Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Penerapan Management Seni Pertunjukan pada Teater Koma (Management Aplication of Performing Art in Teater Koma ) Haryono, Sutarno
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 6, No 3 (2005)
Publisher : Department of Drama, Dance, and Musik (Sendratasik), Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v6i3.810

Abstract

Teater Koma merupakan salah satu komunitas seni teater di Indonesia yang kreatif danproduktif, pencarian bentukbentuk inovatif yang selalu dilakukan, dan kerja keras dariseluruh para anggota. Kreativitas sangat mewarnai pada setiap hasil karya dan mencirikandengan gaya bahasa, gerak, musik, penjiwaan pada setiap karakter, dan tema yang diangkatbetorientasi pada kehidupan budaya keseharian. Kecermatan dalam usahanya mengangkattema menjadi perhatian utama melalui proses yang panjang dan melibatkan para aktormaupun aktris untuk terjun langsung di lingkungan sosial masyarakat yang menjadi objek.Semua proses dilakukan dengan penuh kesadaran bahwa pembelajaran maupunpembentukan diri menjadi aktor maupun aktris yang berhasil (berkualitas) perlu adanyapeleburan diri ke berbagai kehidupan sosial masyarakat. Peran utama seorang manajeryang sekaligus sebagai sutradara sangat menentukan, tampak adanya usahausaha untukkarya seninya. Manajer ahli dalam mengatur sebuah komunitas (Teater Koma) agar tetapeksis, satu visi, kebersamaan, keutuhan, satu tekat yang bulat. Sifat keterbukaan, caramemenegemen tentang; produksi, pemsaran, dan pergelaran menjadi bagian utamakehidupan organisasi.Kata Kunci: Seni, Managemen, Produksi, Pemasaran, Pergelaran
Implementasi Konsep Langendriya Mandraswara terhadap Seniman Muda Haryono, Sutarno
PANGGUNG Vol 22, No 1 (2012): Menggali KEkayaan Bentuk dan Makna Seni
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v22i1.38

Abstract

Culture, especially the arts of the palace, is understood to be court arts full of symbols and com- plexity, representing the philosophy of the king with high values and meaning. Langendriya Man- draswara first appeared in the Mangkunegaran, during the reign of Mangkunegara IV (1853-1881), integrating verbal and non-verbal components, with effective, communicative, expressive, and aes- thetic meaning. The spirit of Langendriya Mandraswara is a source of inspiration for young artists. Keywords: Langendriya Mandraswara concept, Verbal and non-verbal Language.
Penerapan Management Seni Pertunjukan pada Teater Koma (Management Aplication of Performing Art in Teater Koma ) Haryono, Sutarno
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 6, No 3 (2005)
Publisher : Department of Drama, Dance and Music, FBS, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v6i3.810

Abstract

Teater Koma merupakan salah satu komunitas seni teater di Indonesia yang kreatif danproduktif, pencarian bentukbentuk inovatif yang selalu dilakukan, dan kerja keras dariseluruh para anggota. Kreativitas sangat mewarnai pada setiap hasil karya dan mencirikandengan gaya bahasa, gerak, musik, penjiwaan pada setiap karakter, dan tema yang diangkatbetorientasi pada kehidupan budaya keseharian. Kecermatan dalam usahanya mengangkattema menjadi perhatian utama melalui proses yang panjang dan melibatkan para aktormaupun aktris untuk terjun langsung di lingkungan sosial masyarakat yang menjadi objek.Semua proses dilakukan dengan penuh kesadaran bahwa pembelajaran maupunpembentukan diri menjadi aktor maupun aktris yang berhasil (berkualitas) perlu adanyapeleburan diri ke berbagai kehidupan sosial masyarakat. Peran utama seorang manajeryang sekaligus sebagai sutradara sangat menentukan, tampak adanya usahausaha untukkarya seninya. Manajer ahli dalam mengatur sebuah komunitas (Teater Koma) agar tetapeksis, satu visi, kebersamaan, keutuhan, satu tekat yang bulat. Sifat keterbukaan, caramemenegemen tentang; produksi, pemsaran, dan pergelaran menjadi bagian utamakehidupan organisasi.Kata Kunci: Seni, Managemen, Produksi, Pemasaran, Pergelaran
SASTRA TEMBANG PADA KONTEKSTUAL ADEGAN DAMARWULAN SEBAGAI PENGUASA MAJAPAHIT DALAM TARI LANGENDRIYAN Sutarno Haryono
Greget Vol 13, No 1 (2014)
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (413.733 KB) | DOI: 10.33153/grt.v13i1.539

Abstract

The presence of dance is generally not a construction whose elements can be analyzed butrather a unified or cohesive whole (gestalt). Thus, presentational symbols rather than discursivesymbols appear. Presentational symbols refer to the meaning that is hidden behind the meaningthat is immediately visible, or reveal a level of meaning that is presupposed within the literalmeaning. Of course, interpreting an art which contains several different elements, such as the artof dance, is highly complex since it is constructed of elements that are bound together and cannotbe separated from each other.Keywords: Analysis, Contextual,Macapat, Dance Movements.
Analisis Kontekstual Adegan Pernikahan Ratu Ayu Kencanawungu Dalam Tari Langendriyan Sutarno Haryono
Greget Vol 12, No 1 (2013)
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3152.11 KB) | DOI: 10.33153/grt.v12i1.473

Abstract

The overall appearance of a dance is not a construction of which the elements can be analyzed individually but rather a complete and rounded unit (gestalt). Therefore, presentational symbols rather than discursive symbols emerge. Presentational symbols point to the hidden meaning behind the meaning that is directly visible, or reveal a level of meaning that is presupposed within the literal meaning. Of course, when interpreting the meaning of an art which contains a number of different elements, such as dance, a highly complex unit is observed which is made up of all the different elements that cannot be separated one from another. Keywords : Analysis, Contextual, Macapat, and Dance Movements.
Konsep Dasar Bagi Seorang Penari Sutarno Haryono
Greget Vol 11, No 1 (2012)
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (144.578 KB) | DOI: 10.33153/grt.v11i1.459

Abstract

There are two aspects which place emphasis on creativity as one of the main motivations of a dancer to increase his or her ability to project a creative interpretation, create empathy, and possess a social perspective. This emphasis includes the meaning of an idea which is reinforced through creative activity by looking at something with a broader perspective. The creative discovery of a dancer is essentially as important as developing ideas, and also the final result. As such, it is hoped that a dancer will determine and react to changes and developments in the art community by producing a personal interpretation in the form of a dance performance. Keywords : Basic concepts, Basic skills, and Dancer. 
Paradigma Penelitian Sutarno Haryono
Greget Vol 9, No 1 (2010)
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4181.194 KB) | DOI: 10.33153/grt.v9i1.409

Abstract

Research is an attempt to understand facts in a rational empirical way, using a certain procedure in accordance with the method chosen by the researcher. There are two kinds of research, namely quantitative and qualitative. In the research of a particular work, program, or event, using a holistic critical approach, its quality should be viewed from the perspective of its background, its objective formal conditions, and its impact. Keywords: Research, quantitative, qualitative, holistic critical.
Implementasi Konsep Kesantunan Budaya Jawa pada Seni Pertunjukan Langendriya Mandraswara Mangkunegaran Sutarno Haryono
Greget Vol 5, No 2 (2009)
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4856.049 KB) | DOI: 10.33153/grt.v5i2.297

Abstract

When Mangkunegara IV was in power in the Mangkunegaran (1853-1881), he created several new art forms, one of which was Langendriya Mandraswara, which uses as its media both verbal and non-verbal components. The verbal component, traditional Javanese singing, or tembang macapat, is adapted to suit the social strata and takes into consideration the principle of politeness. The non-verbal component expresses a particular character. The integration of the two components creates a clearer, more communicative, and more aesthetic meaning.Keywords: Politeness, verbal and non-verbal components
Implementasi Konsep Langendriya Mandraswara terhadap Seniman Muda Sutarno Haryono
PANGGUNG Vol 22, No 1 (2012): Menggali KEkayaan Bentuk dan Makna Seni
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (170.835 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v22i1.38

Abstract

Culture, especially the arts of the palace, is understood to be court arts full of symbols and com- plexity, representing the philosophy of the king with high values and meaning. Langendriya Man- draswara first appeared in the Mangkunegaran, during the reign of Mangkunegara IV (1853-1881), integrating verbal and non-verbal components, with effective, communicative, expressive, and aes- thetic meaning. The spirit of Langendriya Mandraswara is a source of inspiration for young artists. Keywords: Langendriya Mandraswara concept, Verbal and non-verbal Language.
Pendidikan Seni Tari Sanggar Seni Sarwi Retno Budaya Surakarta Sebagai Pengembangan Karakter Anak Laras Ambika Resi; Sutarno Haryono; Slamet Subiyantoro
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 34 No 3 (2019): September
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31091/mudra.v34i3.648

Abstract

Penelitian ini adalah untuk mengkaji pendidikan seni tari di sanggar seni Sarwi Retno Budaya Surakarta sebagai pengembangan karakter anak. Metodologi penelitiannya bersifat kualitatif dengan pendekatan kritik seni holistik yang menggunakan rujukan teori: (1) Pembelajaran, (2) Pendidikan Karakter, (3) Seni Pertunjukan, dan (4) Komunikasi. Adapun teknik pengumpulan datanya melalui: studi pustaka, wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisisnya menggunakan cara-cara kualitatif yaitu seluruh kegiatan atau aktifitas analisisnya dilakukan bersamaan dengan proses atau waktu pengumpulan data dan pada bagian akhir data-data yang bersifat genetik, objektif dan afektif dikaji secara integratif untuk menarik simpulan sebagai makna tunggal yang menempatkan posisi setiap temuan berada pada satu kesatuan konteks. Hasil temuan penelitian ini bahwa pendidikan seni tari di sanggar seni Sarwi Retno Budaya mampu mendidik penari profesional yang memiliki nilai-nilai karakter sebagai pengembangan karakter anak supaya memiliki kepribadian yang bertanggungjawab untuk menjaga, melestarikan dan mengembangkan peradaban budaya bangsa Indonesia. Adapun nilai-nilai karakter yang ditanamkan terhadap anak-anak atau siswa sanggar seni Sarwi Retno Budaya yaitu: nilai spiritual, nilai kejujuran, nilai santun, nilai kerjasama, nilai tenggang rasa, nilai disiplin, nilai kreatif, dan nilai tanggungjawab.