Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

Model of Prevention of Social Conflict which Multi Dimensions Based on Local Wisdom of Community Adat Dalihan Na Tolu Harahap, Anwar Sadat; Hasibuan, Ahmad Laut
Brawijaya Law Journal Vol 5, No 2 (2018): The Role of State in Contemporary Legal Development
Publisher : Faculty of Law, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (203.971 KB) | DOI: 10.21776/ub.blj.2018.005.02.01

Abstract

The main purpose of this research is to find a model of punishment in preventing social conflict on local wisdom of Dalihan na Tolu indigenous people. The questions posed in this research include the multi-dimension social conflict prevention model based on local wisdom of Indonesia, the deliberation stage of preventing such conflict and strategies adopted by local wisdom to resolve social conflict. The research further focuses its examination on local society that is Dalihan na Tolu indigenous people.This research uses empirical juridical research method, which is departed from local wisdom norms, or known as adat laws and examines the application of such laws in society. This research proposes that the multi-dimensional model of social conflict prevention should be carried out using the rules contained in: Dalihan na Tolu custom, Sipaingot, Pastak ni Paradaton, Uhum dohot Patik, Hapantunon, Tutur dohot Poda, Marga, Martahi, Mangupa. While the system and strategies of negotiation to reach consencus in preventing multi-dimensional social conflict based on the following norms: Tahi Ungut-ungut, Tahi Dalihan na Tolu, Tahi Godang Parsahutaon and Tahi Godang Haruaya Mardomu Bulung. It is argued that the punishment model usually used by Batak community should be adopted both in preventing as well as resolving social conflict exists in society. 
Model Pencegahan Tindak Pidana Terorisme Berbasis Adat Dalihan Na Tolu di Tapanuli Selatan Harahap, Anwar Sadat; Siregar, Taufik
Pandecta Research Law Journal Vol 15, No 2 (2020): December
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/pandecta.v15i2.24678

Abstract

Beberapa tahun terakhir telah sering terdengar melalui media elektronik tentang tindakan terorisme di Indonesia. Tindak terorisme ini muncul, karena selain kurang tegas, adil dan bermanfaatnya materi pengaturan hukum tentang pencegahan tindak terorisme, juga disebabkan oleh kurang diberdayakannya potensi masyarakat adat dalam mencegah tindak terorisme. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Pencegahan tindak pidana terorisme berdasarkan adat Dalihan na Tolu di Tapanuli Selatan dilakukan dengan aturan yang tercantum dalam: Filosofi adat adat Dalihan na Tolu, Sipaingot, Tutur dan Uhum dohot Patik 2) Jenis sanksi yang dikenakan kepada teroris: Sappal Dila, Dibondarkon, Dipaorot sian Marga, Dipaulak Salipi Natartar, dan Uhum Hatoban. Various criminal acts of terrorism continue to occur in Indonesia; even the numbers increase from year to year. These various acts of terrorism have arisen because, in addition to being less assertive, the legal provisions concerning the prevention of terrorist acts. Besides, the lack of involvement of indigenous peoples in preventing acts of terrorism as regulated in Article 43B paragraph (4) of Law Number 5 the Year 2018. This study aims to determine the role of Dalihan na Tolu adat in the prevention of criminal acts of terrorism. The research method used is empirical legal research methods. Prevention of criminal acts of terrorism carried out through the rules stated in philosophy, Sipaingot, Tutur, and Uhum dohot Poda. Then the traditional leaders' strategy in preventing the crime of terrorism is done by Providing examples of exemplary, Providing duties in maintaining security and order, Involving the community in every customary activity, and presenting children in customary activities. Furthermore, the types of sanctions imposed on terrorism offenders are: Dibondarkon sanctions (not involved in traditional activities), Sappal Dila sanctions (inviting people to eat in the same village), Dipaorot sian Huta sanctions (issued from villages), Dipaorot sian Marga sanctions (issued from the Marga), sanctions Diapaulak Salipi Natartar (returned to the communal land).
Model Pelaksanaan Mediasi Melalui Pranata Tutur Pada Masyarakat Batak Muslim Tapanuli Selatan ANWAR SADAT; AHMAD LAUT HASIBUAN
Afkaruna: Indonesian Interdisciplinary Journal of Islamic Studies Vol 12, No 2: December 2016
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/afkaruna.v12i2.2795

Abstract

This article examines the contribution of local culture or costum (adat)  in family conflict management among Batak Muslims in Southern Tapanuli.  It is very common that marital conflicts ended up in the court. To avoid engaging court to judge a marital conflict within a family,   Batak Muslim in Southern Tapanuli utilized Dalihan Na Tolu custom to resolve the problem. Batak Muslims in Southern Tapanuli often mediated the conflicting couples through a process, which is referred to as Tutur. By utilizing anthropological and socio-legal approach, the authors analyze the effectiveness in utilizing Tutur tradition among Batak Muslim family and argue that local costum such as Tutur has still played an effec- tive role in preventing divorce as well as in reconciling conflicting family mem- bers.
SOCIAL CONFLICT SETTLEMENT THROUGH REGULATION OF SURAT TUMBAGA HOLING IN BATAK ANGKOLA SOCIETY Anwar Sadat Harahap; Ahmad Lahut Hasibuan
Jurnal Dinamika Hukum Vol 16, No 2 (2016)
Publisher : Faculty of Law, Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.jdh.2016.16.2.558

Abstract

The main purpose of this research is to find the law setting model in preventing the social conflict through the regulation of Surat Tumbaga Holing in batak Angkola society. While the problem in this research is how the preventing model and settlement procedure of social conflict through regulation of Surat Tumbaha Holing. This research is using the empirical juridical research method. The reseach shows that the model of preventing social conflict based on regulation of Surat Tembaga Holing are settle by using: Sipaingot, Pastak-Pastak ni Paradaton, Uhum dohot Patik, Hapantunon, Tutur dohot Poda, Marga, Dalihan na Tolu, Martahi, Mangupa. This model used by batak society in order to solve the social conflict, so the potential of conflict that exist can be muted. Keywords: Prevention, Settlement, Social Conflict, Surat Tumbaga Holing, Batak  Custom of Angkola 
PENCEGAHAN PERUSAKAN HUTAN BERBASIS MASYARAKAT ADAT DALIHAN NA TOLU DI TAPANULI SELATAN Anwar Sadat Harahap; Ahmad Laut Hasibuan
Masalah-Masalah Hukum Vol 48, No 1 (2019): MASALAH-MASALAH HUKUM
Publisher : Faculty of Law, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (236.214 KB) | DOI: 10.14710/mmh.48.1.2019.1-12

Abstract

There are indigenous peoples who have their own traditional value in passing the prevention of forest destruction. Before the establishment of legislation on Preventing Forest Destruction in Indonesia, the indigenous people of Dalihan na Tolu have their own rules in preventing forest destruction. The customary law of Dalihan na Tolu has governed: the model of settlement of forest degradation disputes, the universal rules of indigenous peoples of Dalihan na Tolu on the prevention of forest destruction, the form of sanctions imposed on forest destruction parties, and the form of oversight in the implementation of the prevention of forest destruction.
Kearifan Lokal Dalam Bentuk Sanksi Hukum Bagi Pelaku Pada Masyarakat Adat Batak Bagian Selatan Awar Sadat Harahap; Ahmad Laut Hasibuan; Taufik Siregar
Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya (Journal of Social and Cultural Anthropology) Vol 3, No 2 (2017): Anthropos
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/antro.v3i2.8791

Abstract

Nilai-nilai kearifan lokal pada masyarakat Adat Batak Bagian Selatan, memiliki makna yang dalam, baik dari segi adat maupun agama, sehingga perlu dilestarikan untuk menciptakan masyarakat yang peduli dengan sesama dan lingkungan. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui kearifan lokal masyarakat Adat Batak Bagian Selatan dalam bentuk sanksi hukum bagi pelaku. Dalam setiap pelanggaran atau kejahatan  yang dilakukan di tengah- tengah masyarakat, telah ada aturan jenis sanksinya sebagaimana yang telah tertuang dalam Surat Tumbaga Holing yang menjadi sumber rujukan hukum adat masyarakat adat Batak Bagian Selatan. Di dalam Surat tersebut, terdapat beberapa sanksi yang penuh dengan kearifan local yang dijatuhkan kepada orang yang memicu timbulnya konflik sosial dalam masyarakat. Kearifan lokal ini perlu disosialisasikan pada generasi penerus dengan mempelajarinya mulai tingkat dasar sampai perguruan tinggi sehingga tetap terjaga kelestariannya.
BENTUK SANKSI TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA TERORISME BERBASIS PRANATA ADAT DALIHAN NA TOLU Anwar Sadat Harahap, Ahmad Laut Hasibuan
JURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN SOSIAL HUMANIORA Vol. 5 No. 1 (2020): JP2SH
Publisher : LP2M Universitas Muslim Nusantara Al Washliyah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (231.218 KB) | DOI: 10.32696/jp2sh.v5i1.422

Abstract

Beberapa tahun belakangan ini sering didengar melalui media elektronik tentang tindak pidana terorisme dalam masyarakat, seperti: Peristiwa bom bunuh diri pada tiga gereja di Surabaya, 13 Mei 2018, bom bunuh diri di pintu gerbang Mapoltabes Surabaya, 14 Mei 2018, peristiwa penyerangan ke Markas Polisi Daerah Riau, 16 Mei 2018, dan beberapa kejadian lainnya. Deretan kejahatan di atas timbul, karena selain kurang tegas, adil dan manfaatnya materi pengaturan hukum tentang pemberantasan tindak pidana terorisme, juga diakibatkan oleh kurang diberdayakannya potensi masyarakat adat dalam pencegahan tindak pidana terorisme. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka metode yang digunakan adalah metode penelitian empiris dengan pendekatan yuridis normatif dan yuridis sosiologis (sosio legal approach). Sedangkan data yang digunakan adalah data kualitatif dengan tidak mengesampingkan data kuantitatif. Pendekatan yang dipakai adalah pendekatan antropologis dan yuridis sosiologis atau pendekatan yuridis empiris. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Pencegahan tindak pidana terorisme berbasis adat Dalihan na Tolu dilakukan dengan aturan yang terkandung dalam: a. Filosofi adat Dalihan na Tolu, b. Sipaingot yang berisi: Sipaingot menghindari permusuhan, Sipaingot menjaga kewaspadaan, Sipaingot menjaga persatuan, Sipaingot mematuhi pemimpin, Sipaingot kesetiaan terhadap tanah kelahiran, Sipaingot kewajiban membalas kebaikan, Sipaingot meningkatkan kompetensi diri. 2) Jenis sanksi yang dijatuhkan terhadap pelaku tindak terorisme: a. Uhum Hora, b. Sappal Dila, c. Dibondarkon, d. Dipaorot sian Marga, e. Dipaulak Salipi Natartar, f. Uhum Hatoban, g. Disula. Model Pencegahan tindak terorisme semacam ini telah sejalan dengan Qur`an dan Hadis dan semua jenis sanksi tersebut telah sesuai dengan Hukum Ta`zir.
PERLINDUNGAN LINGKUNGAN HIDUP MELALUI PRANATA SURAT TUMBAGA HOLING PADA MASYARAKAT BATAK DI TAPANULI SELATAN Anwar Sadat Harahap; Hardi Mulyono; Nelvitia Purba; Taufik Siregar
Bina Hukum Lingkungan Vol 6, No 2 (2022): Bina Hukum Lingkungan
Publisher : Pembina Hukum Lingkungan Indonesia (PHLI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24970/bhl.v6i2.230

Abstract

ABSTRAKBeberapa tahun terakhir ini marak sekali terjadi perusakan lingkungan hidup, seperti pembuangan sampah ke sungai, danau, laut, jalan umum. Indonesia memproduksi sampah hingga 65 juta ton pada 2016, meningkat menjadi 67 ton pada 2017 dan lainnya. Beberapa kejahatan lingkungan tersebut terjadi disebabkan oleh kurang tegas, adil dan manfaatnya materi hukum tentang perlindungan lingkungan hidup dan juga belum sepenuhnya dilibatkan masyarakat adat dalam melakukan perlindungan lingkungan hidup sebagaimana diamanahkan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 18B dan Pasal 70 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009. Penelitian menggunakan metode penelitian hukum empiris dengan pendekatan yuridis normatif dan pendekatan sosio-legal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat adat Batak telah melakukan perlindungan lingkungan berdasarkan pranata Surat Tumbaga Holing sebagaimana diatur melalui Patik, Filosofi Adat Dalihan na Tolu dan Marga. Jenis sanksi yang dijatuhkan kepada pelaku perusakan lingkungan berupa: Dibondarkon, Sappal Dila, Dipaorot sian Huta, Dipaorot sian Marga, Diapaulak Salipi Natartar.Kata kunci: batak; lingkungan; surat tumbaga holing.ABSTRACTIn recent years there has been a lot of environmental destruction, such as dumping garbage into rivers, lakes, seas, public roads. Indonesia produced up to 65 million tons of waste in 2016. The above series of environmental crimes arise because apart from being less firm, fair and the benefits of existing legal regulation on environmental protection, they are also caused by the lack of empowerment of indigenous peoples' potential in environmental protection as mandated by the 1945 Constitution and Law Number 32 of 2009. The research uses empirical legal research methods with a normative juridical approach and a socio-legal approach. The results of the study indicate that the Batak indigenous people have carried out environmental protection through the Surat Tumbaga Holing which is regulated in Patik, Filosofi Adat Dalihan na Tolu and Marga. The types of sanctions are: Dibondarkon, Sappal Dila, Dipaorot sian Huta, Dipaorot sian Marga, Diapaulak Salipi Natartar.Keywords: batak; environmental; surat tumbaga holing.
KEHALALAN DAGING AYAM POTONG DI PASAR TRADISIONAL KOTA MEDAN Anwar Sadat Harahap; Alkausar Saragih; Disna Anum Siregar
AMALIAH: JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT Vol. 3 No. 2 (2019): Amaliah: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : LP2M UMN AL WASHLIYAH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32696/ajpkm.v3i2.296

Abstract

Sebagian besar penjual ayam potong di pasar tradisional yang ada di kota Medan melakukan pemotongan ayam sambil merokok, bercerita dan dilakukan dengan sendirian, tanpa bantuan orang lain. Bahkan yang lebih miris lagi bahwa ayam yang baru saja disembelih belum benar-benar mati dan kaki dan sayapnya masih terlihat bergerak-gerak, sudah dimasukkan ke dalam tong yang berisi air panas untuk dilakukan pembersihan bulu-bulunya. Kondisi ini dilakukan untuk sekedar mengejar target jumlah ayam yang harus disembelih pada setiap harinya. Metode pelaksanaan yang digunakan oleh tim Program Kemitraan Masyarakat (PKM) dengan mitra (MUI Kota Medan) adalah: 1) Menggunakan pendekatan pendampingan terhadap pedagang ayam potong di pasar tradisional Kota Medan, 2) Melaksanakan pelatihan tentang tata cara penyembelihan hewan berdasarkan Syariat Islam, 3) Melaksanakan penyuluhan hukum dengan mengggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Hasil yang telah dicapai dalam pelaksanaan Program Kemitraan Masyarakat (PKM) ini adalah a) Terbentuknya 3 (tiga) Kelompok Pedagang Cinta Produk Halal (KPCPH) di pasar tradisional Kota Medan yang disahkan oleh Ketua MUI Kota Medan, b) Penerbitan Buku Panduan Tentang Tata Cara Penyembelihan Hewan secara halal yang menjadi pedoman bagi masyarakat dan KPCPH, c) Karya Tulis Ilmiah yang dimuat dalam jurnal nasional terakreditasi ,d) Meningkatkan pemahaman masyarakat, terutama pedagang daging ayam potong tentang tata cara penyembelihan hewan yang baik dan halal.sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal. Adapun kegiatan yang dilaksanakan dalam PKM ini: a. Pelatihan tentang tata cara penyembelihan hewan kepada para pedagang daging ayam potong, b. Penerbitan sertifikat yang diterbitkan MUI Kota Medan Tentang kelayakan dalam melakukan penyembelihan ayam potong bagi para pedagang yang melakukan penyembelihan ayam potong, c. Penyuluhan hukum tentang tata cara penyembelih ayam potong di pasar tradisional Kota Medan.
KAJIAN HUKUM ISLAM TERHADAP MANFAAT ZAKAT DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI MASYARAKAT Anwar Sadat Harahap; Dalyanto
AMALIAH: JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT Vol. 4 No. 1 (2020): Amaliah: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : LP2M UMN AL WASHLIYAH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32696/ajpkm.v4i1.402

Abstract

Zakat yang dikeluarkan itu merupakan milik orang lain yang berhak menerimanya. Pemelik harta hanya merupakan jembatan, perantaraan dan tempat penitipan sementara saja. Allah akan mengujinya, apakah ia rela memberikan hak orang lain dengan ikhlas atau tidak. Sesungguhnya zakat merupakan bagian dari sedekah yang wajib dikeluarkan oleh seseorang jika jumlah hartanya telah mencapai satu nishab (nilai harganya mencapai 94 gram emas) dan umur hartanya mencapai satu tahun. Kalu kedua syarat tersebut belum tercapai, maka kewajiban berzakat bagi seseorang tidak ada. Dengan begitu, yang diwajibkan berzakat adalah orang kaya yang telah memiliki harta melebihi kebutuhan pokoknya. Perlu diketahui bahwa segala kewajiban yang diberikan Allah kepada hambaNya pasti membawa kebaikan dan manfaat bagi manusia baik di dunia maupun di akhirat. Demikian halnya dengan pelaksanaan zakat, bila dilaksanakan secara ikhlas akan membawa manfaat bagi manusia terutama sekali dalam bidang peningkatan perekonomian masyarakat, antara lain : Zakat bermanfaat mengembangkan harta benda dalam masyarakat. Zakat bermanfaat menumbuhkan sifat kasih sayang terhadap sesama manusia. Zakat bermanfaat menghilangkan rasa dengki antara si miskin dengan si kaya. Ibadah zakat ini ternyata dapat menumbuhkan sifat ikhlas bagi pelakunya. Pelaksanaan ibadah zakat bermanfaat dalam menciptakan ketenangan dan ketentraman hidup dalam masyarakat. Kewajiban menunaikan zakat hanya dibebankan kepada orang yang memiliki kemampuan saja.