Rismawati Yaswir
Bagian Patologi Klinik Dan Kedokteran Laboratorium, Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas, Padang

Published : 39 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 39 Documents
Search

Fisiologi dan Gangguan Keseimbangan Natrium, Kalium dan Klorida serta Pemeriksaan Laboratorium Rismawati Yaswir; Ira Ferawati
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 1, No 2 (2012)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v1i2.48

Abstract

AbstrakElektrolit adalah senyawa di dalam larutan yang berdisosiasi menjadi partikel yang bermuatan (ion) positifatau negatif. Sebagian besar proses metabolisme memerlukan dan dipengaruhi oleh elektrolit. Konsentrasielektrolit yang tidak normal dapat menyebabkan banyak gangguan. Pemeliharaan tekanan osmotik dan distribusibeberapa kompartemen cairan tubuh manusia adalah fungsi utama empat elektrolit mayor, yaitu natrium (Na+),kalium (K+), klorida (Cl-), dan bikarbonat (HCO3-). Pemeriksaan keempat elektrolit mayor tersebut dalam klinisdikenal sebagai ”profil elektrolit. Natrium adalah kation terbanyak dalam cairan ekstrasel, kalium kation terbanyakdalam cairan intrasel dan klorida merupakan anion terbanyak dalam cairan ekstrasel. Jumlah natrium, kalium danklorida dalam tubuh merupakan cermin keseimbangan antara yang masuk terutama dari saluran cerna dan yangkeluar terutama melalui ginjal. Gangguan keseimbangan natrium, kalium dan klorida berupa hipo- dan hiper-. Hipoterjadibila konsentrasi elektrolit tersebut dalam tubuh turun lebih dari beberapa miliekuivalen dibawah nilai normaldan hiper- bila konsentrasinya meningkat diatas normal.Pemeriksaan laboratorium untuk menentukan kadarnatrium, kalium dan klorida adalah dengan metode elektroda ion selektif, spektrofotometer emisi nyala,spektrofotometer atom serapan, spektrofotometri berdasarkan aktivasi enzim, pemeriksaan kadar klorida denganmetode titrasi merkurimeter, dan pemeriksaan kadar klorida dengan metode titrasi kolorimetrik-amperometrik.Kata kunci: elektrolit, keseimbangan, gangguan keseimbanganAbstractElectrolyte is compound in condensation which is disociation become particle which is charged (ion)negative or positive. Most metabolism processes need and influenced by electrolyte. Electrolyte concentrationwhich abnormal can cause many troubles. Conservancy of osmotic pressure and distribution some human beingbody fluid compartment are especial function four major electrolyte, that is natrium (Na+), potassium (K+), chloride(Cl-), and bicarbonate (HCO3-). Fourth Inspection of the major electrolyte in clinic known as "electrolyteprofile”.Sodium is cation many in extracell fluid, potassium is cation many in intrasel fluid, and chloride is anionmany in extracell fluid. Amount of natrium, chloride and potassium in body are balance which enter especially fromdigest and excretion especially through kidney.Balance disorders of natrium, chloride and potassium in the form ofhipo- and hyper-. Hipo- happened when the electrolyte concentration in body go down more than somemiliekuivalen under normal values and hyper- when the concentration of mounting above normal.Laboratoryfindings to determine concentration of natrium, chloride and potassium are with ion selective electrode (ISE)method, flame emission spectrophotometry (FES), atomic absorption spectrophotometry, spektrofotometrypursuant to enzyme activation, determine concentration of chloride with titration method of merkurimeter, and withtitration method of colorimetry-amperometry.Keywords: Electrolyte, balance, balance disorders
Perbandingan Profil Lipid pada Daerah Terpapar dan Tidak Terpapar Emisi PT Semen Padang Yoshie Anto Chicamy; Rismawati Yaswir; Husni Husni
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 8, No 2 (2019): Online Juni 2019
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v8i2.1017

Abstract

Industri semen menghasilkan polutan udara yang berbahaya bagi kesehatan. Polutan seperti Particulate Matter (PM) dapat memengaruhi metabolisme lipid melalui mekanisme stres oksidatif, disfungsi endotel, dan inflamasi sehingga meningkatkan kadar kolesterol total, kolesterol low density lipoprotein (LDL), trigliserida, dan penurunan kolesterol high density lipoprotein (HDL). Tujuan penelitian ini adalah membandingkan profil lipid penduduk daerah terpapar dengan tidak terpapar emisi debu pabrik PT. Semen Padang. Penelitian ini merupakan studi analitik dengan rancangan potong lintang terhadap profil lipid masyarakat yang tinggal di daerah terpapar dan daerah tidak terpapar emisi debu pabrik, mulai bulan Juni 2015 sampai September 2016. Analisis statistik menggunakan uji t terhadap data berdistribusi normal, dan uji Mann- Whitney terhadap data berdistribusi tidak normal. Bermakna secara statistik apabila nilai p < 0,05. Sampel penelitian sebanyak 96 orang pada daerah tepapar dan 93 orang pada daerah tidak terpapar. Rerata profil lipid pada daerah terpapar: kadar kolesterol total 177,7 ± 40,1, mg/dL, kolesterol LDL 107,9 ± 34,3 mg/dL, kolesterol HDL 50,7 ± 11,3 mg/dL dan trigliserida 95,9 ± 42,6mg/dL. Pada daerah tidak terpapar: kadar kolesterol total 187,7 ± 46,4, mg/dL, kolesterol LDL 118,5 ± 39,6 mg/dL, kolesterol HDL 48,7 ± 9,9 mg/dL dan trigliserida 100,9 ± 55,8 mg/dL. Profil lipid kedua kelompok tidak menunjukkan perbedaan bermakna (p>0,05). Tidak berbeda kadar profil lipid daerah terpapar dengan daerah tidak terpapar.
Gambaran Jumlah Trombosit Berdasarkan Berat Ringannya Penyakit pada Pasien Sirosis Hati dengan Perdarahan di RSUP Dr. M. Djamil Padang Fadhillah Al Hijjah; Rismawati Yaswir; Nur Afrianin Syah
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 6, No 3 (2017)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v6i3.746

Abstract

Komplikasi yang sering terjadi pada pasien sirosis hati adalah perdarahan yang dapat disebabkan oleh penghancuran sel-sel darah berlebihan sehingga berakibat terhadap penurunan jumlah sel-sel darah termasuk trombosit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran jumlah trombosit berdasarkan berat ringannya penyakit pada pasien sirosis hati dengan perdarahan di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Penelitian ini merupakan studi deskriptif retrospektif. Sampel penelitian berjumlah 78 orang yang merupakan pasien sirosis hati dengan perdarahan yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Nilai trombosit yang digunakan adalah nilai trombosit yang diukur menggunakan alat hematology analyzer. Data kemudian dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel. Hasil penelitian menunjukkan penderita terbanyak sirosis hati dengan perdarahan pada kelompok umur 58 - 63 tahun dan penderita terbanyak adalah laki-laki, yaitu sebanyak 56 (71,8%) orang. Sebanyak 52 (66,7%) penderita sirosis hati dengan perdarahan memiliki jumlah trombosit yang rendah. Klasifikasi penyakit sirosis hati perdarahan Child A sebanyak 11 (14,1%) orang dengan rerata jumlah trombosit 192.181/mm3, Child B sebanyak 32 (41%) orang dengan rerata jumlah trombosit 155.687/mm3, dan Child C sebanyak 35 (44,9%) orang dengan rerata jumlah trombosit 96.485/mm3. Simpulan hasil penelitian ini adalah jumlah trombosit pasien sirosis hati dengan perdarahan semakin menurun sesuai dengan derajat berat ringannya penyakit sirosis hati.
Gambaran Castelli’s Risk Index-1 pada Pasien Sindrom Koroner Akut di RSUP Dr. M. Djamil Padang Eka Musmita Sabebegen; Rismawati Yaswir; Efrida Efrida
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 10, No 2 (2021): Online July 2021
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v10i2.1719

Abstract

Atherogenic dyslipidemia is one of the risk factors for the acute coronary syndrome (ACS). Castelli's risk index-1 (CRI-1) is one of which risk markers for ACS. Castelli's risk index-1 is the ratio of total cholesterol and HDL cholesterol. The test is cheap and easy to do in the hospital setting. Objectives: To described CRI-1 in ACS patients in Dr. M. Djamil Padang Hospital. Methods: This descriptive study was carried out in the central laboratory and the CardioVascular Care Unit (CVCU) of Dr. M. Djamil Hospital Padang from September 2017 to September 2018. The population was all ACS patients who have been diagnosed by the clinician. The samples were part of the population that meet the inclusion and exclusion criteria. Colorimetric enzymatic method using automated clinical chemistry used to measure total cholesterol and HDL cholesterol. Results: This study used CRI-1> 4. Data were presented descriptively in a frequency distribution table. Seventy ACS patients were consisting of 50 (71.43%) males and 20 (28.57%) females, with a median age of 60.1 (8.93) years old. The median total cholesterol and HDL cholesterol levels were 178.66 (46.84) mg / dL respectively and 35.71 (10.86) mg / dL. CRI-1 mean is 5.43 (2.27). 81.43% CRI-1 subject results were more than four. Conclusion: The low levels of HDL cholesterol and within normal median total cholesterol level made CRI-1 value increased.Keywords: Acute coronary syndrome, Castelli’s risk index-1
Pemeriksaan Laboratorium Cystatin C Untuk Uji Fungsi Ginjal Rismawati Yaswir; Afrida Maiyesi
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 1, No 1 (2012)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v1i1.11

Abstract

Abstrak Cystatin C merupakan protein berat molekul rendah (13kD) yang disintesis oleh semua sel berinti dan ditemukan diberbagai cairan tubuh manusia. Cystatin C difiltrasi bebas oleh glomerulus dan tidak disekresi, kemudian direabsorpsi tetapi mengalami katabolisme hampir lengkap oleh sel epitel tubulus proksimal ginjal, sehingga tidak ada yang kembali kedarah, dengan demikian kadarnya dalam darah menggambarkan LFG, sehingga dapat dikatakan CysC merupakan penanda endogen yang mendekati ideal. Pemeriksaan CysC dapat dilakukan untuk menentukan kadar LFG pada neonatus, anak dan dewasa, karena Kadar CysC tidak dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, tinggi dan berat badan, inflamasi, massa otot, hormonal, dan ras. Pemeriksaan LFG dengan CysC tidak ada variasi diurnal seperti kreatinin, sedangkan variasi biologik lebih baik daripada kreatinin. Penurunan ringan fungsi ginjal lebih cepat terdeteksi oleh CysC daripada kreatinin. Untuk menilai penurunan LFG, nilai sensitivitas, spesifisitas, dan efisiensi diagnostik CysC yang paling baik (98%) didapatkan jika digunakan titik potong batas atas kadar CysC 1,31 mg/l. Pemeriksaaan kadar CysC urine dapat dilakukan untuk mengetahui adanya disfungsi tubulus proksimal. Pemeriksaan CysC dapat dilakukan dengan metode ELISA, PETIA dan PENIA, metode PENIA presisinya lebih baik dan rentang nilai normalnya lebih stabil. Sampel untuk pemeriksaan CysC dapat dipergunakan serum, plasma EDTA dan heparin, urine, serta mulai diteliti penggunaan sampel darah kapiler sehingga dapat digunakan pada pasien yang pengambilan darah vena sulit dilakukan seperti pada bayi dan anak. Kata kunci: Laju filtrasi glomerulus/LFG, Cystatin C/CysC Abstract Cystatin C is a low molecular weight (13kD) protein is synthesized by all nucleated cells and are found in various human body fluid. Cystatin C is freely filtered by the renal glomerulus and not secreted, reabsorbed, but then suffered a nearly complete catabolized by proximal tubular epithelial cells, so that no one returned into the blood, thus describing GFR level in the blood, so it can be said endogenous CysC is marker close to ideal. Serum CysC assay has been introduced as a marker of GFR in children as well as adults. Cys-C levels are independent of age, gender, height and weight, muscle mass, inflamatory condition, hormone and ras. Serum CysC also is a good marker of GFR in neonates. Measurement of GFR with CysC no diurnal variation such as creatinine, whereas the biological variation is better than creatinine.. Mild decrease in renal function detected by CysC faster than creatinine. To assess the reduction in LFG, the sensitivity, specificity, and diagnostic efficiency of the most well CysC (98%) obtained when used above the cut off limit CysC levels of 1.31 mg/l. Urine levels of CysC can be done to determine the presence of proximal tubular dysfunction. Cystatin C examination can be done by ELISA, PETIA and PENIA methods. PENIA method precision is better and more stable range of normal value. Samples for the measurement of CysC can be used by serum, EDTA and heparin plasma, urine, and began to study the use of capillary blood samples that can be used in patient with difficult venous sampling as in infants and children. Keywords: Glomerular filtation rate/GFR, Cystatin C/CysC
Profil Penderita Leukemia Mieloblastik Akut di Bagian Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang Bayu Rahmadin; Irza Wahid; Rismawati Yaswir
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 6, No 3 (2017)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v6i3.728

Abstract

Jenis leukemia yang paling umum ditemukan pada orang dewasa adalah leukemia mieloblastik akut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui profil penderita Leukemia Mieloblastik Akut di bagian Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang. Penelitian ini bersifat deskriptif retrospektif yang dilaksanakan pada Februari – Mei 2015. Populasi penelitian ini adalah semua pasien leukemia mieloblastik akut yang dirawat di bagian penyakit dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang antara Januari 2014 sampai Desember 2014. Sampel untuk penelitian ini adalah bagian dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi yaitu berjumlah 35 orang. Data diambil melalui rekam medis dan pengolahan data dilakukan secara manual. Hasil penelitian ditemukan pasien leukemia mieloblastik akut terbanyak pada kelompok umur 20-39 tahun sebanyak 16 orang (45,71%). Berdasarkan jenis kelamin, lebih banyak ditemukan pada perempuan sebanyak 18 orang (51,43%). Berdasarkan klasifikasi French-American-British (FAB), tipe leukemia mieloblastik akut yang terbanyak yaitu tipe M4 sebanyak 20 orang (57,14%). Sebanyak 17 orang mengalami anemia berat (48,57%). Terdapat 21 orang mengalami hiperleukositosis (60%). Seluruh pasien leukemia mieloblastik akut mengalami trombositopenia (100%). Terdapat 32 orang dengan presentasi blast >30% (91,43%).
Korelasi Glukosa Kapiler Metode Glucose Dehidrogenase-Nicotinamide Adenine Dinucleotide Dengan Glukosa Serum Metode Heksokinase Syarifah Tridani Fitria; Rismawati Yaswir; Efrida Efrida
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 10, No 3 (2021): Online November 2021
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v10i3.1827

Abstract

Rapid and accurate measurement of capillary glucose level using point-of-care testing (POCT) is needed to maintain the patient’s normoglycemic status in obtaining adequate management. The glucose POCT method should be evaluated to determine analytical performance by comparing with the hexokinase method as a reference method to provide accurate and reliable results. Objectives: To determined the correlation between capillary glucose using glucose dehydrogenase-nicotinamide adenine dinucleotide (GDH-NAD)  and serum glucose hexokinase methods. Methods:  This analytic cross-sectional study on 42 outpatients who underwent fasting blood glucose examination at Dr. M Djamil Padang General Hospital. This study was conducted from February until September 2020. Capillary fasting blood glucose was measured using glucose POCT GDH-NAD method and serum glucose with hexokinase method. The Spearman correlation test was used to analyze data, significant if p<0.05. Results: The subjects were 28 male (66.7%),14 female (33.3%) with mean age and hematocrit level was 56.12±12.97 years and 40.90±2.42%, respectively. The median capillary glucose GDH-NAD method and serum glucose hexokinase method were 100.00 mg/dL each, with a median difference was 3.00 mg/dL. Spearman correlation test showed very strong positive correlation and statistically significant (r=0,961;p=<0,001). Conclusion: Capillary glucose GDH-NAD method had a very strong positive correlation with serum glucose hexokinase method.Keywords:  hexokinase, fasting glucose level, GDH-NAD, glucose POCT
Perbandingan Kadar Ureum dan Kreatinin Serum Masyarakat Terpapar dengan Tidak Terpapar Emisi Pabrik PT. Semen Padang Mira Purwinanty; Rismawati Yaswir; Efrida Efrida
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 7 (2018): Supplement 2
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v7i0.824

Abstract

Emisi pabrik semen tidak hanya berisiko pada pekerja di pabrik semen, tetapi berdampak pada penduduk yang tinggal di daerah sekitarnya. Penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa konsentrasi PM (particulate matter) di udara memiliki korelasi dengan tingkat mortalitas dan morbiditas. Emisi pabrik semen terutama particulate matter bersifat nefrotoksik. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbandingan kadar ureum dan kreatinin masyarakat yang terpapar dengan tidak terpapar emisi pabrik semen. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan rancangan potong lintang terhadap 152 subjek terpapar dan 169 subjek tidak terpapar dari bulan Juni 2015-September 2016. Parameter yang diperiksa adalah ureum menggunakan metode enzimatik (glutamat dehidrogenase) dan pemeriksaan kreatinin menggunakan metode kolorimetri (Jaffe). Hasil pemeriksaan dianalisis menggunakan uji t, bermakna bila p <0,05. Subjek penelitian daerah terpapar terdiri dari laki-laki 33 orang (21,7%) dan perempuan 119 orang (78,3%) dengan rentang umur 19-75 tahun sedangkan daerah tidak terpapar terdiri dari laki-laki 18 orang (10,7%) dan perempuan 151 orang (89,3%) dengan rentang umur 20-80 tahun. Kadar rerata ureum daerah terpapar 17,53(6,7) mg/dL dan kadar rerata ureum daerah tidak terpapar 17,22(5,1) mg/dL, hasil statistik tidak menunjukkan perbedaan bermakna (p<0,05). Kadar rerata kreatinin daerah terpapar 0,85(0,3) mg/dL dan kadar rerata kreatinin daerah tidak terpapar 0,79(0,2) mg/dL, hasil statistik menunjukkan perbedaan bermakna (p <0,05). Kadar kreatinin pada masyarakat terpapar emisi pabrik PT. Semen Padang lebih tinggi tetapi masih dalam batas normal sedangkan kadar ureum tidak menunjukkan perbedaan. Penelitian kohort prospektif diperlukan untuk mendapatkan gambaran perjalanan penyakit berdasarkan lama paparan.
Hubungan Jumlah Trombosit dengan Nilai Hematokrit pada Penderita Demam Berdarah Dengue dengan Manifestasi Perdarahan Spontan di RSUP Dr. M. Djamil Padang Wardhy Arief Hidayat; Rismawati Yaswir; Arina Widya Murni
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v6i2.719

Abstract

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Pemeriksaan jumlah trombosit dan nilai hematokrit menjadi indikator diagnosis DBD. Tujuan penelitian ini adalah menentukan hubungan jumlah trombosit dengan nilai hematokrit pada penderita demam berdarah dengue dengan manifestasi perdarahan spontan di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Penelitian retrospektif telah dilakukan terhadap 138 pasien DBD di RSUP Dr. M. Djamil Padang periode Januari 2013 – Desember 2013. Data yang diambil dari Instalasi Rekam Medis adalah jumlah trombosit dan nilai hematokrit yang diperiksa dengan menggunakan alat otomatis Pentra-60. Data dianalisis menggunakan uji korelasi Spearman. Hasil dari penelitian ini didapatkan rata-rata jumlah trombosit adalah 49.779 ± 35.058 sel/mm3, sedangkan rata-rata nilai hematokrit adalah 43,6 ± 6,4%. Analisis data hubungan jumlah trombosit dan nilai hematokrit didapatkan nilai koefisien korelasi Spearman (r) sebesar -0, 047 dan nilai signifikasi p>0,05. Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jumlah trombosit dengan nilai hematokrit.
Korelasi Kadar Adiponektin dengan Kadar Glukosa Puasa pada Penyandang Obes Isphandra Bakma; Rismawati Yaswir; Desywar Desywar; Efrida Efrida
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 9, No 3 (2020): Online September 2020
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v9i3.1340

Abstract

Akumulasi lemak tubuh abnormal dan berlebih pada obesitas menyebabkan low grade inflammation sel adiposit yang berkontribusi terhadap penurunan kadar adiponektin. Adiponektin berperan dalam metabolisme glukosa, sehingga kondisi hipoadiponektinemia dapat menyebabkan gangguan metabolisme glukosa. Tujuan: menentukan korelasi kadar adiponektin dengan kadar glukosa puasa pada penyandang obes. Metode: Penelitian ini merupakan studi analitik dengan rancangan potong-lintang terhadap 25 orang penyandang obes yang bekerja di Instalasi Laboratorium Sentral RSUP Dr. M. Djamil Padang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Penelitian dilakukan mulai bulan September 2018 sampai September 2019. Kadar adiponektin diperiksa dengan metode Elisa two-step sandwich enzyme immunoassay dan kadar glukosa puasa diperiksa dengan metode heksokinase. Data dianalisis dengan uji korelasi Pearson, bermakna jika p<0,05. Hasil: Subjek penelitian terdiri dari laki-laki 8 orang (32,0%) dan perempuan 17 orang (68,0%). Rerata umur adalah 33,5 (6,0) tahun dengan rentang 23-52 tahun. Rerata indeks massa tubuh adalah 34,0 (3,6) kg/m2. Rerata kadar adiponektin adalah 2,8 (1,5) μg/mL dan rerata kadar glukosa puasa adalah 92,8 (11,4) mg/dL. Uji korelasi Pearson menunjukkan korelasi negatif lemah antara log-adiponektin dengan kadar glukosa puasa dan tidak bermakna secara statistik (r= -0,217, p= 0,298). Simpulan: Tidak terdapat korelasi kadar adiponektin dengan kadar glukosa puasa pada penyandang obes.Kata kunci: adiponektin, glukosa puasa, inflamasi adiposit, obesitas