Tecky Hendrarto
Institut Teknologi Nasional

Published : 10 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Kajian Proporsi Ruang-Dalam Bangunan Baru Hotel Concordia Bandung Hendrarto, Tecky; S., M. Rachman; Sulastio, Okky; Afrinaldi, Dodi
REKA KARSA Vol 1, No 1
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (492.682 KB) | DOI: 10.26760/rekakarsa.v1i1.42

Abstract

AbstrakPermintaan akan jumlah hotel di kota-kota besar seperti kota Bandung terusberkembang seiring dengan meningkatnya tingkat hunian baik tamumancanegara maupun domestik. Terkadang peningkatan ini tidak diimbangidengan perancangan yang baik pada ruang-dalam hotel khususnya secaradimensional yang dapat mempengaruhi kenyamanan ruang bagi penghuninya.Pendekatan terhadap kenyamanan ruang dapat menggunakan pendekatansistem proporsi ruang maupun terhadap furnitur yang melengkapinya. HotelConcordia merupakan hotel dengan skala kecil dimana kenyamanan ruangdalamdidasarkan pada ketepatan dan ketelitian dalam merancang tiap unitkamar hotel, baik dimensi ruang-dalam, furnitur dan segala aktivitas didalamnya diukur berdasarkan skala manusia. Penelitian ini bertujuan untukmelihat dan menganalisa kembali apakah perancang sudah mengaplikasikanproporsi dan standar dimensi dalam perancangan ruang-dalam yang sering kalitidak direncanakan dengan baik serta untuk mengetahui dan memahami bahwaproporsi yang baik dapat menghasilkan kualitas ruang-dalam dengan tingkatkenyamanan ruang yang diinginkan.Kata kunci : proporsi, ruang-dalam, kenyamanan ruang, hotel concordia
Penerapan Tema Kontemporer pada Perancangan Akademi Pariwisata Nasional di Kabupaten Bandung Barat Putri, Regina Mentari; Hendrarto, Tecky
REKA KARSA Vol 1, No 3
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/rekakarsa.v1i3.296

Abstract

ABSTRAKWisata merupakan kegiatan yang kini telah menjadi kebutuhan danmemasyarakat. Ramainya kegiatan berwisata membuat industri pariwisataberkembang dengan pesat di seluruh pelosok dunia. Pengelolaan sumber dayayang baik menjadi faktor penting berkembangnya indutri tersebut. Untuk dapatmemenuhi kebutuhan industri pariwisata yang baik, dibutuhkan sekolah formalberupa akademi pariwisata untuk menjawab kebutuhan jaminan mutupengelolaan dan objek wisata. Sebuah perguruan tinggi sebaiknya dapatmerepresentasikan pengamalan ilmu yang diajarkan di dalamnya. Untuk dapatmembawa semangat yang sama, tema kontemporer diterapkan pada objekakademi pariwisata ini. Tema kontemporer tetap akan berjalan selaras denganlingkungan dimana akademi ini berdiri, juga menyesuaikan dengan dinamikakampus yang berdiri dengan mahasiswa sebagai subjek yang aktif dalambersosialisasi dan membutuhkan ruang-ruang komunal untuk berekspresi.Kata kunci: kontemporer, akademi, pariwisata. ABSTRACTTour is an activity that now has become a necessity and doing in largecommunity. Tourism industrial is growing rapidly all over the world. Goodresource management is an important factor to increase the tourism industrydevelopment. For support the needs of good tourism, we also need a formalschool that can supply needs of tourism quality assurance management andattraction. A college should be able to represent the practice of science which istaught in them. Contemporary themes applied to the tourism academy object.Contemporary themes will still run in harmony with the environment in which theacademy stands, also adapts to the dynamics of college students standing as anactive subject in need of social and communal spaces for expression.Key Note: contemporary, academy, tourism.
Telaah Penghawaan Udara Alami pada Ruang Dalam Rumah Kuncen di Kampung Pulo Hendrarto, Tecky; Naftaria, Andrian Nugraha; Chaerina, Yani; Disaina, Dita
REKA KARSA Vol 2, No 4
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (290.152 KB) | DOI: 10.26760/rekakarsa.v2i4.614

Abstract

ABSTRAKDesain yang baik adalah desain yang bisa memanfaatkan potensi di lingkungan sekitar dalam kata lain rancangan bangunannya menggunakan desain pasif. Arsitektur vernakular adalah arsitektur yang tidak menggunakan jasa seorang arsitek dalam perancangannya, pengetahuan lokal menjadi hal yang paling penting dalam proses pembangunan. Salah satu contoh arsitektur vernakular adalah bangunan hunian pada kampung-kampung adat. Kajian rumah kuncen Kampung Pulo Kabupaten Leles Kecamatan Garut ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami tingkat kenyamanan pada bangunan tipologi hunian, khususnya pada penghawaan alami ditinjau dari segi bukaan pada bangunan yang dalam pembangunannya memanfaatkan pengetahuan lokal mulai dari proses perancangan hingga proses pelaksanaan pembangunannya. Ditinjau dari segi fungsi yaitu bangunan hunian maka kenyamanan merupakan salah satu aspek yang perlu. Kenyamanan khususnya penghawaan udara alami pada bangunan dipengaruhi oleh desain bangunan, desain bukaan, dan faktor internal seperti suhu udara, kelembaban udara, dan kecepatan angin di dalam bangunan.Kata kunci: arsitektur vernakular, penghawaan udara alami, Kampung Pulo.ABSTRCATThe proper design is design which utilize the environment, entire design based on passive design system. Vernacular architecture does not use design knowladge of an Architect, the local wisdom becomes the most important thing in development process. One example of vernacular architecture is a residential building in the traditional village. The purpose of Kuncen’s house research in Kampung Pulo Kabupaten Leles Kecamatan Garut is to know and understand the level of comfort in a residential building, specifically in terms of natural air flow opening in buildings that ranging from design process to construction using local knowladge. In terms of residential building function, convenience is an aspect that needs to be considered. Natural air conditioning in buildings affected by building design, opening design, and internal factor such a themperature, air humidity, and velocity air movement in a building.Key Words: vernacular architecture, natural air conditioning, Kampung Pulo Key Words: vernacular architecture, natural air conditioning, Kampung Pulo
Penggunaan Prinsip Fengsui dalam Penentukan Ruang Ibadah Pada Wihara Pemancar Keselamatan Kota Cirebon Hendrarto, Tecky; Rachmatuloh, Ramadhan; Arif, Mochamad Ridwan Arif; Savarani, Tazkiya; Aziz, Marzuq Fakhri Abdul
Jurnal Arsitektur TERRACOTTA Vol 1, No 1 (2019)
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/terracotta.v1i1.3358

Abstract

ABSTRAK Proses peribadahan di wihara memiliki tata cara serta alur ibadah dalam berdoa. Urutan tata cara ibadah mempengaruhi posisi ruang ibadah di dalam wihara. Letak dan urutan para Dewa yang harus disembah oleh jemaah secara berurutan didasarkan dari kedudukan para Dewa. Letak ruang ibadah akan berpengaruh terhadap alur ibadah jemaah. Selain memperhatikan hierarki dan posisi dewa di ruang ibadah, orientasi wihara pun harus sesuai dengan fengsui agar menghadirkan energi postif yang dipercaya dapat mengundang nasib baik. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penggunaan fengsui pada hierarki ruang ibadah wihara. Lingkup studi pada kajian ini penggunaan fengsui pada penempatan Dewa pada ruangan dan pada penempatan ruang di wihara beserta orientasinya. Metode analisis yang digunakan adalah metode kualitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa, fengsui mempengaruhi penentuan hierarki ruang tata letak, dan orientasi Wihara Pemancar Keselamatan, contohnya dewa yang memiliki hierarki tertinggi berada di tengah dan terdalam ruangan, diikuti pada dewa yang letaknya di bagian kiri kemudian kanan, karena bagian kiri lebih utama daripada kanan. Kemudian, semakin jauh ruangan dari gerbang depan, maka semakin tinggi pula tingkat kesakralan ruangan tersebut. Letak Wihara Pemancar Keselamatan menghadap ke sumber air, yaitu sungai dan berada di posisi tusuk sate yang berfungsi untuk menyerap energi buruk agar energi tersebut tidak membawa nasib buruk kepada masyarakat di sekitar. Kata Kunci: Wihara, Hierarki Ruang Ibadah, Orientasi
Kajian Proporsi Ruang-Dalam Bangunan Baru Hotel Concordia Bandung Tecky Hendrarto; M. Rachman S.; Okky Sulastio; Dodi Afrinaldi
REKA KARSA Vol 1, No 1
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/rekakarsa.v1i1.42

Abstract

AbstrakPermintaan akan jumlah hotel di kota-kota besar seperti kota Bandung terusberkembang seiring dengan meningkatnya tingkat hunian baik tamumancanegara maupun domestik. Terkadang peningkatan ini tidak diimbangidengan perancangan yang baik pada ruang-dalam hotel khususnya secaradimensional yang dapat mempengaruhi kenyamanan ruang bagi penghuninya.Pendekatan terhadap kenyamanan ruang dapat menggunakan pendekatansistem proporsi ruang maupun terhadap furnitur yang melengkapinya. HotelConcordia merupakan hotel dengan skala kecil dimana kenyamanan ruangdalamdidasarkan pada ketepatan dan ketelitian dalam merancang tiap unitkamar hotel, baik dimensi ruang-dalam, furnitur dan segala aktivitas didalamnya diukur berdasarkan skala manusia. Penelitian ini bertujuan untukmelihat dan menganalisa kembali apakah perancang sudah mengaplikasikanproporsi dan standar dimensi dalam perancangan ruang-dalam yang sering kalitidak direncanakan dengan baik serta untuk mengetahui dan memahami bahwaproporsi yang baik dapat menghasilkan kualitas ruang-dalam dengan tingkatkenyamanan ruang yang diinginkan.Kata kunci : proporsi, ruang-dalam, kenyamanan ruang, hotel concordia
Penerapan Tema Kontemporer pada Perancangan Akademi Pariwisata Nasional di Kabupaten Bandung Barat Regina Mentari Putri; Tecky Hendrarto
REKA KARSA Vol 1, No 3
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/rekakarsa.v1i3.296

Abstract

ABSTRAKWisata merupakan kegiatan yang kini telah menjadi kebutuhan danmemasyarakat. Ramainya kegiatan berwisata membuat industri pariwisataberkembang dengan pesat di seluruh pelosok dunia. Pengelolaan sumber dayayang baik menjadi faktor penting berkembangnya indutri tersebut. Untuk dapatmemenuhi kebutuhan industri pariwisata yang baik, dibutuhkan sekolah formalberupa akademi pariwisata untuk menjawab kebutuhan jaminan mutupengelolaan dan objek wisata. Sebuah perguruan tinggi sebaiknya dapatmerepresentasikan pengamalan ilmu yang diajarkan di dalamnya. Untuk dapatmembawa semangat yang sama, tema kontemporer diterapkan pada objekakademi pariwisata ini. Tema kontemporer tetap akan berjalan selaras denganlingkungan dimana akademi ini berdiri, juga menyesuaikan dengan dinamikakampus yang berdiri dengan mahasiswa sebagai subjek yang aktif dalambersosialisasi dan membutuhkan ruang-ruang komunal untuk berekspresi.Kata kunci: kontemporer, akademi, pariwisata. ABSTRACTTour is an activity that now has become a necessity and doing in largecommunity. Tourism industrial is growing rapidly all over the world. Goodresource management is an important factor to increase the tourism industrydevelopment. For support the needs of good tourism, we also need a formalschool that can supply needs of tourism quality assurance management andattraction. A college should be able to represent the practice of science which istaught in them. Contemporary themes applied to the tourism academy object.Contemporary themes will still run in harmony with the environment in which theacademy stands, also adapts to the dynamics of college students standing as anactive subject in need of social and communal spaces for expression.Key Note: contemporary, academy, tourism.
Perbandingan Biaya dan Waktu Pekerjaan Dinding Bata Merah dan B-Panel Tecky Hendrarto; Nida Fadhilah; Ferris Kurnia Rishanda; Muhammad Luthfi Hartanto; Riyan Rafie Wiranata
REKA KARSA Vol 5, No 3
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/rekakarsa.v5i3.3608

Abstract

ABSTRAK Semakin pesatnya pertumbuhan pengetahuan dan teknologi di bidang konstruksi, menghasilkan berbagai inovasi material sebagai kebutuhan pembangunan. Diperlukan suatu bahan bangunan yang memiliki banyak keunggulan untuk dapat meningkatkan pembangunan yang lebih baik. Salah satu material yang digunakan untuk dinding saat ini adalah dinding pengisi berbahan bata merah, namun pada tahun 2007 mulai dikembangkan material B-panel di Indonesia. Pembahasan material ini bertujuan sebagai pemahaman, tolak ukur perbandingan tingkat efisiensi terhadap biaya dan waktu, metode pelaksanaan, pada penggunaan material. Lingkup studi kajian mencakup penggunaan material Bata merah dan Bpanel pada bangunan rumah tinggal. Keduanya mencakup spesifikasi material, harga, dan waktu pelaksanaan pembuatan dinding yang dilandasi oleh kegiatan observasi dan studi lapangan pada supplier. Hasil observasi dan studi literatur menunjukkan biaya pemasangan dinding bata merah untuk sebuah rumah tinggal dengan luas bidang dinding 236,2276 m2 berjumlah Rp. 22.015.181,- dan waktu yang diperlukan adalah 109 jam 48 menit 20 detik. Sedangkan untuk hasil biaya pemasangan dinding BPanel untuk luas yang sama berjumlah Rp.66.686.056 dan waktu yang diperlukan adalah 110 jam 2 detik dengan catatan luas bidang dinding, penggunaan SDM, peralatan, dan kondisi lapangan yang sama. Kesimpulan hasil penelitian ini adalah biaya dan waktu yang diperlukan untuk membuat sebuah rumah tinggal berbahan dinding pengisi bata merah lebih cepat dan lebih murah dibanding menggunakan BPanel apabila SDM dan peralatan yang digunakan sama. Kata kunci: waktu, biaya, Bata merah, B-panel, bangunan hunian. ABSTRACT Rapid growth of knowledge and technology in the field of construction has resulting in various material innovations as a development need. It takes a building material that has many advantages to be able to improve the better development. One of the materials used commonly for the wall filler is a red brick, but in 2007 the development of a new materials for wall filler resulting in B-panel, a new material, being released in Indonesia. Discussion of this material aims as an understanding, benchmark comparison method of implementation, the level of efficiency against cost and time on the use of materials. Scope of studies including using B-panel and red brick in residential buildings. Both include material specifications, prices, distribution methods on buildings based on observation and field studies on suppliers. Observation and literature studies show the cost of red brick installation for a residential house with a wall area of 236,2276 m2 is Rp. 22.015.181,- and the required time is 109 hours 48 minutes 20 seconds. As for the results of installation costs of B-Panel for the same area amounted to Rp.66.686.056,- and the required time is 110 hours 2 seconds with the same human resource usage, equipment, and field conditions as red brick. The conclusion of this research is the cost and time needed to make a house made of red brick wall filler are faster and cheaper than using B-Panel if human resources and equipments used are the same. Keywords: time, cost, Red brick, B-panel, residential building.
Telaah Penghawaan Udara Alami pada Ruang Dalam Rumah Kuncen di Kampung Pulo Tecky Hendrarto; Andrian Nugraha Naftaria; Yani Chaerina; Dita Disaina
REKA KARSA Vol 2, No 4
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/rekakarsa.v2i4.614

Abstract

ABSTRAKDesain yang baik adalah desain yang bisa memanfaatkan potensi di lingkungan sekitar dalam kata lain rancangan bangunannya menggunakan desain pasif. Arsitektur vernakular adalah arsitektur yang tidak menggunakan jasa seorang arsitek dalam perancangannya, pengetahuan lokal menjadi hal yang paling penting dalam proses pembangunan. Salah satu contoh arsitektur vernakular adalah bangunan hunian pada kampung-kampung adat. Kajian rumah kuncen Kampung Pulo Kabupaten Leles Kecamatan Garut ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami tingkat kenyamanan pada bangunan tipologi hunian, khususnya pada penghawaan alami ditinjau dari segi bukaan pada bangunan yang dalam pembangunannya memanfaatkan pengetahuan lokal mulai dari proses perancangan hingga proses pelaksanaan pembangunannya. Ditinjau dari segi fungsi yaitu bangunan hunian maka kenyamanan merupakan salah satu aspek yang perlu. Kenyamanan khususnya penghawaan udara alami pada bangunan dipengaruhi oleh desain bangunan, desain bukaan, dan faktor internal seperti suhu udara, kelembaban udara, dan kecepatan angin di dalam bangunan.Kata kunci: arsitektur vernakular, penghawaan udara alami, Kampung Pulo.ABSTRCATThe proper design is design which utilize the environment, entire design based on passive design system. Vernacular architecture does not use design knowladge of an Architect, the local wisdom becomes the most important thing in development process. One example of vernacular architecture is a residential building in the traditional village. The purpose of Kuncen’s house research in Kampung Pulo Kabupaten Leles Kecamatan Garut is to know and understand the level of comfort in a residential building, specifically in terms of natural air flow opening in buildings that ranging from design process to construction using local knowladge. In terms of residential building function, convenience is an aspect that needs to be considered. Natural air conditioning in buildings affected by building design, opening design, and internal factor such a themperature, air humidity, and velocity air movement in a building.Key Words: vernacular architecture, natural air conditioning, Kampung Pulo Key Words: vernacular architecture, natural air conditioning, Kampung Pulo
Kenyamanan Antropometri Ruang-Dalam, pada Bangunan Kantor Balai Kota Cirebon Tecky Hendrarto; M. Taufik Hilman; M. Faisal Anpasha; M Ikhlas
Jurnal Arsitektur TERRACOTTA Vol 3, No 1 (2022)
Publisher : Itenas, Institut Teknologi Nasional Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/terracotta.v3i1.5223

Abstract

AbstrakGedung Balai Kota Cirebon tidak pernah berubah sejak didirikan oleh Pemerintahan Kolonial Belanda hingga saat ini, tetap sebagai Gedung Pemerintahan Kota. Sebagai sebuah gedung yang diperuntukan bagi Kepala Pemerintahan Kota seharusnya bangunan ini memiliki standard kenyamanan bangunan yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui standar kenyamanan bangunan Gedung Balai Kota Cirebon khususnya pada kenyamanan antropometri pada ruang dalamnya. Observasi ke lapangan diperlukan untuk melihat langsung objek penelitian untuk mendapatkan data aktivitas dan kondisi ruang dalamya. Dilakukan pula wawancara dengan pihak pengelola maupun pengguna bangunan berkaitan dengan kenyamanan antropometri. Pengukuran dilakukan pada 3 ruang dalam, yaitu: ruang pertemuan, ruang penerima dan Cirebon Command Centre. Ruang pertemuan mewakili ruang utama, ruang penerima mewakili ruang penunjang sedangkan Cirebon Command Centre adalah fungsi baru pada bangunan tersebut. Pengukuran ini mengacu pada standarisasi kebutuhan ruang berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Pembangunan Bangunan Gedung Negara. Hasil diperoleh bahwa ruang-ruang dalam pada Balai Kota Cirebon sudah sesuai dengan standard kebutuhan ruang tetapi belum tergolong nyaman secara antropometri. Diharapkan konsep antropometri dapat diterapkan pada perancangan bangunan guna mendapatkan kenyamanan. Peningkatan kenyamanan mempengaruhi kualitas kerja yang akan meningkatkan kualitas perusahaan dalam hal ini Pemerintah Kota Cirebon. Kata kunci: Gedung Balai Kota Cirebon, Antropometri ruang-dalam, Standarisasi kebutuhan ruang. AbstraCTThe Cirebon City Hall has never changed since it was built by the Dutch Colonial Government until now, still as the City Government Building. As a building intended for the Head of the City Government, this building should have a good building’s comfort standard. This study aims to determine the standards comfort of Cirebon City Hall Building, especially on anthropometric comfort of interior space. Field observation is needed to see directly the research object to get data’s activities and present interior’s condition. Interviews were also conducted with building managers and users related to anthropometric comfort. Measurements were carried out in 3 interior rooms, namely: meeting room, reception room and Cirebon Command Center. The meeting room represents the main room and the reception room represents the supporting room, while the Cirebon Command Center is a new function in the building. This measurement refers to standardization of space requirements based on the Regulation of the Minister of Public Works and Public Housing of the Republic of Indonesia concerning the Development of State Buildings. The results show that the inner spaces at the Cirebon City Hall are in accordance with the standard of space requirements but not yet considered anthropometrically comfortable. It is hoped that the anthropometry concept can be applied to building design in order to achieve comfort. Increasing of comfort affects the quality of work which will improve the quality of the company in this case the Cirebon City Government. Keywords: Cirebon City Hall Building, Indoor anthropometry, Standardization of space requirements.
Penggunaan Prinsip Fengsui dalam Penentukan Ruang Ibadah Pada Wihara Pemancar Keselamatan Kota Cirebon Tecky Hendrarto; Ramadhan Rachmatuloh; Mochamad Ridwan Arif Arif; Tazkiya Savarani; Marzuq Fakhri Abdul Aziz
Jurnal Arsitektur TERRACOTTA Vol 1, No 1 (2019)
Publisher : Itenas, Institut Teknologi Nasional Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/terracotta.v1i1.3358

Abstract

ABSTRAK Proses peribadahan di wihara memiliki tata cara serta alur ibadah dalam berdoa. Urutan tata cara ibadah mempengaruhi posisi ruang ibadah di dalam wihara. Letak dan urutan para Dewa yang harus disembah oleh jemaah secara berurutan didasarkan dari kedudukan para Dewa. Letak ruang ibadah akan berpengaruh terhadap alur ibadah jemaah. Selain memperhatikan hierarki dan posisi dewa di ruang ibadah, orientasi wihara pun harus sesuai dengan fengsui agar menghadirkan energi postif yang dipercaya dapat mengundang nasib baik. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penggunaan fengsui pada hierarki ruang ibadah wihara. Lingkup studi pada kajian ini penggunaan fengsui pada penempatan Dewa pada ruangan dan pada penempatan ruang di wihara beserta orientasinya. Metode analisis yang digunakan adalah metode kualitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa, fengsui mempengaruhi penentuan hierarki ruang tata letak, dan orientasi Wihara Pemancar Keselamatan, contohnya dewa yang memiliki hierarki tertinggi berada di tengah dan terdalam ruangan, diikuti pada dewa yang letaknya di bagian kiri kemudian kanan, karena bagian kiri lebih utama daripada kanan. Kemudian, semakin jauh ruangan dari gerbang depan, maka semakin tinggi pula tingkat kesakralan ruangan tersebut. Letak Wihara Pemancar Keselamatan menghadap ke sumber air, yaitu sungai dan berada di posisi tusuk sate yang berfungsi untuk menyerap energi buruk agar energi tersebut tidak membawa nasib buruk kepada masyarakat di sekitar. Kata Kunci: Wihara, Hierarki Ruang Ibadah, Orientasi