Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Pengendalian Kutu Kebul dan Nematoda Parasitik Secara Kultur Teknik pada Tanaman Kentang Setiawati, Wiwin; Asandhi, Aziz Azirin; Marwoto, Budi; Sumantri, A; Hermawan, -
Jurnal Hortikultura Vol 15, No 4 (2005): Desember 2005
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bemisia tabaci dan Meloidogyne spp. merupakan OPT penting pada tanaman kentang. Pengendalian secara kultur teknik merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi masalah OPT tersebut. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang sejak bulan Juni sampai dengan Nopember 2002. Tujuan penelitian adalah mengetahui efektivitas pengendalian B. tabaci dan Meloidogyne spp. secara kultur teknik pada tanaman kentang agar aman dikonsumsi dan ramah lingkungan. Percobaan menggunakan rancangan petak terpisah dengan 4 ulangan. Sebagai petak utama adalah pengelolaan tanah yang terdiri atas tanpa solarisasi dan tanpa subsoiling serta solarisasi dan subsoiling. Sebagai anak petak adalah sistem tanam, yang terdiri atas kentang monokultur, kentang–bawang daun, kentang–tagetes, dan kentang–lobak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengendalian OPT secara kultur teknik (pengelolaan tanah dan sistem tanam) dapat menekan populasi OPT penting pada tanaman kentang. Tumpangsari antara kentang-bawang daun, kentang–tagetes, dan kentang–lobak dapat menekan serangan hama B. tabaci, M. persicae, P. operculella, dan T. palmi, serta nematoda Meloidogyne spp. pada tanaman kentang, sementara perlakuan subsoiling dan solarisasi serta tumpangsari antara tanaman kentang dengan tagetes dapat menekan populasi hama B. tabaci, M. persicae, P. operculella, dan T. palmi, masing–masing sebesar 46,25; 78,65; 31,48, dan 35,38%. Di samping itu, perlakuan subsoiling dan solarisasi serta tumpangsari antara tanaman kentang dengan tagetes dapat menekan populasi nematoda Meloidogyne spp. dan nematoda lainnya seperti Rotylenchulus sp, Helicotylenchus sp, Tylenchulus sp., Xiphynema sp., dan Trichodorus sp pada tanaman kentang, dengan hasil panen cukup tinggi yang berkisar antara 9,36–10,05 t/ha. Pengelolaan tanah dan penggunaan tanaman yang bersifat antagonis dan perangkap di dalam sistem tumpangsari, ternyata dapat mengurangi kepadatan populasi OPT pada tanaman kentang.Cultural practices control technique of whitefly and parasitic nematode on potato. Bemisia tabaci and Meloidogyne spp. are important pests on potato. Cultural practices are alternative control to these pests. The study was conducted at Indonesian Vegetables Research Institute (IVEGRI) from June to November 2002. The purpose of this experiment was to determine effectiveness of cultural practices control technique for B. tabaci and Meloidogyne spp. nematode which environmental and food safety concern. Split plot design was used in this experiment with 4 replications. Soil management was used as main plot, consisted of without solarization and without subsoiling; and solarization and subsoiling. Cropping system used as subplot were potato monocrop, potato–buncing onion, potato–marigold and potato–radish. The results showed that cultural practices control (soil management and cropping system) could reduce population of pests on potato. Population of pests such as B. tabaci, M. persicae, P. operculella, T. palmi, and nematode were lower on cropping system between potato–buncing onion, potato–marigold, and potato–radish. The use of subsoiling, solarization and cropping system between potato and marigold could reduce population of B. tabaci, M. persicae, P. operculella, T. palmi up to 46.25, 78.65, 31.48, and 35.38% respectively. The used of subsoiling, solarization, and cropping system between potato and marigold suppressed population of Meloidogyne spp. and other nematoda such as Rotylenchulus sp., Helicotylenchus sp., Tylenchulus sp., Xiphynema sp., and Trichodorus sp. on potato and gave the highest yield up to 9.36–10.05 t/ha compared with other treatments. Soil management and the used of antagonistic or trap crop in cropping system could effectively retard the population of pest and deseases on patato.
ANALISIS PEMILIHAN KORIDOR JALUR KERETA API BARANG DI KALIMANTAN BARAT BERBASIS KAWASAN PERTAMBANGAN (STUDI KASUS KABUPATEN MEMPAWAH – KABUPATEN KETAPANG) Hermawan, -; Widodo, Slamet; S. Suyono, Rudi
JeLAST : Jurnal PWK, Laut, Sipil, Tambang Vol 7, No 1 (2020): JURNAL MAHASISWA TEKNIK SIPIL EDISI FEBRUARI 2020
Publisher : JeLAST : Jurnal PWK, Laut, Sipil, Tambang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1278.842 KB) | DOI: 10.26418/jelast.v7i1.40294

Abstract

Perekonomian di Kalimantan Barat, salah satunya ditopang oleh sektor pertambangan. Sektor  pertambangan pengolahan berkontribusi sebanyak 4,68% terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kalimantan Barat. Moda transportasi pertambangan berupa kereta api barang dinilai sangat efisien dalam pengangkutan hasil pertambangan. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat alternatif rute kereta api barang di Kalimantan Barat berdasarkan area kawasan pertambangan serta pergerakan dominan barang lalu memilih prioritas alternatif rute yang paling baik berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Metode yang digunakan dalam analisis ini adalah terlebih dahulu mencari informasi tentang potensi pertambangan, mencari pergerakan persebaran barang dominan, penentuan alternatif koridor, pengolahan dan analisis koridor,  pemilihan koridor terbaik dengan analisis multi kriteria, serta penentuan pembobot pada masing – masing kriteria berdasarkan  penilaian para ahli (expert). Menurut hasil studi, dari tiga alternatif rute yang telah disusun berdasarkan kawasan pertambangan dan pergerakan barang dominan, didapat bahwa Rute B (Mempawah - Landak - Kuburaya - Sanggau – Ketapang) dengan rute terbaik dengan nilai 8,82, diikuti  Rute A (Mempawah - Pontianak - Kuburaya - Kayong Utara – Ketapang) dengan nilai 8,74 dan Rute C (Mempawah - Landak - Sanggau - Kayong Utara – Ketapang) dengan nilai 7,92
Pengendalian Kutu Kebul dan Nematoda Parasitik Secara Kultur Teknik pada Tanaman Kentang Wiwin Setiawati; Aziz Azirin Asandhi; Budi Marwoto; A Sumantri; - Hermawan
Jurnal Hortikultura Vol 15, No 4 (2005): Desember 2005
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v15n4.2005.p%p

Abstract

Bemisia tabaci dan Meloidogyne spp. merupakan OPT penting pada tanaman kentang. Pengendalian secara kultur teknik merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi masalah OPT tersebut. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang sejak bulan Juni sampai dengan Nopember 2002. Tujuan penelitian adalah mengetahui efektivitas pengendalian B. tabaci dan Meloidogyne spp. secara kultur teknik pada tanaman kentang agar aman dikonsumsi dan ramah lingkungan. Percobaan menggunakan rancangan petak terpisah dengan 4 ulangan. Sebagai petak utama adalah pengelolaan tanah yang terdiri atas tanpa solarisasi dan tanpa subsoiling serta solarisasi dan subsoiling. Sebagai anak petak adalah sistem tanam, yang terdiri atas kentang monokultur, kentang–bawang daun, kentang–tagetes, dan kentang–lobak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengendalian OPT secara kultur teknik (pengelolaan tanah dan sistem tanam) dapat menekan populasi OPT penting pada tanaman kentang. Tumpangsari antara kentang-bawang daun, kentang–tagetes, dan kentang–lobak dapat menekan serangan hama B. tabaci, M. persicae, P. operculella, dan T. palmi, serta nematoda Meloidogyne spp. pada tanaman kentang, sementara perlakuan subsoiling dan solarisasi serta tumpangsari antara tanaman kentang dengan tagetes dapat menekan populasi hama B. tabaci, M. persicae, P. operculella, dan T. palmi, masing–masing sebesar 46,25; 78,65; 31,48, dan 35,38%. Di samping itu, perlakuan subsoiling dan solarisasi serta tumpangsari antara tanaman kentang dengan tagetes dapat menekan populasi nematoda Meloidogyne spp. dan nematoda lainnya seperti Rotylenchulus sp, Helicotylenchus sp, Tylenchulus sp., Xiphynema sp., dan Trichodorus sp pada tanaman kentang, dengan hasil panen cukup tinggi yang berkisar antara 9,36–10,05 t/ha. Pengelolaan tanah dan penggunaan tanaman yang bersifat antagonis dan perangkap di dalam sistem tumpangsari, ternyata dapat mengurangi kepadatan populasi OPT pada tanaman kentang.Cultural practices control technique of whitefly and parasitic nematode on potato. Bemisia tabaci and Meloidogyne spp. are important pests on potato. Cultural practices are alternative control to these pests. The study was conducted at Indonesian Vegetables Research Institute (IVEGRI) from June to November 2002. The purpose of this experiment was to determine effectiveness of cultural practices control technique for B. tabaci and Meloidogyne spp. nematode which environmental and food safety concern. Split plot design was used in this experiment with 4 replications. Soil management was used as main plot, consisted of without solarization and without subsoiling; and solarization and subsoiling. Cropping system used as subplot were potato monocrop, potato–buncing onion, potato–marigold and potato–radish. The results showed that cultural practices control (soil management and cropping system) could reduce population of pests on potato. Population of pests such as B. tabaci, M. persicae, P. operculella, T. palmi, and nematode were lower on cropping system between potato–buncing onion, potato–marigold, and potato–radish. The use of subsoiling, solarization and cropping system between potato and marigold could reduce population of B. tabaci, M. persicae, P. operculella, T. palmi up to 46.25, 78.65, 31.48, and 35.38% respectively. The used of subsoiling, solarization, and cropping system between potato and marigold suppressed population of Meloidogyne spp. and other nematoda such as Rotylenchulus sp., Helicotylenchus sp., Tylenchulus sp., Xiphynema sp., and Trichodorus sp. on potato and gave the highest yield up to 9.36–10.05 t/ha compared with other treatments. Soil management and the used of antagonistic or trap crop in cropping system could effectively retard the population of pest and deseases on patato.
PEMANFAATAN SAMPAH SAYUR PASAR DALAM PRODUKSI LISTRIK MELALUI MICROBIAL FUEL CELLS (UTILIZATION OF MARKET VEGETABLE WASTE IN ELECTRICITY PRODUCTION THROUGH MICROBIAL FUEL CELLS) Muhamad Imaduddin; - Hermawan; - Hadiyanto
MEDIA ELEKTRIKA Vol 7, No 2 (2014): MEDIA ELEKTRIKA
Publisher : PSTE UNIMUS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (495.617 KB) | DOI: 10.26714/me.7.2.2014.%p

Abstract

The presence of organic market vegetable waste is so abundant. One of utilization of vegetable market waste is processed into compost. However, compost has difficulties in marketing so it is only used on a small scale and it gives impact to the environment such as acidification and eutrophication. On the other hand, the threat of energy and fuel-crisis makes activities related to renewable energy into something urgent to be done. One of the renewable energy alternatives is Microbial Fuel Cells (MFCs). MFCs are bioelectrochemical system spontaneously converting biomass into electricity through metabolic activity of microorganisms. The purpose of study is to apply MFCs as an application of voltaic cells in producing electricity using slurry phase of vegetable waste as substrate. Variations performed on the slurry phase comparison: water are 1: 2; 1: 1 and 2: 1, and the addition of EM4. Operations were conducted for 21 days. Production of the greatest voltage is at R1+ reactor (1:2 with addition of EM4) and reached 1180 mV. An electric current is 5.1 μA, and the electric power is 6.02 Mwatt, and the power density is 462.92 mWatt/m2. The presence of water in MFCs role in the mechanism of vegetable waste degradation. The tendency of increase in the electrical energy at the beginning of the operation of the reactor showed an increase in cellular synthesis of microorganisms. Declining electric energy is influenced of pH as microorganisms living place and the formation process of attached media at the electrode. Keywords:  Vegetable Market Waste, Electricity, Microbial Fuel Cells.