This Author published in this journals
All Journal Jurnal e-Komunikasi
Agusly Irawan Aritonang
Unknown Affiliation

Published : 11 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Representasi Afro-Amerika Dalam Film “Get Out” Lisabeth Corry Sutaner; Agusly Irawan Aritonang; Megawati Wahjudianata
Jurnal e-Komunikasi Vol 6, No 2 (2018): VOL 6, NO 2 AUGUST 2018
Publisher : Jurnal e-Komunikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2975.889 KB)

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana representasi Afro-Amerika dalam film Get Out. Afro-Amerika di dalam film ini, Afro-Amerika dalam film ini digambarkan secara positif dan berusaha mendobrak stereotip negatif yang sudah melekat di media massa dan di masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode semiotika dan akan dilihat melalui kode-kode televisi John Fiske. Tiga level yang akan dilihat melalui kode-kode televisi yaitu level realitas, level representasi, dan level ideologi. Hasil penelitian menunjukan bahwa Afro-Amerika dalam film Get Out digambarkan memiliki kemampuan yang lebih tinggi atau superior dibandingkan orang kulit putih dalam berbagai aspek. Meskipun ada beberapa aspek menunjukkan Afro-Amerika tidak lebih baik dibandingkan orang kulit putih, namun mereka juga digambarkan tidak l
Motif dan Kepuasan Followers dalam Menonton Video”Yummy.idn by IDN MEDIA” di Instagram Nadya Clarissa Hadisaputro; Lady Joanne Tjahyana; Agusly Irawan Aritonang
Jurnal e-Komunikasi Vol 6, No 2 (2018): VOL 6, NO 2 AUGUST 2018
Publisher : Jurnal e-Komunikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (817.621 KB)

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui motif dan kepuasan followers pada akun Yummy.idn dalam menonton video tutorial memasak di Instagram. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teori pengembangan Uses and Gratification milik Phillip Palmgreen dengan variabel kepuasan yang dicari atau Gratification Sought (GS) dan kepuasan yang didapat atau Gratification Obtained (GO) , dengan enam indikator dalam jurnal milik Zhang Yue di antaranya adalah Hiburan dan Relaksasi, Interaksi Sosial, Suplemen, Pertemanan, Menghabiskan Waktu dan Mencari Informasi. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis Eksplanatif dengan Statistik Inferensial. Hasil penelitian yang didapat dari internet survei ini menunjukan bahwa followers Yummy.idn tidak mendapatkan kepuasan hampir di semua indikator dengan indikator yang paling dominan adalah Menghabiskan Waktu dan terdapat kepuasan hanya pada indikator Interaksi Sosial. Hasil secara keseluruhan dinyatakan bahwa followers Yummy.idn tidak mendapatkan kepuasan dalam menonton konten video tutorial memasak di akun Instagram Yummy.idn.
Stereotipe Perempuan Indonesia dalam film horror “Pengabdi Setan” Niken Prawiranauli; Agusly Irawan Aritonang; Megawati Wahjudianata
Jurnal e-Komunikasi Vol 6, No 2 (2018): VOL 6, NO 2 AUGUST 2018
Publisher : Jurnal e-Komunikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (893.042 KB)

Abstract

“Pengabdi Setan” merupakan film horor yang merupakan remake dari film horor terdahulu dengan judul yang sama pada tahun 1980. Film yang diproduksi oleh Rapi Films ini merupakan film horor terlaris Indonesia dan identik dengan karakter utama perempuan yaitu Ibu dan Rini. Dalam hubungannya dengan realita pekerjaan atau kegiatan, sifat, dan penampilan, peneliti berusaha menjawab hubungan film ini dengan stereotipe perempuan terutama dalam film horor di Indonesia. Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Metode yang dipergunakan adalah semiotika televisi John Fiske dengan 3 level, yaitu level realitas, level representasi dan level ideologi. Berdasarkan kode-kode tersebut, peneliti menemukan pergeseran stereotipe perempuan dalam film horor Indonesia, perempuan pemberani yang rela melakukan apa saja demi keluarganya, perempuan tak lagi dilekatkan dengan menampilkan sensualitas, dan karakter-karakter perempuan dalam film ini yang mendukung pergeseran stereotipe perempuan terutama dalam film horor. Hasil penelitian ini memperlihatkan stereotipe perempuan Indonesia dalam film “Pengabdi Setan” bahwa perempuan mengambil pekerjaan atau kegiatan, sifat, tingkah laku, dan penampilan yang sebelumnya diperankan oleh laki-laki dalam film baik secara narasi maupun karakter.
Representasi Timur (The Orient) Dalam Video Klip Coldplay “Hymn For The Weekend” Lina Andriani; Agusly Irawan Aritonang; Chory Angela Wijayanti
Jurnal e-Komunikasi Vol 6, No 2 (2018): VOL 6, NO 2 AUGUST 2018
Publisher : Jurnal e-Komunikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (714.135 KB)

Abstract

Video clip “Hymn For The Weekend” was made by Coldplay released in 2016. In the video clip Coldplay takes India as the background for the shoot. Coldplay is a group of British bands who describes orientalism in India, which also once a British colony through the video clip "Hymn For The Weekend".
Representasi Ras Kaukasoid dan Ras Negroid Dalam Film Eye In The Sky Justianus Joshua Sumanti; Agusly Irawan Aritonang; Chory Angela Wijayanti
Jurnal e-Komunikasi Vol 6, No 2 (2018): VOL 6, NO 2 AUGUST 2018
Publisher : Jurnal e-Komunikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (729.561 KB)

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana Ras Kaukasoid dan Ras Negroid direpresentasikan di dalam film Eye In the Sky. Dengan genre film drama-thriller arahan Gavin Hood memperlihatkan bagaimana Ras Kaukasoid dan Ras Negroid digambarkan. Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Metode yang dipergunakan adalah semiotika televisi John Fiske dengan 3 level, yaitu level realitas, level representasi dan level ideologi. Berdasarkan kode-kode tersebut peneliti menemukan perbedaan atau ketimpangan dalam penggambaran Ras Kaukasoid dan Ras Negroid yang ada dalam film Eye In the Sky. Hasil penelitian ini memperlihatkan bagaimana ideologi Poskolonialisme tergambar secara menyeluruh melalui penggambaran Ras Kaukasoid lebih superior dalam aspek kehidupan bermasyarakat dibandingkan Ras Negroid yang digambarkan jauh tertinggal dalam berbagai aspek kehidupan bermasyarakat dalam hal pendidikan, ekonomi, teknologi dan taraf hidup. Penelitian ini menguatkan ideologi Poskolonialisme dalam film Eye In The Sky.
Representasi kekerasan simbolik dalam film Hidden Figures Evelyn Wijaya; Agusly Irawan Aritonang; Megawati Wahjudianata
Jurnal e-Komunikasi Vol 6, No 2 (2018): VOL 6, NO 2 AUGUST 2018
Publisher : Jurnal e-Komunikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (882.288 KB)

Abstract

nelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana kekerasan simbolik direpresentasikan melalui film Hidden Figures. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Metode penelitian yang digunakan adalah semiotika televisi John Fiske melalui 3 level yaitu level realitas, level representasi, dan level ideologi. Berdasarkan kode-kode tersebut, peneliti melihat adanya konsep kekerasan simbolik yang dikemas dalam perilaku orang-orang yang berperan di dalam film Hidden Figures. Kekerasan simbolik sendiri adalah bentuk kekerasan yang halus dan tidak tampak, yang tidak dikenal atau hanya dikenal dengan menyembunyikan mekanisme tempatnya bergantung Hasil penelitian ini memperlihatkan bagaimana orang kulit hitam dapat menyaingi orang-orang kulit putih. Kekerasan simbolik tergambarkan dalam tiga hal utama, yaitu : pemisahan ras, perempuan, dan dominasi atasan terhadap bawahan.. Dan kekerasan simbolik terasa mulai dari awal hingga akhir film.
Penerimaan Penonton Terhadap Pluralisme dalam film “Cek Toko Sebelah” Catherine Wenny Susanto; Ido Prijana Hadi; Agusly Irawan Aritonang
Jurnal e-Komunikasi Vol 7, No 1 (2019): VOL 7, NO 1 FEBRUARY 2019
Publisher : Jurnal e-Komunikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penerimaan penonton mengenai pesan pluralisme di film Cek Toko Sebelah. Teori yang digunakan adalah teori resepsi dan pluralisme. Metode yang digunakan adalah reception analysis. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan empat informan yaitu 1 informan keturunan Tionghoa, 1 informan keturunan Madura-Jawa, 1 informan keturunan NTT dan 1 keturunan Sunda. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang dilakukan dengan wawancara mendalam dan observasi. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa satu informan memiliki penerimaan dominant yang artinya menerima perihal pesan pluralisme yang terdapat di film Cek Toko Sebelah. Sementara itu, tiga informan memiliki penerimaan negotiated, yang artinya tidak menolak tetapi memberikan pandangan tersendiri mengenai pesan pluralisme. Setiap informan memberikan pemaknaan berdasarkan culture setting masing-masing. Empat informan secara konteks cultural setting ditentukan oleh pengalaman dan lingkungan.
Penerimaan Penonton terhadap Adegan Kekerasan pada Film Komedi Hangout Karya Raditya Dika Nova Cristianingtias; Ido Prijana Hadi; Agusly Irawan Aritonang
Jurnal e-Komunikasi Vol 6, No 2 (2018): VOL 6, NO 2 AUGUST 2018
Publisher : Jurnal e-Komunikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (748.232 KB)

Abstract

Penelitian penerimaan penonton terhadap adegan kekerasan pada film komedi Hangout karya Raditya Dika dengan penedekatan kualitatif deskripstif dilakukan untuk mengetahui bagaimana penerimaan penonton yang masih tergolong usia remaja awal terhadap kekerasan yang ada pada film komedi Hangout. Melalui analisa menggunakan metode reception analysis milik Stuart Hall ditemukan bahwa penerimaan yang berbeda dari informan mengenai adegan kekerasan dalam film komedi Hangout. Penerimaan informan terhadap kekerasan dilatar belakangi oleh pengalaman masing-masing.
Analisis isi pesan bullying dalam serial Netflix “13 Reasons Why” Lisyeana Prawiyadi; Agusly Irawan Aritonang; Chory Angela Wijayanti
Jurnal e-Komunikasi Vol 6, No 2 (2018): VOL 6, NO 2 AUGUST 2018
Publisher : Jurnal e-Komunikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (925.56 KB)

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana bentuk bullying yang terdapat dalam serial Netflix “13 Reasons Why”. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teori bullying dengan indikator bullying verbal, bullying fisik, bullying relasional, bullying seksual verbal, bullying seksual fisik, dan bullying seksual relasional yang dicetuskan oleh Barbara Coloroso (2006); bullying emosional atau psikologis oleh Marcel Lebrun (2009); dan cyberbullying oleh Chisholm (2014). Selain itu ada pula variabel tambahan yakni tempat terjadinya bullying. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan metode analisis isi. Peneliti mengoding dan menganalisis pesan bullying dalam seluruh populasi yakni sebanyak 13 episode, yang diuraikan seluruhnya menjadi satuan scene. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dalam serial Netflix “13 Reasons Why”, bentuk bullying yang paling banyak dimunculkan adalah bullying verbal dan relasional dengan jumlah yang sama. Bullying verbal paling banyak muncul karena dilakukan dengan cara komunikasi sehingga begitu mudah dilakukan, tanpa terdeteksi. Sedangkan bullying relasional juga banyak terdapat karena merupakan jenis yang paling sulit dideteksi dari luar sehingga sulit dicegah atau ditangani. Bullying sebagian besar terjadi ketika tidak ada pengawasan yang memadai dan tingkat kesadaran (awareness) guru dan murid di sekolah yang masih rendah terhadap bullying.
Komunikasi Kelompok Antara Koordinator dan Anggota Kelompok Suporter Persebaya Surabaya (Bonekmania) Dalam Memperbaiki Citra Oka Permana Lukman; Judy Djoko W. Tjahjo; Agusly Irawan Aritonang
Jurnal e-Komunikasi Vol 6, No 2 (2018): VOL 6, NO 2 AUGUST 2018
Publisher : Jurnal e-Komunikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (228.649 KB)

Abstract

Komunikasi kelompok adalah sekumpulan orang yang memiliki tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain. Suporter adalah penonton yang memihak suatu tim tertentu. Bonekmania merupakan supporter terbesar dan tertua di Indonesia, namun dalam nama besarnya itu Bonek juga akrab dengan tindakan-tindakan anarkis. Membangun citra yang baik merupakan fungsi utama dalam suatu kelompok non formal yang cukup besar. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui komunikasi kelompok antara koordinator dengan anggota kelompok supporter Persebaya dalam memperbaiki citra. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan pengamatan (observasi) dan wawancara mendalam. Hasil yang diperoleh dalam komunikasi kelompok ini masih terdapat perbedaan pemikiran antar anggota kelompoknya. Adanya arahan dari koordinator, meningkatkan hubungan dan komitmen kelompok yang membuat perbedaan-perbedaan itu semakin kecil.