Hamzah S. Fathani
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Harf Jar Min dalam Bahasa Arab: Ragam Mengartikannya ke dalam Bahasa Indonesia Hamzah S. Fathani
Shaut al Arabiyyah Vol 5 No 1 (2017): Jurnal Shaut Al-'Arabiyah
Publisher : Jurusan Pendidikan Bahasa Arab

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/saa.v5i1.2684

Abstract

Tulisan ini membahas mengenai ragam mengartikan min (مِنْ) ke dalam bahasa Indonesia. Ide penulisan masalah ini bermula dari pengalaman membaca beberapa buku yang membahas mengenai min (مِنْ), yang diantaranya dalam memberikan contoh kalimat terbatas pada aspek yang menuntut untuk diartikan dengan kata “dari” semata. Kurangnya literatur yang memaparkan tentang ragam cara mengartikan kata min (مِنْ) ke dalam bahasa Indonesia mendorong untuk dilakukan upaya dengan harapan dapat memberikan informasi sekaligus sumbangsi kepada pelajar pemula bahasa Arab tentang keragaman arti min (مِنْ) tersebut. Menurut tata bahasa Arab, kata min (مِنْ) berfungsi sebagai perubah bunyi akhir pada setiap kata benda atau Ism yang terletak setelahnya, baik kata benda itu berbentuk mufrad (tunggal) dan mutsanna (dual) maupun  jam’ (jamak atau banyak). Kata ini dikenal sebagai harf jar, sedangkan kata benda yang terletak setelahnya disebut dengan ism majrur. Harf jar min (مِنْ) pada umumnya diartikan dengan kata “dari atau daripada”, namun pada sisi yang lain untuk menyesuaikan dengan penggunaan bahasa Indonesia yang benar, kata min (مِنْ) ada kalanya diartikan selain dari kata “dari atau daripada” tersebut bahkan dalam konteks tertentu diartikan dengan kata “kepada” yang merupakan antonim dari kata “dari”. Disamping itu, dengan dasar menyesuaikan konteks dan rasa bahasa Indonesia maka min (مِنْ) tidak diartikan samasekali. Paling tidak terdapat 19 kata yang ditemukan dalam berbagai sumber yang memungkinkan menjadi arti dari kata min (مِنْ), baik sumber itu dari ayat-ayat Al-Qur’an, hadis-hadis nabi maupun naskah Arabiyah lainnya. Teridentifikasi pula bahwa kata min (مِنْ) tersebut ada yang berhubungan dengan ism dzahir, ism dhamir, harf, dan dzaraf. Konteks kalimat dan kata-kata yang menyertai min (مِنْ) itulah yang menyebabkan terjadinya keragaman arti min (مِنْ).
Ridha dalam Konteks Pedagogik (Relevansi antara Nilai dengan Implementasi Pembelajaran) Hamzah S. Fathani
Shaut al Arabiyyah Vol 6 No 1 (2018): Jurnal Shaut Al-'Arabiyah
Publisher : Jurusan Pendidikan Bahasa Arab

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/saa.v6i1.5646

Abstract

التجريدىالرضى عند رأى العام هو كون شعور الحبّ و السّرور و السّمحة و الرّضى المنشوئة من الحزبَين المتفاعلين بينهما واشتراكهما التعاونى و الاتفاق.  كان الرضى طالعا فى أنحاء الحياة الإنسانية متصلة بأشياء قطعية و لا بأشياء سلبية. كثير من الايات القرآنية يتحدث عن الرضى و كلها يتضمن المعانى المتعددة : الحبّ و السّرور و السّمحة و الرّضى كما ذُكِرَ سابقا. متصلة بتربية و شئون تدريس، الرضى متجاول بين المدرسين و الطلاب و أظهر عندما عملية التدريس يقوم بها المدرسون فى الفصل. على حسب علم النفس (psikologi)، المدرس و الطالب يتعارفان و يتعاطفان أن الرضى قد استرك فى عملية التدريس ولو لا يظهرانه فى قولهما إظهارا جليا. الرضى عند المدرسين و الطلاب احد عامل النجاح من عوامل النجاح الأخرى. نجاح الطلاب فى تعلّمهم هو نجاح المدرسين فى تعليمهم او فى عملية مهنتهم التعليمية. ولذلك كان الرضى مكوّنا على الإبعاد الأربعة: سبب نشأة الرضى مثل اخلاق الطالب المحمودة و ابتداء الرضى من المدرس إلى الطالب  و اتجاه الرضى هو مادة التعلم التى يرضاها الطلاب و تركيز الرضى هو نجاح الطلاب على فهم مادة التعليم والتدريس.AbstrakSecara umum, ridha dipahami sebagai perasaan suka, senang, perkenan atau kerelaan,  dan ketulusan yang bersumber dari dua pihak yang berinteraksi atau sedang menjalin kerjasama dan kesepakatan. Ridah dapat terjadi pada seluruh lini kehidupan yang dijalankan secara positif. Dalam Al-Qur’an, banyak ayat tentang ridha dinyatakan dalam berbagai bentuk kata, yang semuanya mengandung makna rela, suka, senang hati, dan perkenan serta kutulusan. Dalam konteks pendidikan, ridha terjadi antara guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik. Ridha di antara keduanya tergambar dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Secara psikologis, baik guru maupun siswa saling mengetahui dan merasakan bahwa “ridha atau tidak ridha” telah ada menyertai kegiatan mereka meskipun tidak menyatakannya secara tegas. Perasaan ridha yang menyertai kegiatan pembelajaran menjadi salah satu faktor keberhasilan, baik bagi guru maupun siswa. Keberhasilan siswa dalam belajar sekaligus merupakan keberhasilan guru dalam menjalankan tugas dan profesinya. Dengan demikian, ada empat dimensi ridha yakni, penyebab terjadinya ridha seperti senang terhadap sikap dan perilaku siswa, subjek rida seperti guru terhadap siswa atau siswa terhadap guru, objek ridha seperti materi pelajaran yang disenangi siswa, dan konsekwensi ridha keberhasilan memahami materi pembelajaran.