This Author published in this journals
All Journal Hemera Zoa
Simon He
Unknown Affiliation

Published : 17 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

Taksiran kerugian produksi daging akibat infeksi cacing saluran pencernaan pada sapi ongole Indonesia Simon HE; Elok Budi Retnani; Lily Zalizar
Hemera Zoa Vol. 74 No. 1 (1991): Jurnal Hemera Zoa
Publisher : Hemera Zoa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

One hundred and ten males of Ongole cattle were recorded for their carcass weights at slaugter and their faccal samples were assayed for worm eggs. Significant negative correlation (r) with determination coefficient (r2) 0.2754 was found between the numbers of worm eggs in the faeces and the cattle carcass weight 151.5 kg were found infected with nematodes only, worm eggs.
Berbagai siput sebagai inang antara cacing trematoda echinostoma revolutum di Bogor, Jawa Barat : 2. indoplanorbis exustus Lili Zalizar; Simon He; Supan Kusumamihardja; Arie Budiman
Hemera Zoa Vol. 76 No. 1 (1993): Jurnal Hemera Zoa
Publisher : Hemera Zoa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (210.996 KB)

Abstract

Infeksi mirasidia Echinostoma revolatum pada siput Indoplanorbis exustus yang dipelihara di laboratorium tidak menghasilkan larva infektif metaserkia. Sedangkan dari siput Indoplanorbis exustus yang dikoleksi dari sawah di desa Sindang Barang diperoleh larva infektif metaserkia. Kecocokan siput Indoplanorbis exustus sebagai inang antara Echinostoma revolutum berturut-turut 0.00% pada kondisi laboratorium dan 30.47% pada kondisi alamiah.Metaserkia asal infeksi alamiah yang dikumpulkan dari siput Indoplanorbis exustus dan infeksi pada ayam menghasilkan cacing dewasa Echinostoma revolutum. Pada ayam perlakuan, rataan total infektivitas metaserkia hasil infeksi alamiah mencapai 4.67%
Infektifitas berbagai derajat kematangan proglotida cacing pita hymenolepis diminuta (Rudolphi) pada: 1 Kutu beras tribolium castaneum (Herbst) Elok Budi Retnani; Simon He; Supan Kusumamihardja; Singgih H. Sigit
Hemera Zoa Vol. 76 No. 1 (1993): Jurnal Hemera Zoa
Publisher : Hemera Zoa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (394.731 KB)

Abstract

Studies on the effect of the level of maturity of proglottids on the infectivity of Hymenolepis diminuta (Rudilphi) in the intermediate host Tribolium castaneum (Herbst) have been carried out in the Helminthology Laboratory, Faculty of Veterinary Medicine Bogor Agrigultural University.The experiment was carried out using 5 groups of 30 Tribolium castaneumeach which were infected with Hymenolepis diminuta prolottids of different levels of maturity. Each Tribolium group was fed 5% length of the posterior proglotids.The data obtained were analized using analysis of variance continued with Duncan test, where necessary, and analysis of reggression. The number of eggs produced by adult Hymenolepis diminuta originated from all 5 groups of 5% pasterior proglottids were positively correlated with the levels of maturity of the proglottids. The number of cysticercoids produced by the experimental Tribolium were also positively correlated with the maturity levels of the proglottids. In contrast the levels of infectivity, in percentage, of the 5 proglottid groups in the Tribolium were not significantly different from each other indicating that the infectivity of Hynlenolepis diminuta eggs in the Tribolium was not affected by the degree of maturity of the proglottid. From the result of the studies it is concluded that more or less 25% of the posterior proglottids of Hymenolepis diminuta in the rats were gravid. 
Hymenolepis cantaniana pada ayam buras di Medan Sumatera Utara Panal M. Siahaan; Simon He; Hernomoadi Suminto; Nawangsari Sugiri
Hemera Zoa Vol. 76 No. 2 (1993): Jurnal Hemera Zoa
Publisher : Hemera Zoa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (591.729 KB)

Abstract

Dari 96 ekor ayam buras yang diperoleh dari Kotamadya Medan dan sekitamya untuk keperluan survai cacing parasitik ternyata tiga ekor (3,125%) diantaranya mengandung cacing pita kecil di dalam usus halus dalam jumlah yang sangat banyak. Cacing- cacing tersebut berwarna putih, agak transparan, berukuran panjang 8-20 mm, rataan 15.4± 3.31 mm (SD). Skoleks berukuran panjang 135-180 um dengan rataan 143 ± 12.19 um, lebar 120-150 um dengan rataan 130± 9.91 um tanpa kait-kait. Lubang genital unilateral, terletak diantara anterior dengan pertengahan segmen. Kantung sirus relatif besar dibanding dengan segmen. Di dalam segmen gravid terdapat kantung-kantung telur. Telur berdiameter 45 mm, berbentuk bundar seperti bola, diselubungi tiga membran dan sudah mengandung larva saat akan dikeluarkan. Dari ciri-ciri tersebut disimpulkan cacing ini termasuk jenis Hymenolepis cantaniana. Ini merupakan laporan penemuan pertama kali jenis cacing pita tersebut pada ayam (buras) di Indonesia.
Kemungkinan Kehadiran Sistiserkus/cacing taenia saginata taiwanensis di Bali N.S. Dharmawan .; Simon He; S. Geerts .
Hemera Zoa Vol. 76 No. 2 (1993): Jurnal Hemera Zoa
Publisher : Hemera Zoa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (890.611 KB)

Abstract

Telah dilakukan suatu penelitian pendahuluan untuk mengetahui kemungkinan adanya sistiserkus atau cacing Taenia saginata taiwanensis di Bali. Pengamatan dilakukanterhadap adanya infeksi sistiserkus secara alami pada hati 638 ekor babi yang dipotong di RPH Denpasar , dari bulan Juni sampai Juli 1993.Bintik-bintik kecil kekuningan atau putih susu, yang diduga merupakan kista T.s. taiwanensis, ditemukan pada 146 hati babi (22,88%). Setiap hati yang terinfeksi mengandung 1 - 6 kista, yang menyebar secara acak di masing-masing lobus. Kebanyakan kista yang ditemukan telah mengalami degenerasi (66.43%) atau kalsifikasi (32.8%). Satu kista mature yang ditemukan (0.7%) dari hati yang positif, ternyata mengandung skoleks taenia yang diperlengkapi dengan kait-kait. Temuan ini menunjukkan kemungkinan adanya sisteserkus cacing Ts. taiwanensis di Bali sebab hati babi bukanlah tempat predileksi utama sistiserkus cacing Taenia solium.
Dirofilaria Immitis (Leidy, 1856) dalam jantung anjing yang diseksi di fakultas kedokteran hewan institut pertanian bogor Simon He; Fadjar Satrija
Hemera Zoa Vol. 77 No. 1 (1995): Jurnal Hemera Zoa
Publisher : Hemera Zoa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (950.551 KB)

Abstract

Di dalam ventrikel kanan jantung anjing berbagai ras yang diseksi di laboratorium Patologi Fakultas kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor sejak awal 1970-an hingga tahun 1993 acap kali ditemukan cacing Dirojilaria immitis. Cacing-cacing tersebut berwarna putih, panjang, langsing dengan mulut tanpa bibir. Usofagus yang pendek terdiri atas dua bagian yaitu bagian anterior yang muskuler dan bagian posterior yang glanduler. Cacing betina panjangnya 20 - 29 cm dengan rataan 24,1 cm mempunyai ekor yang lurus dan berujung tumpul; vulvanya terletak di belakang ujung posterior usofagus. Cacing jantan panjangnya 14 - 20 cm dengan rataan 16,7 cm mempunyai ekor yang melingkar membentuk spiral yang dilengkapi lateral alae yang sempit; mempunyai dua spikulum yang asilnetrik tanpa bursa kopulatriks maupun gubernakulum. Didekat ujung ekor terdapat enam buah papila kaudal yang berbentuk kerucut. 
Gongylonema ingluvicola ransum, 1904 pada ayam buras di Medan Sumatera Utara Panal M. Siahaan; Simon He; Hernomoadi Huminto; Nawangsari Sugiri
Hemera Zoa Vol. 77 No. 1 (1995): Jurnal Hemera Zoa
Publisher : Hemera Zoa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (580.757 KB)

Abstract

Dari 96 ekor sampel ayam buras yang diperoleh dari Kotamadya Medan dan sekitarnya untuk keperluan survai cacing parasitik ditemukan 42 ekor (43,75%) diantaranya mengandung cacing Gongylonema ingluvicola di dalam temboloknya. Cacing ini ditemukan pada sampel ayam buras dari semua lokasi yang disurvai dengan rataan derajat infeksi 14 ekor cacing per ayam. Cacing ini membentuk rangkaian lipatan-lipatan pada mukosa yang agak teratur dan seragam, berupa terowongan yang melingkar-lingkar dan mengakibatkan penebalan mukosa tembolok ke arah lumen. Panjang cacing jantan antara 16 - 21 mm dengan rataan 19 mm dan diameter 225 - 255 µm; panjang cacing betina antara 31 - 54 mm dengan rataan 4 1,6 mm dan diameter 3 15 - 345 µm. Cacing jantan mempmyai ale (pelebaran kutikula ke arah lateral serupa sayap) pada sisi kiri dan kanan yang tidak simetris. Ale kiri disokong oleh 7 buah papila (tonjolan kutikula berbentuk duri) sedangkan ale kanan disokong oleh buah 5 papila. Pada cacing betina, vulvanya terletak di bagian posterior tubuh.   
Terameres Americana pada ayam buras di Medan Sumatera Utara Panal M. Siahaan; Simon He
Hemera Zoa Vol. 77 No. 1 (1995): Jurnal Hemera Zoa
Publisher : Hemera Zoa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (556.359 KB)

Abstract

Dari 96 ekor ayam buras yang diperoleh dari Kotamadya Medan dan sekitarnya untuk keperluan suwai cacing parasitik terdapat 34 ekor (35,42%) diantaranya terinfeksi cacing gilik Tetrameres americana pada lambung kelenjar (provenhiculus) dengan jumlah cacing yang berkisar antara 4 - 47 ekor dengan rataan 4,5 cacing betina per ayam. Cacing-cacing tersebut berbentuk bundar, yang masih segar berwarna merah cerah seperti darah segar. Ekstrimitas anterior menjulur keluar sepanjang 1 mm. Pada mulut terdapat 3 .bibir kecil, diikuti rongga mulut dan usofagus narnpak sepanjang bagian anterior yang menjulur. Ekstrimitas posterior menjulur sekitar 800 µm. Panjang cacing 3,5 - 4,5 µm dengan rataan 3,98 µm dan lebar 3 - 4 mm dengan rataan 3,53 µm. Badannya mempunyai 4 alur longitudinal. Uterus dan ovarium banyak dan panjang berliku- liku. Vulva terdapat pada bagian posterior. Telur berbentuk oval, panjangnya antara 45 - 52,56 µm dengan rataan 46,5 µm, lebar antara 22,5 - 40 µm dengan rataan 25,25 µm dan sudah mengandung larva saat dikeluarkan. Laporan ini merupakan yang pertama untuk pulau Sumatra.
Infektivitas berbagai derajat kematangan proglotida cacing pita hymenolepis diminuta (Rudolphi). 2. Pada Tikus Putih Rattus sp Elok Budi Retnani; Simon He; Supan Kusumamihardja; Singgih H. Sigit
Hemera Zoa Vol. 77 No. 2 (1995): Jurnal Hemera Zoa
Publisher : Hemera Zoa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (407.477 KB)

Abstract

Lima kelompok tikus putih Ratus sp. yang masing-masing terdiri dari tiga ekor diinfeksi per-oral dengan 2-5 sistiserkoid Hymenolepis diminuta yang diperoleh dari 5 kelornpok Tribolium castaneum yang telah diinfeksi dengan lima macam derajat kematangan proglotida Hymenolepis diminuta (Percobaan 1).Untuk melihat perbedaan pengaruh berbagai derajat kematangan proglotida digunakan analisis ragam yang dilanjutkan dengan Uji Wilayah Berganda Duncan serta AnalisisRegresi. Infektivitas sistiserkoid H. diminuta pada tikus putih tidak berbeda nyata antar kelompok segmen atau tidak banyak dipengaruhi oleh derajat kernatangan proglotida.
Taksiran kerugian produksi daging akibat infeksi cacing saluran pencernaan pada ternak domba Simon HE; Risa Tiuria; Fadjar Satrija
Hemera Zoa Vol. 74 No. 2 (1991): Jurnal Hemera Zoa
Publisher : Hemera Zoa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1046.951 KB)

Abstract

Sebanyak 100 ekor domba jantan dan betina yang berasal dari Kotamadya dan Kabupaten Bogor dicatat berat karkasnya pada waktu penyembelihan di jagal dan contoh tinjanya diperiksa secara kuantitatif terhadap telur cacing saluran pecernaan. Terdapat korelasi negatif yang nyata (r= 0,4126; dk=3 : 76; P < 0,005) dengan indeks determinasi (r2) 0,1702, antara jumlah ttgt didalam tinja dengan cerat karkas domba. Dari sampel dengan rata-rata berat karkas 16,3 kg terdapat 80% dengan rata-rata berat karkas 15,4 kg yangmengandung telur cacing nematode, cestoda dan/atau trematoda. Hanya 20% yang negative dengan rata-rata berat karkas 19.8 kg. Dari yang positif, 27% menderita infeksi tunggal nematode, 7% cestoda, 8% trematoda, 9% infeksi campuran nematode dan cestoda, 7% nematode dan trematoda, 9% cestoda dan trematoda serta 13% infekasi campuran nematode, cestoda plus trematoda. Dari infeksi tunggal yang berjumlah 38% dan infeksi campuran sebanyak 42% terdapat 56% infeksi nematode, 38% cestoda dan 37% trematoda. Infeksi tunggal nematode mengakibatkan penurunan berat karkas sebesar 21, 72%, cestoda 9,60% dan trematoda 7,07% disbanding dengan berat karkas kelompok negatif. Infekski campuran nematode dan cestoda mengakibatkan penurunan produksi daging yang paling banyak (41,92%), disusul oleh infeksi campuran nematode, cestoda plus trematoda (34,34%). Domba jantan mengalami infeksi yang lebih berat dengan presentase penurunan berat karkas yang lebih besar disbanding dengan domba betina. Helminthiasis, ditambah interaksi dengan factor-faktor lain, mengakibatkan kerugian produksi daging dari ternak domba yang ditaksir antara 17,75 – 24,77% atau 3,2 – 4,4 juta kg atau Rp. 7,68 – 10,56 milyar atau US$ 4,8 – 6.6 juta pertahun.