Efi Fitriana
Universitas Padjadjaran

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Adaptasi Employee Well-Being Scale (EWBS) Versi Bahasa Indonesia Tuti Rahmi; Hendriati Agustiani; Diana Harding; Efi Fitriana
JURNAL PSIKOLOGI Vol 17, No 2 (2021): Jurnal Psikologi
Publisher : Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/jp.v17i2.13112

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengadaptasi Employee Well-Being Scale (EWBS) ke dalam versi Bahasa Indonesia. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survey. Terdapat 201 orang karyawan dari perusahaan perkebunan di Indonesia yang mengisi skala penelitian ini. Validitas konstrak dilakukan dengan confirmatory factor analysis dengan menggunakan lisrel 8.8. Validitas konvergen diuji dengan mengkorelasikan EWBS dengan Utrecht Work Engagement Scale (UWES) sedangkan validitas diskriminan diuji dengan mengkorelasikan EWBS dengan Perceived Stress Scale (PSS). Reliabilitas alat ukur menggunakan nilai CR (Constract Reliability). Hasil confirmatory factor analysis menunjukkan bahwa model pengukuran fit dengan data. Begitu juga dengan reliabilitas dari alat ukur ini. Employee well-being berhubungan positif dengan work engagement sebaliknya berhubungan negatif dengan perceived stress. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa EWBS memiliki validitas dan reliabilitas yang cukup baik dan dapat digunakan di Indonesia.
Relasi Ibu-Anak dan Kematangan Emosi Remaja Yatim Duafa Rizky Hasanah; Efi Fitriana; Marisa Fransiska Moeliono
Psympathic : Jurnal Ilmiah Psikologi Vol 7, No 1 (2020): PSYMPATHIC
Publisher : Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/psy.v7i1.7301

Abstract

This study aims to examine association between the mother-child relationship with the emotional maturity of orphan adolescents, using correlational method. Mother-child relationship was measured by the family relation test which consist of 67 items and emotional maturity was measured by the Singh’ emotional maturity scale which contains 47 items. The target population of the study was poor orphans aged between 15 and 18 years who live in Cileunyi Bandung. The number of sample was 30 people who were selected by cluster random sampling. Multiple regression is used to test the research hypothesis. The results showed that the mother-child relationship is significantly correlated with emotional maturity at moderate levels. Specifically the mother-child relationship is significantly related to the dimensions of emotional instability and lack of independence but not related to the other three dimensions of emotional maturity (emotional regression, social maladjustment, personality disintegration).
Comparison of Resilience and Subjective Well-being to Fathers and Mothers Who Have Postlingual Deafness Children Destalya Anggrainy Mogot Pandin; Efi Fitriana; Aulia Iskandarsyah; Juke Siregar
Jurnal Konseling dan Pendidikan Vol 7, No 3 (2019): JKP
Publisher : Indonesian Institute for Counseling, Education and Therapy (IICET)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (46.09 KB) | DOI: 10.29210/134600

Abstract

This study aims to compare the resilience and subjective well-being of fathers with mothers who have postlingual deafness children. Participants in this study were 336 parents (168 fathers and 168 mothers) who had postlingual deafness children, were biological fathers and mothers of postlingual deafness children, lived with their partners and children who experienced postlingual deafness, were able to communicate verbally and in writing using Indonesian good, domiciled in West Java. This research uses a comparative study approach. The instrument used in this study is the CD-RISC which has been modified into Indonesian by Lamsinar & Ratna (2011) and subjective well-being instruments constructed by researchers based on the Diener theory. The findings in this study reveal that there are significant differences in resilience and subjective well-being between fathers and mothers who have postlingual deafness children. Based on the average resilience and average subjective well-being seen in the group, the group of fathers who have postlingual deafness children has a higher score compared to the group of mothers who have postlingual deafness children.
HUBUNGAN QUARTER-LIFE CRISIS DAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA INDIVIDU DEWASA MUDA Tsana Afrani Suyono; Asteria Devy Kumalasari; Efi Fitriana
Jurnal Psikologi Vol 14, No 2 (2021)
Publisher : Universitas Gunadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35760/psi.2021.v14i2.4646

Abstract

Masa dewasa muda ditandai dengan adanya tugas perkembangan untuk mulai mengambil peran dan tanggung jawab sebagai individu yang produktif dalam bidang pekerjaan dan karir, relasi, dan finansial. Pada masa ini, individu dewasa muda mengalami berbagai tantangan dan kesulitan yang dapat memunculkan emosi negatif yang nyata dan sering disebut sebagai quarter-life crisis. Di sisi lain, produktivitas individu juga dipengaruhi oleh tingkat well-being individu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara quarter-life crisis dan subjective well-being pada individu dewasa muda. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode korelasi yang melibatkan 126 responden mahasiswa dalam rentang usia 20-23 tahun yang terpilih menggunakan teknik sampel acak klaster. Pengambilan data dilakukan secara daring menggunakan Google form. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat ukur Quarter-Life Crisis, Satisfaction with Life Scale (SWLS), dan Scale of Positive and Negative Experience (SPANE). Analisis statistik yang digunakan adalah uji korelasi Pearson. Hasil analisa data menunjukkan bahwa quarter-life crisis berkorelasi negatif dengan kepuasan hidup dan afek positif, namun berkorelasi positif terhadap afek negatif. Dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara quarter-life crisis dan subjective well-being.