Eduardo Heyko
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Strategi pemanfaatan energi terbarukan dalam rangka kemandirian energi daerah provinsi kalimantan timur Heyko, Eduardo; Hasid, Zamruddin; Priyagus, Priyagus
INOVASI Vol 12, No 1 (2016)
Publisher : Faculty of Economics and Business Mulawarman University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1747.222 KB) | DOI: 10.29264/jinv.v12i1.797

Abstract

This research is aim to find out hotchpotch of East Kalimantan Province energy at 2025 after optimize renewable energy (biodiesel, bioethanol, and biogas) and to find out the most proper of renewable energy to developed by applying correct development strategy. This research use secondary data processing of taken spanning year time on 2002-2012. Renewable energy development strategy analysis conducted by using IFE and EFE matrix and also SWOT matrix. Whereas, projection analysis of energy necessity untill year 2025 conducted by using time series forecasting pursuant to method of trend analysis plot, smoothing plot, and decomposition plot. Software used to conduct forecasting is Minitab 16 Version. Result of research indicate that the fuel energy consumption in East Kalimantan Province at 2025 reach 47.970,20 thousand BOE, so the correct strategy to be used related to the utilization of renewable energy is conservative (self correction) strategy. Besides that, this optimization of utilization of renewable energy make East Kalimantan Province as self-supporting area of energy or Autonomous Energy Region with fossil energy savings which substituted by renewable energy is equal to 30.287,42 thousand BOE or 63,14% from regional energy necessity, wherein the most proper renewable energy to developed are biodiesel and biogas because they are more profitable than bioethanol.Keywords: Bioenergy, Renewable Energy, Development Strategy
STRATEGI PENGEMBANGAN ENERGI TERBARUKAN: STUDI PADA BIODIESEL, BIOETHANOL, BIOMASSA, DAN BIOGAS DI INDONESIA Eduardo Heyko
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB Vol 2, No 1: Semester Ganjil 2013/2014
Publisher : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (925.513 KB)

Abstract

Keamanan energi di Indonesia berada di ambang batas dan akan menghadapi krisis energi dalam waktu dekat. Salah satu upaya untuk meningkatkan keamanan energi nasional jangka panjang adalah melalui pengurangan ketergantungan terhadap energi fosil yang tidak terbarukan, khususnya minyak dan gas bumi, dengan mensubstitusinya ke sumber energi baru dan terbarukan (EBT), khususnya bahan bakar nabati (biodiesel, bioethanol, biomassa, dan biogas). Latar belakang penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bauran energi nasional tahun 2050 setelah mengoptimalkan energi terbarukan (biodiesel, bioethanol, biomassa, dan biogas) dengan menerapkan strategi pengembangan yang tepat.Penelitian ini didasarkan pada pengolahan data sekunder yang diambil padarentang waktu tahun 2000-2010yang diperoleh dari lembaga resmi, baik nasional maupun internasional. Analisis strategi pengembangan energi terbarukan dilakukan dengan menggunakan analisis lingkungan internal dan eksternal, yaitu matriks IFE dan EFE serta matriks SWOT. Sedangkan, analisis proyeksi kebutuhan energi hingga tahun 2050 dilakukan dengan menggunakan peramalan deret waktu berdasarkan metodetrend analysis plot, smoothing plot, dan decomposition plot. Perangkat lunak yang digunakan untuk melakukan peramalan adalah Minitab Versi 15 (2007).Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2050 diprediksikan mencapai 359,37 juta jiwa.Konsumsi energi pada tahun 2050 mencapai 3.289,44 juta SBM. Jika kebutuhan bahan bakar fosil pada tahun 2050 digantikan oleh biodiesel sebanyak 15%,bioethanol 15%, biomassa 100% dari potensinya, dan biogas 100% dari potensinya, maka energi fosil yang dapat dihematmencapai 982,29 juta SBM/tahun. Kenaikan kebutuhan energi sebesar tiga kali lipat pada tahun 2050 inijika dipenuhi dengan cara pengembanganbiofuelmemerlukan lahan perkebunan seluas 5,49-6,52 juta hektar untuk memproduksi bahan biodiesel dan 4,34-7,56 juta hektar untuk memproduksi bahan bioethanol.Dari sektor perkebunan ini akan diciptakan lapangan pekerjaan bagi 10,98-13,04 juta orang untuk perkebunan sawit dan jarak pagar dan 4,34-15,12 juta orang untuk perkebunan singkong dan tebu. Sementara itu, di sektor industri energi diperlukan sekitar 54.511-54.346 unit pabrik penghasil biodiesel dengan jumlah tenaga kerja 543.460-545.110 orang dan60.556-60.727 unit pabrik penghasil bioethanol dengan jumlah tenaga kerja 605.560-607.270 orang.Sedangkan, pemanfaatan biogas sebagai pengganti minyak tanah rumah tangga dapat membantu 10,40 juta rumah tangga miskin.Biaya pokok produksi biodiesel dari kelapa sawit sebesar Rp 6.281/liter dan dari jarak pagar sebesar Rp6.966/liter masih tidak menguntungkan jika diproduksi untuk menggantikan minyak diesel bersubsidi yang harganya Rp 5.500/liter.Sementara itu, biaya pokok produksi bioethanol dari tebu sebesar Rp 6.214/liter sudah layak menggantikan premium bersubsidi yang harganya Rp 6.500/liter dengan margin keuntungan sebesar 4,6%. Sedangkan, harga pokok produksi bioethanol dari singkong sebesar Rp6.963/liter masih belum layak menggantikan premium besubsidi. Walaupun demikian, semua biofuel tesebut sudah sangat layak untuk menggantikan minyak fosil yang tidak disubsidi dengan harga Rp 9.800/liter.Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa program mensubstitusi sebagian kebutuhan minyak bumi dengan biofuel dan memanfaatkan sebesar-besarnya potensi biomassa dan biogas dapat menghemat energi fosil, menciptakan lapangan kerja baru, serta membantu mengentaskan kemiskinan.   Kata Kunci: Bioenergi, Energi Terbarukan, Strategi Pengembangan