Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

EVALUATION OF PRECEPTORSHIP AND MENTORSHIP CLINICAL LEARNING METHOD ON NURSING STUDENTS' CRITICAL THINKING IN PROVIDING NURSING CARE IN A TEACHING HOSPITAL Kurniati Puji Lestari; Muhamad Jauhar; Ike Puspitaningrum; Shobirun Shobirun; Iis Sriningsih
Jurnal Riset Kesehatan Vol 10, No 1 (2021): MAY 2021
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (354.507 KB) | DOI: 10.31983/jrk.v10i1.6629

Abstract

The demand for high-quality health services is increasing. It motivates nurses to utilize the best evidence in making decisions. Professional nurses were born from an excellent education. Preceptorship and mentorship clinical learning methods are expected to be able to answer these demands. This study aims to identify the effect of preceptorship and mentorship methods on students' critical thinking skills. The study design applies a quasi-experimental type pretest and post-test with a control group. Twenty-six students were examined as respondents for each intervention and control group, using a purposive sampling technique. The survey took place at a teaching hospital in Semarang, using a student-evidence-based practice questionnaire (validity 0.584-0.904; reliability 0.821) developed by Upton et al.in 2014.  The intervention during three weeks with the training stages of clinical advisors, clinical guidance, internalization, and evaluation. Univariate data analysis is described by frequency and percentage (categorical) and mean and SD (numerical). Bivariate data analysis using a paired t-test and independent t-test. There was a significant effect of the preceptorship and mentorship methods on students' thinking abilities (p-value = 0.006). Integrated academic and clinical learning could form critical thinking skills among students. Educational institutions play a role in providing training for clinical instructors oriented to improving the ability of students to provide scientific evidence-based nursing care. The clinical instructors are responsible for improving students' critical thinking skills through preceptorship and mentorship learning methods.
PENGARUH PEMBERIAN AROMATERAPI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN SEBELUM OPERASI DENGAN ANESTESI SPINAL DI RS TUGU SEMARANG - Arwani; Iis Sriningsih; Rodhi Hartono
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & INTERNASIONAL 2013: PROSIDING KONFERENSI NASIONAL PPNI JAWA TENGAH
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (302.026 KB)

Abstract

Terkait adanya stressor pada saat dilakukan pembedahan dengan anestesi spinal sangat penting untuk membuat tubuh selalu dalam keadaan rileks dengan memberikan stimulus emosi positif ke otak. Salah satu tindakan keperawatan yang dapat dilakukan oleh perawat adalah melalui teknik relaksasi. Teknik relaksasi dapat dilakukan dengan metode meditasi, yoga, maupun aromaterapi. Aromaterapi merupakan terapi komplementer yang layak untuk dicoba karena cara tersebut diketahui dapat memberi stimulus positif ke otak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian aromaterapi terhadap tingkat kecemasan pasien sebelum operasi dengan anestesi spinal di RS Tugu Semarang. Jenis penelitian quasy-experiement denganrancangan one group without control group design dilakukan pada 40 responden yang akan dilakukan operasi dengan spinal anestesi menggunakan Hamilton Rating Scale (HRS-A) untuk menggali kecemasan. Data penelitian dianalisis dengan uji statistic Wilcoxon dengan tingkat kemaknaan 0.05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terbanyak responden sebelum pemberian aromaterapi lavender mengalami cemas berat (40.0%), dan setelah pemberian aromaterapi terbanyak mengalami cemas sedang (42.5%). Hasil uji statisticdengan Wilcoxon diperoleh nilai p sebesar 0.00 (<0.05). Disimpulkan terdapat pengaruh pemberian aromaterapi terhadap tingkat kecemasan pasien sebelum operasi dengan anestesi spinal di RS Tugu Semarang. Disarankan agar pemberian aromaterapi dapat dijadikan sebagai alternative menurunkan tingkat kecemasan pada pasien sebelum dilakukan operasi (preoperative anxiety disorder).Kata Kunci: Aromaterapi, lavender, preoperasi, spinal anestesi.
PENGARUH PEMBERIAN AROMATERAPI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN SEBELUM OPERASI DENGAN ANESTESI SPINAL DI RS TUGU SEMARANG Arwani -; Iis Sriningsih; Rodhi Hartono
Jurnal Keperawatan Jiwa (JKJ): Persatuan Perawat Nasional Indonesia Vol 1, No 2 (2013): November 2013
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (306.396 KB) | DOI: 10.26714/jkj.1.2.2013.%p

Abstract

Terkait adanya stressor pada saat dilakukan pembedahan dengan anestesi spinal sangat penting untuk membuat tubuh selalu dalam keadaan rileks dengan memberikan stimulus emosi positif ke otak.Salah satu tindakan keperawatan yang dapat dilakukan oleh perawat adalah melalui teknik relaksasi.Teknik relaksasi dapat dilakukan dengan metode meditasi, yoga, maupun aromaterapi. Aromaterapi merupakan terapi komplementer yang layak untuk dicoba karena cara tersebut diketahui dapat memberi stimulus positif ke otak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian aromaterapi terhadap tingkat kecemasan pasien sebelum operasi dengan anestesi spinal di RS Tugu Semarang. Jenis penelitian quasy-experiement dengan rancangan one group without control group design dilakukan pada 40 responden yang akan dilakukan operasi dengan spinal anestesi menggunakan Hamilton Rating Scale (HRS-A) untuk menggali kecemasan. Data penelitian dianalisis dengan uji statistic Wilcoxon dengan tingkat kemaknaan 0.05.Hasil penelitian menunjukkan bahwa terbanyak responden sebelum pemberian aromaterapi lavender mengalami cemas berat (40.0%), dan setelah pemberian aromaterapi terbanyak mengalami cemas sedang (42.5%). Hasil uji statistic dengan Wilcoxon diperoleh nilai p sebesar 0.00 (<0.05).Disimpulkan terdapat pengaruh pemberian aromaterapi terhadap tingkat kecemasan pasien sebelum operasi dengan anestesi spinal di RS Tugu Semarang. Disarankan agar pemberian aromaterapi dapat dijadikan sebagai alternative menurunkan tingkat kecemasan pada pasien sebelum dilakukan operasi (preoperative anxiety disorder).
PENGARUH IMMOBILISASI DAN KOMPRESI BANTAL PASIR TERHADAP PENCEGAHAN PERDARAHAN AKSES FEMORAL PASCA PERCUTANEUS CORONARY INTERVENTION (PCI) M. Syamsul Arief; Iis Sriningsih; A. Pangestua -
Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol 1, No 8 (2013): Juni 2013
Publisher : Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (895.01 KB)

Abstract

Immobilisasi dan kompresi bantal pasir merupakan suatu alat dan metode untuk mencegah perdarahan pada akses tusukan pasca tindakan Percutaneus Coronary Intervention (PCI) atau pemasangan stent koroner. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari tindakan immobilisasi dan kompresi bantal pasir dalam mencegah perdarahan pada akses femoral pasca PCI di RSUP Dr Kariadi Semarang. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan desain penelitian pra-eksperimen terhadap 15 responden paska tindakan PCI yang ditentukan dengan teknik total sampling dalam kurun waktu 1 bulan. Penelitian ini dilakukan dengan observasi sebelum dan sesudah immobilisasi dan kompresi bantal pasir dan hasilnya diolah menggunakan tabel silang dan uji hipotesis Mc Nemar Test dengan SPSS. Hasil yang didapatkan dari uji Mc Nemar diperoleh nilai p = 0.03. Dengan demikian ada pengaruh immobilisasi dan kompresi bantal pasir terhadap pencegahan perdarahan akses femoral pasca PCI di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Sehingga disarankan immobilisasi dan kompresi bantal pasir dapat tetap digunakan tetapi harus disertai dengan pengawasan untuk komplikasi lain yang bisa terjadi saat dilakukan perlakuan.Kata kunci: Immobilisasi, Kompresi Bantal Pasir, Pencegahan Perdarahan, Pasca PCI
PENGARUH RESUSITASI CAIRAN TERHADAP STATUS HEMODINAMIK (MAP), DAN STATUS MENTAL (GCS) PADA PASIEN SYOK HIPOVOLEMIK DI IGD RSUD DR. MEOWARDI SURAKARTA Muh Ainun Najib Hidayatulloh; Supriyadi -; Iis Sriningsih
Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol 2, No 4 (2016): Juni 2016
Publisher : Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (782.44 KB)

Abstract

Syok hipovolemik merupakan syok yang terjadi akibat berkurangnya volume plasma di intravaskuler. Syok hipovolemik banyak terjadi pada pasien trauma dan non trauma, syok hipovolemik akibat penyakit diare dengan jumlah korban 1,5 juta jiwamenempati urutan ke 7 dari 10 penyebab kematian di dunia. Penatalaksanaan syok hipovolemik tidak terlepas dari penerapan algoritma ABC, dengan tujuan untuk meningkatkan status hemodinamik (MAP) dan status mental(GCS). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh resusitasi terhadap status hemodinamik (MAP), dan status mental (GCS) pada pasien syok hipovolemik di IGD RSUD Dr. Moewardi Surakarta.Jenis penelitian yang digunakan adalah pra experiment dengan rancangan one group pre test – post test design. Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien yang mengalami syok hipovolemik. Jumlah sampel sebanyak 23 responden. Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah quota sampling. Instrument pada penelitian ini yang digunakan adalah lembar observasi, tensimeter dan stetoskop serta table glascow coma scale (GCS). Sedangkan analisis data digunakan adalah uji Wilcoxon dengan taraf signifikansi p<0,05.Terdapat pengaruh yang bermakna terapi resusitasi cairan terhadap peningkatan status hemodinamik dan status mental. Rata-rata nilai MAP sebelum resusitasi cairan sebesar 64,43 mmHg dengan simpang baku 2,59 dan nilai MAP setelah resusitasi cairan sebesar 72,65 mmHg dengan simpang baku 4,28. Sedangkan rata-rata nilai GCS sebelum resusitasi cairan sebesar 12,3 dengan simpang baku 1,95 dan nilai GCS setelah resusitasi cairan sebesar 13,2 dengan simpang baku 1,82. Hasil uji Wilcoxon didapatkan nilai signifikansi MAP p = 0,000 (p<0,05) dan nilai signifikansi GCS p = 0,001 (p<0,05). Terapi resusitasi cairan memberikan hasil peningkatan status hemodinamik (MAP) dan status mental (GCS) pada pasien dengan syok hipovolemik sehingga efektif untuk perbaikan status hemodinamik dan status mental.   Kata kunci : syok hipovolemik, MAP, GCS, resusitasi cairan
PELATIHAN INSTRUKTUR KLINIK : METODE PERSEPTOR DALAM PEMBELAJARAN KLINIK DI LINGKUNGAN DINAS KESEHATAN KOTA SEMARANG Kurniati Puji Lestari; Joni Siswanto; Iis Sriningsih; Sri Eny Setyowati
Jurnal LINK Vol 15, No 1 (2019): MEI 2019
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (458.38 KB) | DOI: 10.31983/link.v15i1.3923

Abstract

Pembelajaran klinik merupakan kebutuhan primer dalam proses pendidikan tahap profesi ners agar lulusan mampu memberikan layanan kesehatan yang berkualitas. Pembelajaran klinik yang baik harus didukung oleh instruktur klinik yang mampu menjadi role model. Instruktur klinik berwenang dan bertanggung jawab untuk mengatur proses pembelajaran klinik di wahana praktik. Oleh sebab itu dibutuhkan pelatihan untuk meningkatkan pemahaman dan kesiapan instruktur klinik dalam melaksanakan peran dan tanggung jawabnya. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan kejelasan akan peran fungsi dan tanggung jawab instruktur klinis dalam membimbing peserta didik di tatanan klinik. Pemberian materi melalui pendidikan Pembelajaran Klinik, diskusi interaktif dan simulasi pembelajaran klinik. Strategi pembelajaran yang digunakan yaitu ceramah, metode demonstrasi untuk memberikan keterampilan tentang preceptorship dan proses evaluasi, simulasi, metode diskusi, dan pendampingan bimbingan klinik. Berdasarkan hasil evaluasi didapatkan sebagian besar peserta menyatakan tema pelatihan bagus (63,4%), ketepatan waktu cukup (49,6%), suasana bagus (60,1%), kelengkapan materi bagus (70,6%), pelayanan atau sikap penyelenggaraan bagus (61,6%), media atau alat bantu bagus (57,2%). Rerata nilai pembicara sebesar 84,85 (rentang nilai 25-100) termasuk dalam kategori baik. Rerata nilai pre-test sebesar 30,45 dan nilai post-test sebesar 45,5 (rentang nilai 0-100) dengan rerata peningkatan nilai antara pre dan post-test sebesar 10,9. Kegiatan ini dapat meningkatkan pemahaman pembimbing klinik tentang metode perseptorship dan dapat diadopsi untuk dilaksanakan di wahana praktik lain. Ketepatan waktu pelatihan perlu diperhatikan. Evaluasi kegiatan tidak hanya menilai pengetahuan instruktur klinik tetapi juga menilai sikap atau kesiapan dalam pelaksanaan metode preceptorship.