Johar Arifin
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

BERINTERAKSIDENGAN NONMUSLIM” al-Musalimun”; PERSFEKTIF HADIS Johar Arifin
TOLERANSI: Media Ilmiah Komunikasi Umat Beragama Vol 1, No 1 (2009): Januari - Juni
Publisher : Lembaga penelitian dan pengabdian kepada masyrakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/trs.v1i1.446

Abstract

This paper contains an explanation of the rules of Shari'a perspective Hadith of Prophet Muhammad SAW in interacting with non-Muslim parties in this discussion group focused on the al-Musalimun their peaceful coexistence and not hostile to Islam. This paper tried to investigate how the Prophet interact with respect to the above Qauliyah Sunnah and the Sunnah Fi'liyah, hoping to ward off negative public perception been assumed that the non-Muslim is an enemy that must be fough and was also able to provide a positive contribution to the Government , of Religion, the scholars, traditional leaders and Muslims in general, so it can be realized life in peace, safe, prosperous, spiritual and physical
TINGGINYA ANGKA CERAI GUGAT DI PENGADILAN AGAMA PEKANBARU DAN RELEVANSINYA DENGAN KONSEP KESETARAAN Johar Arifin
Marwah: Jurnal Perempuan, Agama dan Jender Vol 16, No 2 (2017): Marwah
Publisher : Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/marwah.v16i2.4137

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menjawa pertanyaan, apakah ada relevansi konsep kesetaraan gender dengan tingginya angka cerai gugat di PA Pekanbaru? Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian yang dituangkan dalam bentuk kualitatif dengan menggunakan pendekatan gender dalam Islam. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah wawancara dengan pihak-pihak yang berkompeten secara purposive sampling. Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa paradigma kesetaraan gender termasuk faktor penyumbang tingginya cerai gugat di PA Pekanbaru, walaupun bukan sebagai faktor utama. Kesetaraan gender di sini bisa bermakna positif apabila dikaitkan dengan kesadaran hukum bagi perempuan sebagai solusi atas kekisruhan rumah tangga yang dialaminya. Sebaliknya, kesetaraan gender berkonotasi negatif apabila kelebihan yang dimiliki oleh perempuan tersebut dijadikan alasan untuk menggugat cerai suaminya. Walaupun para informan tidak terlalu paham terhadap konsepsi tentang gender, namun secara umum pandangan para informan memiliki kesesuaian konseptual dengan pandangan feminisme liberal, di mana perempuan harus mempunyai hak yang sama dengan laki-laki. 
Maqâṣid Al-Qur’ân In The Interpretation of M. Quraish Shihab About The Verse of Social Media Usage Johar Arifin; Ilyas Husti; Khairunnas Jamal; Afriadi Putra
Jurnal Ushuluddin Vol 28, No 1 (2020): January - June
Publisher : Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/jush.v28i1.7293

Abstract

This article aims to explain maqâṣid al-Qur’ân according to M. Quraish Shihab and its application in interpreting verses related to the use of social media. The problem that will be answered in this article covers two main issues, namely how the perspective of maqâṣid al-Qur’ân according to M. Quraish Shihab and how it is applied in interpreting the verses of the use of social media. The method used is the thematic method, namely discussing verses based on themes. Fr om this study the authors concluded that according to M. Quraish Shihab there are six elements of a large group of universal goals of the al-Qur’ân, namely strengthening the faith, humans as caliphs, unifying books, law enforcement, callers to the ummah of wasathan, and mastering world civilization. The quality of information lies in the strength of the monotheistic dimension which is the highest peak of the Qur’anic maqâṣid. M. Quraish Shihab offers six diction which can be done by recipients of information in interacting on social media. Thus, it aims to usher in the knowledge and understanding of what is conveyed in carrying out human mission as caliph, enlightenment through oral and written, law enforcement, unifying mankind and the universe to the ummah of wasathan, and mastery of world civilization
Klasifikasi Sunnah Tasyri’iyah dan Ghairu Tasyri’iyah Perspektif Pemikiran Ahmad Syah Waliyullah Al-Dahlawi Johar Arifin; M. Ridwan Hasbi
An-Nida' Vol 44, No 1 (2020): January - June
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyrakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/an-nida.v44i1.12500

Abstract

Sebagian ulama yang meyakini bahwa semua sunnah Nabi sebagai hukum yang mengikat sehingga semua yang Nabi harus ditaati, sehingga jika ada pihak yang tidak mengamalkan dianggap inkar sunnah atau sesat. Sedangkan ulama lain berpendapat bahwa selain Rasul, Muhammad juga manusia biasa yang besar dalam budaya dan lokalitas, sehingga hadis yang bersumber dari fitrah manusia untuk meniru Muhammad tidak wajib, karena itu bukan bentuk hukumnya. Selain itu, berbagai macam penemuan dan teknologi membutuhkan penilaian yang cukup cepat terhadap kebutuhan pemahaman hadits Nabi. Interaksi antar budaya yang berkembang dengan ajaran Islam yang bersumber dari teks, untuk kemudian tentunya berhadapan dengan fakta yang lebih berat dan rumit. Menjawab hal tersebut, al-Dahlawi menawarkan pemahamannya tentang konsep hadis dengan klasifikasi sunnah tasyri'iyyah dan ghairu tasyri'iyyah dengan kriteria masing-masing. Menurut al-Dahlawi, hadis tasyri’iyyah adalah hadis yang muncul dari posisi Nabi Saw sebagai seorang Rasul. Sedangkan hadis kategori ghairu tasyri’iyyah adalah hadis yang berasal dari sifat kemanusiaan Muhammad dan tidak wajib untuk ditiru, tapi hanya ideal untuk ditiru.