Masbukin Masbukin
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

AKAL DAN WAHYU; Antara Perdebatan dan Pembelaan dalam Sejarah Masbukin Masbukin; Alimuddin Hassan
TOLERANSI: Media Ilmiah Komunikasi Umat Beragama Vol 8, No 2 (2016): Juli - Desember
Publisher : Lembaga penelitian dan pengabdian kepada masyrakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/trs.v8i2.2476

Abstract

Tulisan ini mendiskusikan tentang peran akal dan wahyu dalam sejarah Islam. Perdebatan ini kemudian melahirkan sikap-sikap intoleransi dalam Islam. Masing-masing bersiteguh akan kebenaran yang dimiliki. Agaknya pada dua abad pertama Islam banyak beredar hadits-hadits yang menjunjung tinggi akal. Tetapi karena hadits-hadits itu lebih mendukung “kaum liberal”, maka dalam perkembangan lebih lanjut dikenakan prasangka sebagai lemah dan tidak sah, sehingga juga tidak banyak dimuat dalam kitab-kitab hadit hasil pembukuan masa-masa sesudahnya
KEMU’JIZATAN AL-QUR’AN Masbukin Masbukin
An-Nida' Vol 37, No 2 (2012): July - December 2012
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyrakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/an-nida.v37i2.326

Abstract

Al-Qur’an is verbum dei and miraculous verses that comes from the Creator of human being and the evidence of the Prophet Muhammad mission and no one able to come with the same verses even the brilliant and smart Arabian poets and it’s memorized by a lot of Muslims all over the world. Why, it’s miracle? Language, Al-Qur’an has a specific literary style which is no one can imitate even a brilliant Arabian poet and man of letters, because it has a valuable structure that is different within every Arabic language structures. It uses their language and words, but it’s not a poetry, a prose, and non a poem. Islamic Jurisdictions, Al-Qur’an is a resource of Islamic doctrine and it’s full of jurisdictions which manages the human life relation with the Creator and human beings. Islamic jurisdiction consists of faith, the principal of morals, worship, and charity. And the other side of the miracle of the al-Qur’an is the difficult signals of the science. It’s proven that al-Qur’an is absolutely not crontradicted the recent discovery based on scientific researches.
REKONTRUKSI FIQH ISLAM: Menuju Fiqh Nusantara Masbukin Masbukin
Nusantara Journal for Southeast Asian Islamic Studies
Publisher : Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/nusantara.v14i1.7136

Abstract

Tulisan ini membincangkan tentang upaya rekonstruksi fiqh yang lebih berwawasan ke-Indonesiaan. Dalam konteks ini, fikih dipahami sebagai pandangan-pandangan keagamaan (baca, fikih) yang digali dari tradisi, kebiasaan, kondisi sosial dan politik Indonesia sendiri. Misalnya gagasan Abdurrahman Wahid tetang pribumisasi Islam, yang menghendaki agar konsep-konsep ajaran universal Islam diadaptasikan dengan nilai-nilai dan kebudayaan lokal yang tumbuh dalam masyarakat. Fiqh Nusantara menghendaki bahwa keputusan-keputusan hukum dalam Islam harus selalu mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan dan konteks lokal masyarakat. Melalui gagasan ini, ia menolak keras proses arabisasi atau mengidentikkan diri dengan budaya Timur Tengah.
SATU TEKS SERIBU TAFSIR Doktrin Pluralitas dalam Alquran Masbukin Masbukin; Maulana Maulana; Arbi Arbi
TOLERANSI: Media Ilmiah Komunikasi Umat Beragama Vol 15, No 1 (2023): Januari - Juni
Publisher : Lembaga penelitian dan pengabdian kepada masyrakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/trs.v15i1.24505

Abstract

Sebagai sebuah teks yang terbuka, Alquran tidak bisa berbicara sendiri, tanpa ada yang membaca. Pembacaan atas teks Alquran akan memunculkan aneka ragam penafsiran atasnya. Pada masa Nabi Muhammad saw, penafsiran ayat-ayat Alqur’an menjadi otoritas beliau. Tidak ada yang menolak maupun membantah kebenaran penafsiran Nabi, namun dalam konteks saat ini, dimana semua umat Islam boleh memberikan tafsir atas ayat-ayat itu, maka tidak ada lagi klaim otoritatif atas kebenaran tafsir mereka. Hal ini menunjukkan bahwa; Pertama, Islam dalam praktek keberagamaannya senantiasa plural, majmuk, tidak tunggal. Penunggalan atas praktek beragama ini, justru akan mempersempit ajaran Islam itu sendiri yang universal dan rahmatan lil-‘alamin; dan Kedua, bahwa Islam adalah agama universal dan tidak bersifat ekslusif. Inklusifisme Islam adalah bahwa keselamatan dapat diperoleh melalui keperayaan kepada Tuhan yang Esa, hari Akhir, dan amal shaleh (konstruktif).