Ni’mal Baroya
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Jember

Published : 23 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

Hubungan antara Otonomi Perempuan dan Persepsi terhadap Pelayanan Konseling KB dengan Unmet Need KB pada Pasangan Usia Subur di Kecamatan Sumberjambe Kabupaten Jember (Association between Women's Autonomy and Perception of Counseling Services FP Spouses o Dewi Febrina Paramita; Thohirun Thohirun; Ni'mal Baroya
Pustaka Kesehatan Vol 5 No 2 (2017)
Publisher : UPT Percetakan dan Penerbitan Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Indonesia is one of the developing countries that still has problem of population growth. The population of Indonesia in 2015 as much 255.5 million with a growth rate of 1.38%. The ideal number of residents of Indonesia is under 1%. One of the government's efforts to reduce the rate of population growth is to control fertility through family planning programs. Demographic and Health Survey of 2012 showed that unmet need for family planning in Indonesia is still high, that is 8.5%. Unmet need for family planning in Jember 2015 amounted to 10.4%, whereas the target RPJMN 2014 of less than 5%. Subdistrict Sumberjambe contributed the highest unmet need for family planning in Jember. This study aims to analysis relationship between women's autonomy and perceptions of family planning counseling services with unmet need for family planning in the District Sumberjambe. This study is an analytic study with cross sectional design. Total samples of 114 respondents selected by proportional random sampling technique. Bivariable analysis using Chi Square test. There is a significant relationship between the autonomy of women (OR = 3.7) and perceptions of family planning counseling services (OR = 21.60) with an unmet need family planning. Multivariate analysis using logistic regression test. It is evident that perceptions of family planning counseling services (OR = 30.678) effect on unmet need for family planning is strengthened by age, education level and employment status. Therefore proactively family planning counseling is needed. Keywords: Women’s Autonomy, Counseling FP, Unmet Need FP
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBAYARAN KAPITASI BERBASIS PEMENUHAN KOMITMEN PELAYANAN (KBKP) DI KABUPATEN JEMBER Christyana Sandra; Yennike Tri Herawati; Ni'mal Baroya; Sulistiyani Sulistiyani; Prehatin Trirahayu Ningrum; Kurnia Ardiansyah Akbar; Andrei Ramani
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Vol 17 No 1 (2021)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19184/ikesma.v17i1.22441

Abstract

Kapitasi berbasis pemenuhan komitmen pelayanan (KBKP) merupakan salah satu sistem pembayaran dalam program jaminan kesehatan nasional pada puskesmas untuk meningkatkan pelayanan yang efektif dan efisien sehingga mutu layanan yang diberikan dapat terjaga. Kabupaten Jember sebagai salah satu kabupaten yang menjalankan kebijakan tersebut, namun diketahui terdapat kendala dalam pelaksanaan kebijakan tersebut. Penilaian terhadap puskesmas melalui KBKP dilihat berdasarkan pencapaian indikator yang meliputi angka contact rate, rasio rujukan rawat jalan non spesialistik, rasio peserta prolanis dan 1 indikator tambahan yaitu kunjungan rumah. Namun pelaksanaan kebijakan ini terdapat beberapa permasalahan yang dapat menghambat pencapaian target. Penelitian ini menggunakan metode Riset Implementasi. Riset ini membahas berbagai masalah implementasi dalam konteks yang beragam dimana pengambilan datanya dilakukan secara kualitatif (indepth interview) dan kuantitatif (analisis data sekunder). Evaluasi pelaksanaan KBKP tahun 2016 menunjukkan masih banyaknya tantangan dan hambatan sehingga BPJS Kesehatan mengeluarkan petunjuk teknis terkait KBKP. Tujuan penyusunan petunjuk teknis tersebut adalah memberikan panduan bersama pelaksanaan pembayaran kapitasi berbasis pemenuhan komitmen pelayanan di FKTP. Pemerintah daerah diketahui kurang terlibat dalam kebijakan KBKP tersebut, tidak terdapat kebijakan yang mendukung kebijakan KBKP di tingkat kabupaten. Pencapaian target indikator yang telah ditetapkan dalam regulasi KBKP masih sulit dicapai oleh puskesmas khususnya pada indikator contact rate, pencapaian target indicator contact rate hanya 15 puskesmas (30%). Pencapaian indikator rujukan non spesialistik yang telah ditetapkan dalam regulasi KBKP selalu dapat dicapai oleh puskesmas (100%), namun indikator prolanis target pencapaiannya hanya 38 puskesmas dari 50 puskesmas yang dapat mencapai (76%). Sulitnya pencapaian target indikator contact rate karena petugas kesehatan di puskesmas tidak sempat meng-entry data kontak sehat dan kontak sakit pada aplikasi P Care. Diketahui KBKP dapat meningkatkan kepuasan peserta karena memaksa puskesmas untuk meningkatkan contact rate dengan peserta JKN dan merasa di ‘spesial’kan dengan program prolanis. Kebijakan KBKP juga dapat meningkatkan mutu pelayanan puskesmas karena puskesmas harus meningkatkan sarana prasarana agar 145 diagnosis tersebut dapat diselesaikan.
POLA ASUH GIZI PADA ANAK BALITA DENGAN PERTUMBUHAN BAIK (TUMBUH KEJAR DAN TUMBUH NORMAL) DI KECAMATAN ARJASA KABUPATEN JEMBER (POSITIVE DEVIANCE) Sulistiyani Sulistiyani; Ni'mal Baroya
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Vol 5 No 1 (2009)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The child caring constitutes the deeds conducted by their family (mother, father, grand mother or other person) in giving the food, taking care of the health, giving stimulate and emotional support required for growth and development. Arjasa is one of the sub districts having high percentage of poor families and a nutrition vulnerable area. However, we can still find children under five years of age having good nutrition status. This is the reason why the writer is interested in studying further about the case of how among the aforesaid poor families are still able to prioritize the nutrition for their under five year children (positive deviance). The first step taken in this research was selected the subject of research by using the purposive method. It was intended to get the subject with the criteria of mothers from poor families, having the children of 6 to 59 months of age with good nutrition status and in possession of Kartu Menuju Sehat/KMS (Growth Monitoring Chart). The second step was carried out exploration. It was intended to explore and in this research three approaches had been applied, namely by combining the three methods of in depth interview, documentation study, and observation to cross check the data as well as to keep validity of the data. The third step taken in this research was applied the qualitative analysis. It was intended to analyze the practice of nutrition caring pattern by the family upon good nutrition status on children of 6 to 59 months of age at the poor families (positive deviance) at Sub-district of Arjasa, Regency of Jember. The result of this research showed that the factors that influence positive deviance at Sub-district Arjasa is the role of health officer, in this case is midwife in giving motivation to others, whether through certain approach at Posyandu or through individual approach. Keywords:Nutrition caring pattern, good growth
PERAN KOMUNIKASI DAN POLA ASUH ORANGTUA TERHADAP PERILAKU SEKSUAL SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KECAMATAN SUKORAMBI KABUPATEN JEMBER Holfi Mariyatul Kiptiyah; Ni'mal Baroya
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Vol 15 No 1 (2019)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19184/ikesma.v15i1.14416

Abstract

Problem high-risk sexual behavior that teens when dating is the responbility of everyone, especially parents.. The parental presence of effective communication and appropriate parenting pattern is expected to cope with the increasing high-risk sexual behavior in adolescents. This study attempts to analyze the parental presence by sexual behavior risky on student dating in SMPN Sukorambi Jember Regency. The research is the study analytic by design cross-sectional. 101 students of SMP Sukorambi who claimed to have/was in the dating. The results showed that characteristics of respondents there are two variables related to sexual behavior during dating ie sex and age variable. The variable of parental presence both has a significant relationship with the sexual behavior of parent’s communication and parenting. Teen’s sexual behavior, when dating is classified as high-risk behavior, is mutually attached to the genitals with limited clothing. From this study, it was concluded that the parental presence through effective communication and discussing about sexuality and educating with autoritative parenting can prevent adolescents from high-risk sexual behavior when dating.
PEMENUHAN KEBUTUHAN KONTRASEPSI KELUARGA MISKIN DI INDONESIA PADA MASA DESENTRALISASI (ANALISIS SDKI 2007) Ni'mal Baroya
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Vol 7 No 1 (2011)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Indonesia has experienced an increasing in contraceptive use. However, it is not in line with a decreased unmet need for family planning. The decentralization policy for family planning may lead to lower unmet need among poor women.  This research aims to analyze impacts on decentralization policy for family planning in meeting contraceptive needs for poor households. This study was a survey panel using the Indonesia Demographic Health Survey (IDHS) of 2007. The subjects were all married women aged 15-49 years old. Data analysis used a multilevel modeling technique to assess the effect of individual and community factors on the unmet need for family planning. The unmet need in Indonesia was 9.2%, 8.6% and 9.1% for the year of 1997, 2002-2003 and 2007, respectively. Poorest women had higher odds of unmet need than richest (odds ratio, 1.4). The odds were also higher among women who never attending school, lack of contraceptive knowledge, unexposed with family planning information and problems in the access. In community level, the odds of unmet need was smaller when a woman lived in a community with higher mean of family planning knowledge. The implementation of decentralization policy on family planning was reduced the odds of unmet need for poor households in which the policy is then followed by the improvement of family planning knowledge for individual and community. Key words: contraceptive need, poor households, decentralization
PERBEDAAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE ANTARA IBU HAMIL PESERTA PROGAM KELUARGA HARAPAN (PKH) DAN BUKAN PESERTA PKH DI KECAMATAN KALISAT KABUPATEN JEMBER Nika Nur Indah Sari; Andrei Ramani; Ni’mal Baroya
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Vol 14 No 1 (2018)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19184/ikesma.v14i1.10405

Abstract

Pregnant woman has a risk of mortality; therefore, it is necessary to prevent the maternal mortality by pregnancy test. PKH (Program Keluarga Harapan) is a program that supporta pregnancy test. This study aims to determine the different of antenatal care visits between pregnant women PKH participants and non PKH participants in Kalisat, Jember. This study was analytic with cross sectional approach. The data was analyzed by using chi-square test. The sample of this study were 36 pregnant women in each group randomized in 2016.The results showed that there was a significant difference between occupation status and accessibility to the antenatal care visit (completeness) between pregnant women PKH participants and non PKH participants where pregnant woman PKH participant who unemployed and have easy access are visit antenatal completely compared to pregnant woman non PKH participants. There is a difference between occupation status, husband support and accessibility to antenatal visit (accuracy) between pregnant women PKH participants and non PKH participants where pregnant woman PKH participants who unemployed have more visit antenatal care completely, and pregnant woman non-PKH participants with high husband support and easy accsess will be more appropriate visit compared with pregnant woman PKH participants. There were no differences in age, parity, education, family income, and medical history with antenatal care visit between pregnant women of PKH participants and non PKH participants.
PREDIKTOR SIKAP STIGMA DAN DISKRIMINASI TERHADAP ORANG DENGAN HIV DAN AIDS (ODHA) DI KABUPATEN JEMBER Ni’mal Baroya
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Vol 13 No 2 (2017)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19184/ikesma.v13i2.7032

Abstract

Globally, the HIV and AIDS epidemic shows stable conditions, but statistically there is still an increase in new infections in some areas including Jember District. The main barriers to HIV prevention are stigma and discrimination against people living with HIV. This study aims to analyze the predictors of stigma and discrimination attitude toward PLHIV in Jember District. This was an observational study used cross sectional design. Research subjects were people aged 15-24 years amounted to 247 respondents. Determination of the sample using a multistage sampling technique, ie the determination of simple random cluster of villages and then determine the respondents of each cluster randomly systematic. Data were collected using structured interview technique with questionnaire then analyzed using chi-square test and logistic regression with 5% significance level. The results showed the majority of respondents (81.4%) stated not willing to buy food if the seller knew HIV +. Fifty percent more they disagree if female teachers who are HIV + keep teaching. Similarly, children with HIV + cannot be admitted to school with HIV negative children. The distribution of stigma and discrimination attitudes toward people living with HIV significantly differed by age, sex, education level, marital status and occupational status. The level of knowledge and residence does not differ significantly. A significant factor to be a predictor of stigma and discrimination against people living with HIV is age and gender. Younger age (15-19 years) and women have a greater likelihood of being stigmatized and discriminating against people living with HIV. Dissemination of information about HIV and AIDS in adolescents aged 15-19 years is still needed to increase knowledge and accelerate the acceptance of PLHIV so that stigma and discrimination attitude toward PLWHA can be reduced. Keywords: attitude, stigma, discrimination people suffering with HIV and AIDS.
Hubungan Status Berpacaran, Paparan Media, Teman Sebaya Dan Peran Orang Tua dengan Perilaku Seksual Pranikah pada Remaja Pria di Indonesia (Analisis Lanjut Data SDKI 2017) Rachmadya Wira Shakti; Andrei Ramani; Ni'mal Baroya
BIOGRAPH-I: Journal of Biostatistics and Demographic Dynamic Vol 2 No 1 (2022): May
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19184/biograph-i.v2i1.29460

Abstract

Perilaku seksual pranikah merupakan salah satu permasalahan yang penuh risiko dan sangat rawan terjadi pada proses perkembangan seorang remaja. Transisi antara sosial dan budaya dapat mengakibatkan remaja rentan terpengaruh dampak negatif. Menurut data SDKI 2017 menyatakan bahwa perilaku seksual pranikah terjadi pada 8% remaja pria dan 2% remaja wanita. Tujuan penelitian menganalisis hubungan antara faktor predisposing (meliputi usia, tingkat pendidikan, pengetahuan, dan status berpacaran), faktor enabling (meliputi paparan media), dan faktor reinforcing (meliputi pengaruh teman sebaya dan peran orang tua) dengan perilaku seksual pranikah pada remaja pria di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data SDKI tahun 2017 dengan desain Cross Sectional. Populasi penelitian yang digunakan adalah remaja pria usia 15-24 tahun di Indonesia. Jumlah sampel sebanyak 12.935 remaja pria. Analisis Bivariat menggunakan Chi-Square dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik. Perilaku seksual pranikah pada remaja pria sebanyak 51,1%. Faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual pranikah pada remaja pria yaitu usia (OR 4,0; CI 3,68-4,30), tingkat pendidikan (OR 1,8; CI 1,11-2,94), status pernah berpacaran (OR 494,6; CI 235,26-1039,70), dan pengetahuan (OR 3,0; CI 2,76-3,34). Selain itu, kepemilikan smartphone (OR 2,1; CI 1,92-2,31), akses terhadap internet (OR 2,3; CI 2,11-2,60), teman sebaya yang berpengaruh negatif (OR 7,6; CI 6,84-8,46), dan peran orang tua juga berpengaruh terhadap perilaku seksual pranikah pada remaja (OR 1,1; CI 1,01-1,17). Faktor yang paling kuat dalam mempengaruhi perilaku seksual pranikah remaja pria adalah status berpacaran (OR 362,5; CI 171,73-756,34) dapat diartikan remaja pria dengan status sedang atau pernah berpacaran berisiko 362 kali untuk berperilaku seksual pranikah. Untuk itu perlu adanya peningkatan ilmu pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi remaja serta dampak buruk perilaku seksual pranikah.
Peramalan Jumlah Akseptor Baru Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) Kabupaten Jember Menggunakan Analisis Time Series Rike Andriyani; Ni'mal Baroya; Andrei Ramani
BIOGRAPH-I: Journal of Biostatistics and Demographic Dynamic Vol 1 No 1 (2021): May
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (526.929 KB) | DOI: 10.19184/biograph-i.v1i1.22208

Abstract

Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) sebagai kontrasepsi efektif untuk menurunkan angka TFR masih jauh di bawah angka penggunaan non-MKJP. Perkiraan jumlah akseptor baru yang memungkinkan perlu dilakukan untuk menetapkan langkah yang harus dilakukan sesuai dengan kondisi di masyarakat untuk meningkatkan penggunaan MKJP. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan model peramalan penggunaan kontrasepsi jangka panjang oleh akseptor baru KB sehingga hasilnya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk peningkatan program KB di Kabupaten Jember. Jenis penelitian ini yaitu penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian dilakukan pada tahun 2020 dengan subjek penelitian akseptor baru MKJP pada tahun 2012-2019 di Kabupaten Jember. Peramalan dilakukan dengan metode ARIMA yang diolah melalui aplikasi Rstudio. Hasil menunjukkan bahwa faktor sosial ekonomi yang berhubungan dengan banyaknya akseptor baru MKJP adalah persentase penduduk perkotaan (r= -0,712), persentase wanita menikah usia >30 tahun (r= 0,916), dan pendapatan per kapita (r= -0,734). Model peramalan terbaik untuk menentukan banyaknya akseptor baru metode IUD adalah ARIMA (11,1,2). Model peramalah terbaik untuk menentukan banyaknya akseptor baru metode implan adalah ARIMA (0,0,8). Model peramalan terbaik untuk menentukan banyaknya akseptor baru MOW adalah ARIMA (0,0,12). Perlu adanya peningkatan pengetahuan mengenai MKJP terutama IUD dan implan khususnya pada wanita yang telah berusia >30 tahun, perlunya pemerataan distribusi pemberi layanan kontrasepsi, sosialisasi mengenai pentingnya pembatasan kehamilan pada masyarakat dengan ekonomi tinggi, dan perlu adanya kesiapan tenaga medis dan finansial sebagai langkah mempersiapkan akseptor MOW yang kemungkinan akan meningkat.
Determinan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang di Jawa Timur Tahun 2017 Iswari Hariastuti; Ni'mal Baroya; Yohana Rizkyta Handini; Dimas Bagus Cahyaningrat Wicaksono
BIOGRAPH-I: Journal of Biostatistics and Demographic Dynamic Vol 1 No 1 (2021): May
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (647.73 KB) | DOI: 10.19184/biograph-i.v1i1.23619

Abstract

Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) menjadi solusi paling efektif dalam mencegah kehamilan. Rendahnya penggunaan MKJP di Jawa Timur tentu berkontribusi pada belum tercapainya target nasional dalam penurunan Angka Kelahiran Total di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan penggunaan MKJP di Jawa Timur Tahun 2017. Penelitian menggunakan data hasil Survei Demograsi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2017. Beberapa variabel yang diduga mempengaruhi penggunaan MKJP di Jawa Timur ialah usia, tingkat pendidikan, daerah tempat tinggal, status sosial ekonomi, jumlah anak, pengetahuan, dan keterlibatan suami. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia, pendidikan, jumlah anak, pengetahuan dan keterlibatan suami berhubungan dengan penggunaan MKJP di Jawa Timur. Sedangkan daerah tempat tinggal dan status sosial ekonomi tidak berpengaruh terhadap penggunaan MKJP di Jawa Timur. Hal ini dapat disebabkan oleh usaha-usaha pemerintah daerah dalam meningkatkan akseptor MKJP dengan membuat program-program seperti sosialisasi dan pemberian MKJP secara gratis. Suami yang terlibat dalam menentukan metode kontrasepsi pasangannya lebih cenderung memilih menggunakan MKJP 17 kali lipat dibandingkan yang tidak terlibat. Sehingga peneliti menyarankan keterlibatan suami dalam dalam kegiatan sosialisasi untuk meningkatkan pemahaman tentang metode kontrasepsi.