Penelitian ini ditujukan untuk menemukan variable-varibel yang menjadi korelat pemunculan perilaku yang tidak diinginkan pada anak autis di sekolah, yang dapat menjadi bahan pertimbangan di dalam merumuskan formula treatment/ intervensi yang tepat dalam menekan/ meredusir frekwensi pemunculan perilaku yang tidak diinginkan pada anak autis. Penelitian dilaksanakan dengan pendekatan survey dan expost pacto dengan design korelasional. Hasil penelitian menunjukan: (1) Ada variasi perilaku yang tidak diinginkan yang muncul pada anak autis di sekolah, antara lain mengoceh, stimulasi gerakan, termenung/menyendiri, agresifitas (memukul, menendang dan mencubit payu dara terapis); jalan jinjit, perhatiannya cepat beralih. (2) Frekwensi perilaku tidak diinginkan yang paling sering muncul di sekolah adalah mengoceh, melambai-lambaikan tangan tanpa tujuan, jalan jinjit dan agresifitas. (3) Tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin anak dengan pemunculan perilaku yang tidak diinginkan di sekolah (r = 0,25, a = 0,05). (4) Tidak terdapat hubungan antara makanan yang dikonsumsi dengan pemunculan perilaku tidak diinginkan di sekolah (a = 0,05 r = 0, 25 tidak signifikan ). (5) Tidak terdapat hubungan antara usia anak dengan pemunculan perilaku tidak diinginkan di sekolah (a = 0,05 r = 0,12 tidak signifikan). (6) Tidak terdapat hubungan antara pembelajaran yang dilaksanakan dengan pemunculan perilaku tidak diinginkan di sekolah (a = 0,05 r = 0,21 tidak signifikan). (7) Tidak ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan pemunculan perilaku yang tidak diinginkan di sekolah (r = 0,16). (8) Ada hubungan antara suasana rumah dengan pemunculan perilaku yang tidak diinginkan di sekolah (r = - 0,26). (9) Tidak ada hubungan antara status ekonomi keluarga dengan pola asuh orang tua. Secara faktual hasil penelitian menunjukkan r = 0,12 . (10) Hubungan antara jumlah anak dalam keluarga dengan pola asuh orang tua. Hasil analisis menunjukkan korelasi sebesar r = 0,05 pada a = 0,05. (11) Tidak ada hubungan antara urutan anak dalam keluarga dengan pola asuh sekolah (r = 0,09). (12) Tidak ada hubungan antara ruang terapi/belajar dengan pemunculan perilaku yang tidak diinginkan di sekolah. r = - 0,04. (13) Tidak ada hubungan antara jenis kelamin guru/terapis dengan pemberian terapi r = - 0,04. (14) Tidak ada hubungan antara media dengan pembelajaran/ terapi ( r = - 0,20). (15) Ada hubungan antara waktu belajar dengan pemberian terapi (r = 0,41). (15) Tidak ada hubungan antara suhu ruang dengan pemberian terapi (r = 0,15). (16) Tidak ada hubungan antara jenis kelamin anak dengan suasana rumah (r = - 0,16). (17) Ada hubungan antara status ekonomi dengan suasana rumah (r = 0,28 pada a = 0,05). (18) Tidak ada hubungan antara jumlah anak dengan suasana rumah (r = 0,17). (19) Tidak ada hubungan antara urutan anak dengan suasana rumah (r = - 0,26). (20) Pola asuh orang tua ternyata tidak ada yang signifikan dengan tingkat pendidikan orang tua sesuai analisis (r = 0,07). (21) Ada hubungan antara pendidikan orang tua dengan sosial ekonomi (r = 0,73). (22) Faktor-faktor yang berkontribusi secara berarti bagi pemunculan perilaku yang tidak diinginkan di sekolah. Berdasarkan hasil analisis faktor yang berkontribusi secara berarti terhadap pemunculan perilaku yang tidak diinginkan di sekolah adalah suasana rumah (r = - 0,26.)