Semeidi Husrin
Ministry of marine and fishiers

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

KERENTANAN PESISIR TERHADAP PERUBAHAN IKLIM DI TIMUR LAUT PROVINSI BALI Putra, Aprizon; Husrin, Semeidi; Tanto, Try Al; Pratama, Roka
MAJALAH ILMIAH GLOBE Vol 17, No 1 (2015)
Publisher : Badan Informasi Geospasial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1000.26 KB) | DOI: 10.24895/MIG.2015.17-1.217

Abstract

Secara garis besar, morfologi pesisir timur laut Bali dikategorikan sebagai “Mountainous Coast" yaitu pesisir yang terbentuk dari aktivitas gunung api Tersier-Resen dari gunung Agung (3.142 mdpl). Sungai-sungai yang bermuara umumnya bersifat sub radial karena pengaruh gelombang dan arus laut lebih dominan dari arus sungai, maka beberapa sungai mengalir sejajar dengan garis pantai (spit) sebelum bermuara ke laut. Pengaruh endapan sungai dan gunung api menyebabkan pesisir timur laut Bali memiliki sedimen pasir hitam, kerakal dan bongkah yang terbentuk oleh proses-proses vulkanik. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui zona wilayah pesisir yang rentan terhadap perubahan iklim di timur laut Bali. Metode penelitian yang digunakan yaitu dengan Indeks Kerentanan Pesisir (IKP) dimana data-data yang digunakan terdiri dari data geospasial dan data oseanografi yang diolah menjadi angka-angka secara kuantitatif. Hasil analisa data penelitian menunjukkan, pesisir timur laut Bali dikategorikan sebagai wilayah dengan kerentanan pesisir sedang – sangat tinggi, dimana dari 20 titik pengamatan dengan panjang garis pantai ± 60 km memperlihatkan hasil IKP untuk Profil 3 dan 9 memiliki kerentanan sangat tinggi ( > 4), sedangkan untuk Profil 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 11, 12, 13, 14, 16, 17, 18, 19, dan 20 memiliki kerentanan tinggi (3 – 4), dan Profil 10, 15 memiliki kerentanan sedang (2 – 3).Kata kunci: kerentanan pesisir, perubahan iklim, timur laut BaliABSTRACTIn general, morphology of the northeastern coast of Bali is categorized as "Mountainous Coast" which is a coastal that was formed by volcanic activity Tersier-Resen from Mount Agung (3.142 mdpl).The rivers that empties to the sea generally in a sub radial form due to the influence of waves and ocean currents are more dominant than the rivers, hence several rivers flowi parallelly toward the coastline (spit) before emptying into the sea. Effect of stream sediment and volcanic cause the northeastern coastal Bali contains black sand sediment, gravel and boulders were formed by volcanic processes. The purpose of this study was to determine the coastal zone areas in the Northeastern Bali that are vulnerable to climate change. The method used was a Coastal Vulnerability Index (CVI) where the data used consisted of geospatial and oceanographic data that were processed into quantitative figures. Results of analyses shows that the northeastern coastal Bali categorized as coastal regions with moderate to very high vulnerability. Among the 20 observation points along ± 60 kms coastline,the CVI in Profile 3 and 9 show a very high vulnerability (> 4), while CVI at Profile 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 11, 12, 13, 14, 16, 17, 18, 19 and 20 show high vulnerability (3 – 4), and CVI at Profile 10, 15 show moderate vulnerabilities (2 – 3).Keywords: Coastal Vulnerability, Climate Change, Northeastern Bal
POLA SEBARAN KUALITAS AIR BERDASARKAN KESESUAIAN BAKU MUTU UNTUK BIOTA LAUT DI TELUK KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA Putra, Aprizon; Husrin, Semeidi; Mutmainah, Herdiana
Maspari Journal : Marine Science Research Vol 9, No 1 (2017): Edisi Januari
Publisher : UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1571.312 KB) | DOI: 10.36706/maspari.v9i1.4226

Abstract

Kondisi perairan Teluk Kendari saat ini semakin memprihatinkan, padahal kawasan perairan ini merupakan pelabuhan utama di Provinsi Sulawesi Tenggara. Daerah Aliran Sungai (DAS) Wanggu seluas 339,73 km² merupakan DAS penyumbang sedimen terbesar di perairan Teluk Kendari, dengan laju sedimentasi yang semakin meningkat. Kondisi iniakan menyebabkan terjadinya ancaman terhadap kualitas air untuk biota laut dan lingkungan sekitarnya. Penelitian ini bertujuan menganalisis pola sebaran kualitas air laut berdasarkan KepMen LH No.51 Tahun 2004 tentang baku mutu untuk biota laut. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2015 berdasarkan parameter nilai pH, DO, kekeruhan dan salinitas yang diukur menggunakan alat Water Quality Checker TOA DKK di 25 stasiun titik pengamatan. Data – data yang diperoleh kemudian disesuaikan dengan baku mutu air untuk biota laut dan selanjutnya dilakukan analisis dengan pendekatan spasial menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG). Hasil yang diperoleh menunjukan nilai pH berkisar antara 8,64 – 8,96 ini berarti kondisi pH berada pada kondisi tidak sesuai untuk biota laut, nilai DO berkisar antara 6,57 – 7,29 mg/l ini berarti kondisi DO berada pada kondisi sesuai untuk biota laut, sedangkan nilai salinitas berkisar antara 11,2-33,5% ini berarti pada stasiun 3, 24 dan 25 berada pada kondisi sesuai untuk biota laut dannilai kekeruhan berkisar 1,8 – 64,4 ntu, ini berarti nilai kekeruhan pada stasiun 8, 10, 11, dan 22 berada pada kondisi sesuai untuk biota laut.KATA KUNCI: Biota laut, kualitas air laut, Teluk Kendari.
Perubahan Garis Pantai di Pesisir Cirebon Berdasarkan Analisis Spasial Heriati, Aida; Husrin, Semeidi
REKA GEOMATIKA Vol 2017, No 2
Publisher : Institut Teknologi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1455 KB) | DOI: 10.26760/.v2017i2.1764

Abstract

ABSTRAKInformasi kerusakan daerah Pesisir Utara Jawa bukan hal yang baru. Daerah pesisir Cirebon sebagai salah satu bagian Pesisir Utara Jawa mengalami permasalahan dinamika pesisir yang ditandai oleh erosi dan sedimentasi pantai. Erosi dan sedimentasi merupakan permasalahan mendasar dalam pengelolaan wilayah pesisir. Penelitian ini mengkaji kerusakan pesisir Cirebon ditinjau melalui perubahan garis pantai yang ditimbulkan oleh proses sedimentasi dan erosi yang terjadi secara alami ataupun akibat aktivitas manusia. Pengolahan data satelit Landsat tahun 1999 dan 2013 memberikan informasi sedimentasi dan erosi di sekitar pesisir Cirebon. Hasil perubahan garis pantai dari analisis satelit diverifikasi dengan pengamatan di lapangan dan wawancara dengan masyarakat pesisir yang dilakukan pada Juni 2013. Analisis memperlihatkan perubahan garis pantai di Pesisir Cirebon sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek hidro-oseanografi, morfologi pantai, dan aktivitas manusia. Hasil ini diharapkan dapat menambah informasi mengenai kondisi pesisir di Cirebon yang dapat digunakan dasar dalam pengelolaan kerusakan wilayah pesisir sesuai dengan kondisi real di lapangan.Kata kunci: Cirebon, garis pantai, erosi, akresi, panturaABSTRACTThe damage of coastal area in Northen Java has been known for decades. As part of Northen Java Coastal, Cirebon coastal area suffered from severe damage due to erosion-abrasion phenomenon and turned to be a fundamental problem in coastal area management. This research analyses Cirebon coastal changes by analising shoreline changes induced by long term sedimentation and erosion processes. Landsat data in 1999 and 2013 are used in shoreline change analysis. The sattelite analysis results are verified by field observations and coastal communities interview in June 2013. The results show that the coastline dynamics of Cirebon are strongly influenced by hydro-oceanography aspects, coastal morphology and human activities. This result provides valuable information on the latest conditions of coastal area in Cirebon and this can be used as basis for land use management and future mitigation of costal areas.Keywords: Cirebon, coastlines, erosion, accretion, pantura