help in this research. The aimed of this research was to determine the influence of human activities on the functioning of seagrass as a carbon sink by building modeling algorithm based on Aster satellite. Sampling teqhnique was purposive sampling. Analysis of carbon biomass in seagrass using Walkley & Black method. The results of the highest carbon biomass was found in the rhizome ranged from 12.498 to 55,967 g C /m2 while the roots ranged from 0.475 to 27.147 g C /m2 and leaves ranged from 4.374 to 30.346 g C /m2. This research, concluded that the distribution of biomass and carbon biomass of seagrass (Enhalus acoroides) in Kemujan Island Karimunjawa National Park spread unevenly, it showed the influence of human activities on seagrass function as carbon sinks. Keywords: Seagrass, carbon biomass, Kemujan Island Karimunjawa National Park.
ANALISA FUNGSI EKOSISTEM AREA PERLINDUNGAN LAUT (APL) DI TAMAN NASIONAL KEPULAUAN SERIBU Febrianti, Mutia Ismi; Purwanti, Frida; Hartoko, Agus
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 4, Nomor 1, Tahun 2015
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (451.403 KB)

Abstract

Area Perlindungan Laut (APL) adalah suatu area yang terdiri dari berbagai habitat, keberadaannya dilindungi dan dikelola dengan sistem zonasi. Taman Nasional Kepulauan Seribu (TNKpS) dalam wilayahnya memiliki beberapa titik APL yang tersebar di Kelurahan Pulau Harapan, Pulau Kelapa, Pulau Panggang, Pulau Tidung dan sisanya dikelola oleh masyarakat Pulau Pari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi biofisik dan keanekaragaman hayati APL, tingkat pemahaman, persepsi dan partisipasi masyarakat terhadap APL dan fungsi ekosistem APL. Metode penelitian adalah deskriptif yang bersifat studi kasus dengan observasi lapangan di dua wilayah APL, yaitu APL Kelurahan Pulau Panggang dan Pulau Harapan. Pengambilan data berupa aspek ekologi dan aspek sosial. Hasil penelitian menunjukkan kondisi APL Kelurahan Pulau Panggang dan Pulau Harapan dalam tingkat oligosaprobik dan keanekaragaman biota APL Kelurahan Pulau Panggang lebih tinggi dibandingkan dengan Pulau Harapan. APL Kelurahan Pulau Panggang memiliki 18 genera terumbu karang dan 8 genera ikan karang sedangkan APL Kelurahan Pulau Harapan memiliki 5 genera terumbu karang dan 6 genera ikan karang. Tingkat pemahaman masyarakat 61% tidak paham akan fungsi dibentuknya APL, 53% masyarakat menyatakan bahwa wilayah konservasi penting keberadaannya dan 58% masyarakat tidak pernah berpartisipasi dalam pengelolaan APL. Fungsi ekosistem APL sudah berjalan dengan baik, sesuai dengan tujuan dibentuknya APL. Marine Protected Area (MPA) was defined as an area consisting of varieties habitats, where its existence should be protected and managed within zoning systems. In the Kepulauan Seribu National park (TNKpS) area have some APL points spread at the Harapan island, Kelapa island, Panggang island, Tidung island and the rest managed by The Pari island community. The research aimed to know the state of biophysical and biodiversity of MPA, the level of understanding, perception and public participation toward MPA and functions of the MPA ecosystem. The research method was descriptive by case study through a field observation in two MPA region, namely MPA Panggang island and Harapan island. Data collecting in the form of ecological and social aspects. The result showed that condition of MPA in the Panggang island and Harapan island were the level of oligosaprobic and the diversity of biota, at the MPA Panggang island was higher than Harapan island. MPA Panggang island have 18 genera of coral reefs and 8 genera of coral fishes while MPA Harapan island have 5 genera of coral reefs and 6 genera of coral fishes. The Level of public understanding was 61% do not understand function of the MPA establishment, 53% of the people said that the conservation area were important and 58% people never be participated in the management of MPA.The function of the MPA ecosystem has been running well in accordance with the purpose of MPA establisment.
SEBARAN DAN JENIS LAMUN PANTAI PANCURAN BELAKANG PULAU KARIMUNJAWA, TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA, JEPARA Cahyani, Nabila Fikri Dwi; Hartoko, Agus; Suryanti, -
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (503.901 KB)

Abstract

Pantai Pancuran Belakang adalah salah satu pantai di Pulau Karimunjawa, Jepara, Jawa Tengah. Pulau Karimunjawa memiliki potensi sumberdaya alam pesisir yang besar. Pantai ini juga sebagai habitat lamun. Salah satu peran penting dari lamun adalah sebagai pendaur ulang zat hara.Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sedimen dasar perairan serta citra Satelit GeoEye tahun 2011. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik pengambilan sampel secara acak. Pengambilan sampel dilakukan di sekitar Pantai Pancuran Belakang pada 2 stasiun yang berbeda. Masing-masing stasiun terdiri dari 9 plot dengan ukuran 10x10 m. Pada tiap plot dibagi menjadi subplot dengan ukuran 1x1 m, sehingga didapatkan 100 subplot. Dari 100 subplot tersebut kemudian dilakukan pengambilan sampel pada 5 subplot secara acak. Sampel sedimen kemudian dianalisa di Laboratorium Mekanika Tanah, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro.Keragaman tekstur sedimen dasar perairan yang dimiliki mengakibatkan terjadinya pola sebaran lamun yang hidup di pantai tersebut. Setelah data didapatkan kemudian dilakukan pengolahan data yang terdiri dari kelimpahan/kerapatan, persentase tutupan, serta uji korelasi oleh software SPSS.Hasil yang di dapatkan 8 jenis lamun yaitu Thalassia hemperichii, Cymodocea rotundata, Syringodium isoetifolium, Halophilla minor, Enhalus acroides, Halophila ovalis, Cymodocea serrulata dan Halodule pinifolia. Kerapatan tertinggi ditemukan pada Cymodocea rotundata yaitu 52,16% atau total 505 individu. Sedangkan penutupan tertinggi terdapat pada jenis Cymodocea rotundata yaitu 6,565 m2. Terdapat 3 jenis substrat yaitu gravel, sand dan silt. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan software SPSS di dapatkan nilai p sebesar 0,06 pada stasiun 1 dan 0,09 pada stasiun 2. Hal tersebut menyatakan bahwa ada hubungan yang erat antara kerapatan lamun dengan persentase substrat pasir.
TINGKAT KERUSAKAN DAN KARBON MANGROVE DENGAN PENDEKATAN DATA SATELIT NDVI (NORMALIZED DIFFERENCE VEGETATION INDEX) DI DESA SIDODADI KABUPATEN PESAWARAN PROVINSI LAMPUNG Mayuftia, Rimty; Hendrarto, Boedi; Hartoko, Agus
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 2, Nomor 4, Tahun 2013
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (521.543 KB)

Abstract

Ekosistem mangrove sebagaimana ekosistem hutan lainnya memiliki peran sebagai penyerap dan penyimpan karbon guna pengurangan kadar CO2 di udara. Hutan mangrove merupakan komponen penyusun utama dalam ekosistem mangrove. Pesisir Lampung di Desa Sidodadi, Ringgung, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung terdapat ekosistem mangrove yang masih asli dan sebagian telah dikonversi menjadi tambak udang dan pemukiman sehingga sebagian telah rusak karena alasan tersebut. Kerusakan vegetasi mangrove dapat diketahui dengan cara  menggunakan kriteria yang digunakan untuk mengindikasi adanya kerusakan tegakan mangrove dengan mengunakan data citra landsat yang mencerminkan besaran nilai NDVI (Normalized Difference Vegetation Index).Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei yang bersifat deskriptif, penelitian diarahkan untuk mendeskripsikan atau menguraikan suatu keadaan.  Pengambilan data menggunakan metode purposive sampling. Variabel data utama yang dibutuhkan yaitu : Citra Satelit Landsat TM 2012 untuk dianalisis nilai digital number dengan proses dengan ER Mapper, data jenis spesies mangrove, data diameter pohon mangrove untuk data pengolahan biomassa karbon mangrove, kerapatan pohon mangrove, dan koordinat untuk analisa hubungan antara biomassa mangrove, tegakan pohon, dengan NDVI.Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kerusakan ekosistem mangrove di Pesisir Lampung, Desa Sidodadi, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung berdasarkan kriteria nilai NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) sebesar 0,25 dan 0,378, tergolong rusak berat dan rusak sedang. Namun berdasarkan baku mutu suatu ekosistem mangrove dengan menggunakan kerapatan pohon dengan interpretasi citra menggunakan Landsat TM dengan kerapatan pohon 880 - >1100 pohon, dikategorikan sangat rapat. Biomassa karbon mangrove terkandung pada vegetasi mangrove yang ada di Pesisir Lampung, Desa Sidodadi, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung yaitu 10.694.870,18 kg/ha. Analisa hubungan antara biomassa mangrove dengan nilai NDVI memiliki hubungan yang kuat, namun hubungan pohon mangrove dengan nilai NDVI memiliki nilai hubungan yang rendah.
BIOMASSA KARBON VEGETASI MANGROVE MELALUI ANALISA DATA LAPANGAN DAN CITRA SATELIT GEOEYE DI PULAU PARANG, KEPULAUAN KARIMUNJAWA Febrianti, Dewati Ayu; Hartoko, Agus; -, Suryanti
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1212.186 KB)

Abstract

Hutan mangrove merupakan salah satu hutan yang mempunyai simpanan karbon tertinggi di kawasan tropis. Penelitian ini menggunakan metode survei lapangan dengan eksploratif dan pengambilan data menggunakan metode purposive sampling. Pengukuran besarnya biomassa tersimpan di atas permukaan tanah (batang, cabang, dan daun) dihitung menggunakan persamaan allometrik dengan tidak merusak vegetasi mangrove, dimana dalam penelitian ini mengestimasi stok karbon vegetasi mangrove menggunakan citra GeoEye. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata biomassa karbon vegetasi mangrove Pulau Parang sebesar 128,29 ton/ha (64,15 ton C/ha), dengan simpanan karbon terbesar terdapat pada bagian batang. Dari analisa regresi polynomial untuk pemodelan sebaran biomassa karbon pada tajuk mangrove didapatkan hasil bahwa tajuk Rhizophora mucronata tertinggi di stasiun I berkisar antara 0,0001 – 0,143 ton C dengan persamaan y = - 0,0436 (B2/B3)2 + 0,526 (B2/B3) - 1,4642, sebaran biomassa karbon tajuk Bruguiera gymnorrhiza tertinggi juga terdapat pada stasiun I berkisar antara 0,0001 – 0,081 ton C dengan persamaan y = - 0,0027 (B2/B3)2 + 0,0649 (B2/B3) – 0,2432, serta sebaran biomassa karbon tajuk Bruguiera cylindrica hanya terdapat pada stasiun III berkisar antara 0,0014 – 0,0619 ton C dengan persamaan y = - 0,0089 (B2/B3)2 + 0,0632 (B2/B3) - 0,0683.
ANALISIS PRODUKTIVITAS PRIMER TAMBAK IKAN BANDENG (Chanos chanos, FORSSKAL) DENGAN DATA CITRA SATELIT IKONOS DI KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH Juniarta, Andrian; Hartoko, Agus; Suryanti, -
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (288.382 KB)

Abstract

Kabupaten Pati salah satu sentra penghasil ikan bandeng terbesar di Propinsi Jawa Tengah. Hal tersebut tentunya dapat memberikan pengaruh terhadap perubahan kualitas kesuburan perairan yang dipengaruhi oleh adanya unsur hara, klorofil-a, nitrat, fosfat, dan fitoplankton. Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2015 di tambak ikan Bandeng Kabupaten Pati, bertujuan mengetahui kandungan klorofil-a, nitrat, fosfat, dan fitoplankton di beberapa wilayah tambak ikan bandeng dengan citra satelit resolusi tinggi serta mengetahui keterkaitan antara klorofil-a dengan nitrat, fosfat serta fitoplankton. Metodenya yaitu metode deskriptif dengan teknik purposive random sampling, dan interpretasi citra IKONOS. Kandungan klorofil-a di tambak semua tergolong oligotrofik, kecuali VI tergolong mesotrofik. Kandungan nitratnya di tambak II, III, IV, V, VII, dan VIII tergolong oligotrofik, dan tambak I, VI, dan IX tergolong mesotrofik. Berdasarkan kandungan fosfatnya, semua tambak tergolong oligotrofik. Fitoplankton yang mendominasi yaitu genus Nitzchia, Navicula, dan Ulothrix. Pada tambak I, II, III, IV nilai indeks keanekaragaman, kestabilan komunitas dan penyebaran jumlah individu setiap jenis fitoplankton termasuk dalam kategori sedang, pada tambak V, VI, VII, VIII, IX dalam kategori rendah. Nilai indeks keseragaman tambak I dan II yaitu stabil, relatif sama dan tidak ada yang mendominasi sedangkan tambak III, IV, V, VI, VII, VIII, IX tidak merata dan ada jenis yang mendominasi. Hubungan antara klorofil-a dengan nitrat lebih kuat daripada klorofil-a dengan fosfat yang dibuktikan pada hasil regresi polinomial dimana nilai (r) klorofil-a dengan nitrat sebesar 0,771 sedangkan nilai (r) klorofil-a dengan fosfat sebesar 0,301, klorofil-a dengan fitoplankton dengan nilai (r) 0.3951. Pati regency one of the largest center's milkfish producer in The Central Java Province. It certainly can give effect to changes in fertility quality of waters affected by the presence of nutrients, nitrates, phosphates, chlorophyll-a, phytoplankton. This research was conducted in May 2015 in Pati regency milkfish ponds, aims to determine the content of chlorophyll-a, nitrate, phosphate, and phytoplankton in some areas milkfish ponds with high-resolution satellite imagery and determine the relationship between chlorophyll-a by nitrates, phosphates and phytoplankton. The method used is descriptive method with purposive random sampling technique, and interpretation of IKONOS imagery. The results based on content of chlorophyll-a in ponds I, II, III, IV, V, VII, VIII, IX classified oligotrofik, and pond VI classified mesotrofik. Based on the content of nitrate in ponds II, III, IV, V, VII, and VIII classified oligotrofik, and ponds I, VI and IX classified mesotrofik. Based on the content of phosphate, all ponds classified oligotrofik. Namely of phytoplankton dominate the genus Nitzschia, Navicula, and ulothrix. At the ponds I, II, III, IV value of diversity index, the stability of communities and the spread of the number of individuals of each species of phytoplankton in medium category, in ponds V, VI, VII, VIII, IX index value of diversity, the stability of communities and the spread of the number of individuals of each species phytoplankton are included in the low category. Ponds uniformity index value I and II are stable, relatively the same and no one dominates, while ponds III, IV, V, VI, VII, VIII, IX is uneven and there is a dominant species. The relationship between chlorophyll-a by nitrate is stronger than chlorophyll-a with phosphate as evidenced in the results of polynomial regression in which the value (r) of chlorophyll-a with nitrate of 0.771 while the value (r) of chlorophyll-a with phosphate at 0.301, chlorophyll-a with phytoplankton value (r) 0.3951.
ANALISA SEBARAN SPASIAL IKAN CUCUT (Ordo Rajiformes) BERDASARKAN VARIASI KEDALAMAN DI PERAIRAN LAUT JAWA Fakhrurrizal, Richan; Hutabarat, Sahala; Hartoko, Agus
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1095.537 KB)

Abstract

Ikan cucut atau hiu termasuk dalam kategori ikan-ikan bertulang rawan (elasmobranchii). Cucut merupakan ikan demersal sehingga perlu diketahui kedalaman suatu perairan untuk mengetahui habitatnya. Kedalaman tersebut dapat diketahui dengan menggunakan penginderaan jauh. Penginderaan jauh merupakan suatu cara pengamatan objek tanpa menyentuh objek secara langsung. Tujuan penelitian adalah mengetahui perkembangan hasil tangkapan cucut, sebaran kedalaman di laut Jawa, dan hubungan antara sebaran kedalaman dengan hasil tangkapan cucut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksploratif. Pengambilan data menggunakan metode purposive sampling. Pertimbangan pengambilan data didasarkan pada hasil wawancara dengan nelayan setempat dan ketersediaan data produksi hasil tangkapan cucut yang dilengkapi titik koordinat lokasi penangkapan dari PPN Kejawanan pada tahun 2011 – 2012 adalah yang paling memadai, serta dilakukan pula analisa kedalaman yang berasal dari data batimetri laut Jawa. Analisis data yang digunakan adalah analisis korelasi antara kedalaman dengan hasil tangkapan cucut untuk mengetahui hubungan sebaran spasial ikan cucut dengan variasi kedalaman, didukung dengan studi pustaka tentang habitat ikan cucut. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa hasil tangkapan Cucut Junjunan (Rhynchobatus djiddensis) tertinggi didapatkan pada musim barat tahun 2011 dengan total hasil tangkapan 7440 kg, sedangkan tangkapan Cucut Depo (Rhinobatos schegelii) tertinggi didapatkan pada musim timur tahun 2011 dengan total hasil tangkapan 7383 kg. Variasi kedalaman di laut Jawa yang menunjukkan daerah penangkapan cucut pada musim timur berkisar antara 11 – 167 m, dengan kedalaman rata-rata 80 m pada daerah penangkapan cucut Depo. Kedalaman pada musim barat berkisar antara 14 – 134 m, dengan kedalaman rata-rata 50 m pada daerah penangkapan cucut Junjunan. Secara umum nilai koefisien korelasi (r) setiap jenis cucut yang didapat pada musim timur maupun musim barat adalah ≤ 0,5. Hal ini menunjukkan bahwa hubungannya rendah (tidak erat) yang berarti terdapat sedikit pengaruh kedalaman terhadap hasil tangkapan cucut di laut Jawa.
PERUBAHAN LUAS VEGETASI MANGROVE DI PULAU PARANG, KEPULAUAN KARIMUNJAWA MENGGUNAKAN CITRA SATELIT Widiyanti, Angela Merici Dwi; Hartoko, Agus; Hendrarto, Boedi
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1266.514 KB)

Abstract

Mangrove di Pulau Parang digunakan untuk kegiatan masyarakat sehingga luas vegetasi mangrove semakin lama semakin berkurang. Penelitian ini menggunakan metode eksploratif. Pengambilan sampel di area mangrove menggunakan metode purposive sampling. Penelitian dilakukan dengan pengecekan lapangan dari hasil klasifikasi tidak terbimbing dengan menggunakan kombinasi band citra satelit. Hasil penelitian didapatkan jenis mangrove yang ditemukan di stasiun pengamatan Pulau Parang, Kepulauan Karimunjawa adalah Rhizophora mucronata, Bruguiera gymnorrhiza, Bruguiera cylindrica, dan Avicennia marina. Jenis Rhizophora apiculata dan Avicennia officinalis hanya ditemukan beberapa pohon di kawasan mangrove Rawa Buaya. Jenis Sonneratia alba hanya ditemukan dua pohon yang cukup jauh dari kawasan mangrove Batu Merah. Status kondisi mangrove di Pulau Parang, Kepulauan Karimunjawa berdasarkan kriteria baku kerusakan mangrove untuk kategori pohon dengan kerapatan rata-rata 1,275 ind/Ha dan penutupan rata-rata 37,50% termasuk dalam kriteria rusak jarang, kategori anakan dengan kerapatan rata-rata 372 ind/Ha termasuk dalam kriteria rusak jarang, sedangkan untuk kategori semai dengan kerapatan rata-rata 13.889 ind/Ha termasuk dalam kriteria baik sangat padat. Luas vegetasi mangrove di Pulau Parang, Kepulauan Karimunjawa pada tahun 1997 sebesar 46,80 Ha yang pada tahun 2004 berkurang menjadi 41,44 Ha lalu pada tahun 2011 berkurang menjadi 38,36 Ha. Perubahan penurunan luas mangrove dari tahun 1997 – 2011 adalah sebesar 18,03%. 
HUBUNGAN SALINITAS TERHADAP PERKEMBANGAN TELUR CEPHALOPODA YANG DIDAPAT PADA PERAIRAN PANTAI BONDO KABUPATEN JEPARA Samudra, Noky Rizky; Hartoko, Agus; Sulardiono, Bambang
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (495.974 KB)

Abstract

Cephalopoda merupakan sumberdaya perikanan yang bernilai ekonomis penting. Sebagian besar produksi Cephalopoda di Indonesia berasal dari tangkapan di alam. Kegiatan penangkapan sudah saatnya disertai dengan upaya pengaturan penangkapan dan kegiatan budidaya yang meliputi upaya pemijahan (hatchery) dan pelepasan benih ke alam (restocking). Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui pengaruh dan hubungan parameter oseanografi salinitas untuk pertumbuhan dan perkembangan, kecepatan penetasan, waktu penetasan kapsul telur dan embrio Cephalopoda serta perkembangannya. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen laboratories dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 3 perlakuan dengan 3 kali ulangan. Perlakuan pertama (A) dengan salinitas 20 ppt, perlakuan kedua (B) dengan salinitas 25 ppt, perlakuan ketiga (C) dengan salinitas 30 ppt. Penelitian ini juga melakukan 1 pengukuran pada habitat alami untuk dijadikan perbandingannya. Variabel yang di ukur adalah panjang lebar kapsul telur, panjang lebar telur kemudian di hitung nilai laju pertumbuhan spesifik (SGR). Variabel yang diamati dan dicatat adalah lama inkubasi, periode penetasan, dan perkembangan embrio. Data hasil penelitian diuji kenormalan datanya dan diolah  menggunakan analisis sidik ragam, sedangkan untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan di uji menggunakan uji-F dengan bantuan SPSS dan untuk mengetahui pola hubungannya dilakukan analisis regresi. Hasil penelitian menunjukan perlakuan salinitas dan suhu memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap  pertumbuhan panjang dan lebar kapsul serta panjang dan lebar telur Sepioteuthis lessoniana dan Sepia officinalis dibuktikan dengan hasil perhitungan melalui uji anova untuk nilai F-hitung>F-tabel. Lama inkubasi pada Sepioteuthis lessoniana tercepat yaitu 18 hari dengan waktu penetasan selama 3 hari pada salinitas 30 ppt dengan suhu 29-30 oC dan 31 ppt dengan suhu 28-30,5o C, sedangkan untuk Sepia officinalis lama inkubasi tercepat adalah 15 hari dengan waktu penetasan 2 hari pada salinitas 30 ppt dengan suhu 29-30o C dan 31 ppt dengan suhu 28-30,5o C. Semakin tingi salinitas maka semakin cepat perkembangan dan pertumbuhaan, lama inkubasi dan periode penetasan kapsul telur dan telur selama masa inkubasi. The fishery resource is cephalopoda value economically important. Most of the production of cephalopoda in Indonesia originating from catches in nature. Activities catching it time accompanied by the effort of setting arrest of aquaculture activities and covering the efforts of spawning (hatchery) and release the seed to nature (restocking). This research aims to know us salinity that are appropriate for the developmental growth, speed hatching, egg capsules and hatching period of embryonic development and cephalopoda. Research methods used are experimental laboratories.The research methods used are experimental laboratories by using a complete Randomized Design (RAL), which consists of 3 treatment with three replicates. The first treatment (A) with a salinity of 20 ppt, the second (B) treatment with a salinity of 25 ppt, a third treatments (C) with a salinity of 30 ppt. The study also do 1 measurement on the natural habitat for the comparison. The research variable are the length of the egg capsule, the length of egg and calculate the value of the specific growth rate (SGR). The observed variables period of incubation, hatching time, and the period of embryonic development. Data research results was normally of test and analysis using fingerprints, are to know the differences between the treatments tested using test-F using SPSS and to know the pattern of relationship done regression analysis. The research results show the temperature and salinity treatment give very significant influence toward growth capsule length and width as well as length and width egg Sepioteuthis lesoniana and Sepia officinalis, This is proved by the result of the anova calculation for the value of the F-count > F-table. Sepioteuthis lessoniana long incubation on fastest 18 days with a period of hatching for 3 days at a salinity of 30 ppt with a temperature of 29-30° C and 31 ppt with a temperature of 28 -30, 5o C, sepia officinalis medium for long ikubasi the fastest is 15 days with a period of 2 days of hatching on the salinity of 30 ppt with a temperature of 29-30° C and 31 ppt with a temperature of 28 -30,5o C. Higher salinity support faster development and growth, lenght incubation period hatching eggs and egg capsules during the incubation period.
Co-Authors - Pramonowibowo - Subiyanto - Supriharyono Abdul Ghani Agus Wahyudi Ahmad Fadlan Alfian Zulfikar, Alfian Ambariyanto Ambariyanto Andri Ramdhani Andrian Juniarta, Andrian Angela Merici Dwi Widiyanti Anindya Wirasatriya Aris Ismanto Ayuningtyas Indrawati Bagus Biantara, Bagus Bambang Sulardiono Boedi Hendrarto Budhi Agung Prasetyo Carleone de Prima, Carleone Churun A’in Dewati Ayu Febrianti Dewi Sartika Djoko Suprapto Ferdiansyah Ferdiansyah Frida Aprilia Loinenak, Frida Aprilia Frida Purwanti Geertruidha Adelheid Latumeten Haeruddin Haeruddin Hanifati Masturah Herry Boesono I. Kumalasari Indradi Setiyanto Khoerul Umah Kurniawan Kurniawan Lestari Lahksmi Widowati Max Rudolf Muskananfola Max Rudolf Muskanonfola Miladiyah Ahsanul Akhlak, Miladiyah Ahsanul Moh Toriq Abidin, Moh Toriq Monica Evi Suanty Manurung Monica Febrina Silitonga Muhammad Helmi Muhammad Najib Habibie Muhammad Zainuri Mutia Ismi Febrianti Mutia Ismi Febrianti Nabila Fikri Dwi Cahyani Nadhea O. Rahmawati Niniek Widyorini Nining Sari Ningsih Noky Rizky Samudra, Noky Rizky Nurul Latifah nurul latifah Nurwinda Hikmawati Olvi Cristianawati Pra Luber Agung Wibowo Pramonowibiwo M.Pi. Prayogi Prayogi Prijadi Soedarsono Pujiono Wahyu Purnomo Rahayu Sapta S. Sudewi Rahmatuloh, Irzani Hamzah Setya Ratri Canar Perdana Restiana Wisnu Ariyati Richan Fakhrurrizal Rimty Mayuftia Rio Januardi, Rio Roni Kurniawan Sahala Hutabarat SARASWATI SARASWATI Sasanti Retno Suharti, Sasanti Retno Sembiring, Yoan Teresia Br Simon Giando Sinaga, Simon Giando Siska Tri Cahyaningrum Siswanto Siswanto Sonny Lahati Subiyanto Subiyanto Suryanti - Sutrisno Anggoro Sutrisno Anggoro Urfan Ridha Yosafat Donni Haryanto Zulyani Zulyani