Claim Missing Document
Check
Articles

PERUBAHAN SOSIAL PETANI PENERIMA PROGRAM BUMDES AGENG DI DESA NGROTO KECAMATAN PUJON KABUPATEN MALANG Meylavinasari, Kiki; Purnomo, Agus; Ruja, I Nyoman
Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 9, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jish-undiksha.v9i2.17778

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perubahan sosial pada petani penerima program BUMDes Ageng Desa Ngroto Kecamatan Pujon Kabupaten Malang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan sumber data sekunder. Teknik pengumpulan data ada tiga, yaitu wawancara, observasi, dan dokumentasi. Simpulan penelitian ini adalah BUMDes memberikan perubahan pada kondisi sosial masyarakat Desa Ngroto khususnya para petani. Perubahan sosial mempengaruhi mata pencaharian, interaksi, pendapatan, pendidikan. Petani di Desa Ngroto memilih menggunakan pinjaman usaha bibit di BUMDes Ageng karena lebih menguntungkan bagi kondisi sosial petani.Program yang diberikan BUMDes Ageng juga berhasil mengentaskan sebagian Rumah Tangga Hampir Miskin di Desa Ngroto dari 477 KK menjadi 27 KK.
EKSISTENSI KESENIAN BESUTAN SEBAGAI IDENTITAS BUDAYA KABUPATEN JOMBANG Muazaroh, Lailil Nadhifatul; Ruja, I Nyoman; Wahyuningtyas, Neni
Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 10, No 2 (2021)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jish-undiksha.v10i2.29301

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis eksistensi kesenian Besutan di Kabupaten Jombang. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa pengamatan, wawancara, dokumentasi, dan divalidasi menggunakan triangulasi. Data yang telah berhasil dikumpulkan kemudian dianalisis menggunakan konsep analisis data model interaktif. Hasil penelitian menyatakan bahwa kesenian besutan merupakan kesenian tradisional yang muncul pada tahun 1907.  Besutan pertama kali dibawakan oleh Pak Santik dengan cara amen atau berkeliling dari rumah ke rumah dengan menghias dirinya dengan cara mencoret-coret wajahnya. Namun sekarang kesenian Besutan menjadi kesenian yang jarang ditemui, oleh karena itu pemerintah dan pelaku seni melakukan berbagai upaya agar kesenian Besutan menjadi kesenian yang tetap ada dan dinikmati oleh semua masyarakat terutama masyarakat Kabupaten Jombang.
Konstruksi Sosial Kesenian Tari Lengger di Probolinggo Endika Priambodo Susanto; I Nyoman Ruja; Nurul Ratnawati
MAHARSI Vol 2 No 2 (2020): Maharsi : Jurnal Pendidikan Sejarah dan Sosiologi
Publisher : IKIP BUDI UTOMO MALANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33503/maharsi.v2i2.862

Abstract

Tari Lengger merupakan salah satu bentuk kesenian daerah di Kelurahan Mangunharjo Kecamatan Mayangan Probolinggo. Pertunjukkan Tari Lengger ini, sampai sekarang masih eksis. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini akan mengkaji konstruksi sosial dari Tari Lengger sebagai salah satu kesenian yang sejak dahulu sudah ada dan bertahan hingga saat ini. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data diperoleh dari sumber primer dan sekunder. Informan dalam penelitian ini terdiri dari informan kunci dan pendukung. Penelitian ini terdiri dari tahap pra lapangan, lapangan, analisis, serta pelaporan. Teknik analisis penelitian ini menggunakan model interaktif Miles dan Huberman. Hasil penelitian yang diperoleh di lapangan yaitu sejarah Tari Lengger, bentuk penyajian Tari Lengger beserta komponen pendukungnya, dan cara mempertahankan Tari Lengger.
MAKNA SIMBOLIS TRADISI SEDEKAH LAUT LONGKANGAN DI PANTAI BLADO KECAMATAN MUNJUNGAN, KABUPATEN TRENGGALEK Nandiata Ayu Palanjuta; I Nyoman Ruja
ETNOREFLIKA: Jurnal Sosial dan Budaya Vol 11 No 1 (2022): Volume 11, Nomor 1, Februari 2022
Publisher : Laboratorium Jurusan Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/etnoreflika.v11i1.1432

Abstract

Sedekah Laut (Coastal Thanksgiving) is a tradition inherent to coastal communities or fishermen in Indonesia. The implementation of Sedekah Laut has a characteristic difference, both from ritual addressing to implementation. Although sea charity has the same purpose - as a means of giving thanks to God Almighty for the blessings that have been given- Munjungan people also has a Sedekah Laut tradition commonly called the Longkangan traditional ceremony. This tradition is routinely held annually in the month of Dzulkaidah on the Hijri or Sela calendar on the Javanese calendar. The implementation of tradition has a procession and symbolic meaning. This research aims to describe and analyze the implementation process and the meaning of Longkangan Ceremony tradition. This research used descriptive qualitative research methods with data collection techniques consisting of observation; interview; and documentation. Triangulation technique was also used to analyze the data that has been collected to obtain the validity of data according to the theory of symbolic interactionism according to George Herbert Mead and the concept of customary ceremonies according to Koentjaningrat. The results of study are the stages of Longkangan traditional ceremonies held twice in one day, the procession of Labuh Laut by Tumpeng Agung in the morning followed by officials and the Muspika (District-Level Executive Conference) as the patron of Munjungan District and the core ceremony at night followed by guests Breng Kidul. Each stage of this tradition procession also has a specific symbolic meaning. Hopefully, the historical manuscript of Longkangan traditional ceremonies can be recorded and can be studied by the younger generation, especially the Munjungan community.
Persepsi Petani Tentang Pemanfaatan Lahan Pekarangan Sebagai Tambahan Pendapatan Keluarga di Dusun Dermo Kecamatan Dau Kabupaten Malang I Nyoman Ruja
Jurnal Pendidikan Geografi Vol 7, No 1 (2000)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/pg.v7i1.2048

Abstract

Penelitian ini bertujuan ingin mengetahui: (1) Tingkat pemanfaatan lahan pekarangan sebagai tambahan pendapatan keluarga; (2) Seberapa besar tingkat pendapatan keluarga berpengaruh terhadap tingkat pemanfaatan lahan pekarangan sebagai tambahan pendapatan keluarga; (3) Seberapa besar tingkat persepsi kepala keluarga tentang pemanfaatan lahan pekarangan berpengaruh terhadap tingkat pemanfaatan lahan pekarangan sebagai tambahan pendapatan keluarga; dan (4) Seberapa besar luas lahan pekarangan yang dimiliki berpengaruh terhadap tingkat pemanfaatannya sebagai altematif tambahan pendapatan keluarga. Sebagai populasi dalam penelitian ini adalah semua kepala keluarga yang memiliki mata pencaharian sebagai petani yang bertempat tinggal di Dusun Dermo, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Besamya sampel yang diambil ditetapkan sebanyak 100 kepala keluarga. Penentuan sampel responden dilakukan dengan teknik "Random Sampling". Sesuai dengan tujuan dan hipotesis, maka analisis data yang digunakan adalah Statistik Deskriptif untuk masing-masing ubahan, analisis Korelasi, dan Koefisien Determinasi.Tingkat pemanfaatan lahan pekarangan sebagai altematif tambahan pendapatan keluarga masih relatif rendah yaitu hanya 7 responden. (7 %) dari 100 responden yang tergolong tinggi, 55 responden (55 %)tergolong sedang, dan sebanyak 38 responden (38 %) tergolong rendah. Antara tingkat pendapatan keluarga dengan tingkat pemanfaatan lahan pekarangan sebagai altematif tambahan pendapatan keluarga tidak memiliki hubungan yang signifikan yaitu rh = 0,1545 rt = 0,195.Terdapat hubungan yang signiflkan antara tingkat persepsi kepala keluarga tentang pemanfaatan lahan pekarangan dengan tingkat pemanfaatan lahan pekarangan, pada taraf signifikansi 0,05 didapatkan rh = rt = 0,195. Nilai koefisien korelasi antara luas pemilikan lahan pekarangan dengan tingkat pemanfaatan lahan pekarangan sebesar rh = -0,2620 rt = 0, I 95, berarti terdapat hubungan yang signifikan. Kontribusi yang terbesar untuk tercapainya tingkat pemanfaatan lahan pekarangan yang tinggi diberikan oleh variabel luas pemilikan lahan pekarangan, yaitu sebesar 0,068644, kontribusi kedua adalah variabel tingkat persepsi kepala keluarga terhadap pemanfaatan lahanan pekarangan sebesar 0,04605316, dan kontribusi terkecil adalah variabel tingkat pendapatan keluarga yaitu sebesar 0,02387025.
SURVEY PERMASALAHAN IMPLEMENTASI KURIKULUM NASIONAL 2013 MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI JAWA TIMUR I Nyoman Ruja; Sukamto Sukamto
Jurnal Sejarah dan Budaya Vol 9, No 2 (2015): Desember
Publisher : Jurnal Sejarah dan Budaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (530.111 KB) | DOI: 10.17977/sb.v9i2.5001

Abstract

Abstrak: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa permasalahan yang dihadapai guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dalam implementasi Kurikulum Nasional 2013 yaitu 1) belum siapnya guru-guru di lapangan dalam arti sosialisasi Kurikulum Nasional 2013 dan pelatihan-pelatihan terlalu singkat, sehingga guru merasa belum siap; guru-guru mata pelajaran IPS berasal dari latar belakang salah satu disiplin ilmu, sehingga merasa kesulitan dalam mengajarkan Ilmu Pengetahuan Sosial; keterampilan penggunaan teknologi sebagian besar guru masih relatif rendah; fasilitas terkait dengan informasi dan teknologi yang tersedia di sekolah masih relatif terbatas; 2) Guru masih mengalami kesulitan dalam membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaraan, walaupun sudah ada silabusdan buku guru; 3) Guru masih mengalami kesulitan dalam penilaian atau  evaluasi. Sementara, harapan-harapan yang ingin dicapai guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dalam penerapan Kurikulum Nasional 2013 adalah (1) perlunya penyederhanaan dalam penilaian; (2) untuk membuat tematik dibutuhkan sebuah tempat atau model yang wujudnya nyata, misalnya laboratorium Ilmu Pengetahuan Sosial; (3) bagaimana memprioritaskanantara kedalaman materi dengan kemampuan berpikir siswa; (4) diharapkanpembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang semula hanya 4 Jam Pelajaran bisa ditambah menjadi 6 Jam Pelajaran; (5) Perlunya menyamakan mindset tentang Kurikulum Nasional 2013.Kata-kata kunci: permasalahan, harapan, implementasi, Kurikulum Nasional 2013Abstract. The findings show that the existed problems are faced by teachers of social studies in implementing the 2013 national curriculum. Those are (1) the unpreparedness of teachers because of the short socialization of the 2013 national curriculum. The other reasons might be the teachers are come from the monodiscipline of science, the lack of technological competence, and the limited facilities of information and technology in school; (2) however the teachers have syllabi and the teacher’s guidance book but they still face a difficulty relating the lesson plan; and (3) teachers still face a difficulty in evaluating the learning outcome. In addition, the hopes of social studies teachers are (1) simplifying of the evaluation; (2) making the real model of learning such as social studieslaboratory; (3) prioritizing the depth substance based on the student’s thinking skill; 4) adding the learning time from 4 hours to 6 hours; (5) synchronizing the mindset of teacher on the 2013 national curriculum.Keywords: problem, hope, implementation, 2013 national curriculum
PERUBAHAN SOSIAL PETANI PENERIMA PROGRAM BUMDES AGENG DI DESA NGROTO KECAMATAN PUJON KABUPATEN MALANG Kiki Meylavinasari; Agus Purnomo; I Nyoman Ruja
Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol. 9 No. 2 (2020)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jish-undiksha.v9i2.17778

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perubahan sosial pada petani penerima program BUMDes Ageng Desa Ngroto Kecamatan Pujon Kabupaten Malang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan sumber data sekunder. Teknik pengumpulan data ada tiga, yaitu wawancara, observasi, dan dokumentasi. Simpulan penelitian ini adalah BUMDes memberikan perubahan pada kondisi sosial masyarakat Desa Ngroto khususnya para petani. Perubahan sosial mempengaruhi mata pencaharian, interaksi, pendapatan, pendidikan. Petani di Desa Ngroto memilih menggunakan pinjaman usaha bibit di BUMDes Ageng karena lebih menguntungkan bagi kondisi sosial petani.Program yang diberikan BUMDes Ageng juga berhasil mengentaskan sebagian Rumah Tangga Hampir Miskin di Desa Ngroto dari 477 KK menjadi 27 KK.
EKSISTENSI KESENIAN BESUTAN SEBAGAI IDENTITAS BUDAYA KABUPATEN JOMBANG Lailil Nadhifatul Muazaroh; I Nyoman Ruja; Neni Wahyuningtyas
Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol. 10 No. 2 (2021)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jish-undiksha.v10i2.29301

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis eksistensi kesenian Besutan di Kabupaten Jombang. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa pengamatan, wawancara, dokumentasi, dan divalidasi menggunakan triangulasi. Data yang telah berhasil dikumpulkan kemudian dianalisis menggunakan konsep analisis data model interaktif. Hasil penelitian menyatakan bahwa kesenian besutan merupakan kesenian tradisional yang muncul pada tahun 1907.  Besutan pertama kali dibawakan oleh Pak Santik dengan cara amen atau berkeliling dari rumah ke rumah dengan menghias dirinya dengan cara mencoret-coret wajahnya. Namun sekarang kesenian Besutan menjadi kesenian yang jarang ditemui, oleh karena itu pemerintah dan pelaku seni melakukan berbagai upaya agar kesenian Besutan menjadi kesenian yang tetap ada dan dinikmati oleh semua masyarakat terutama masyarakat Kabupaten Jombang.
KAJIAN SOSIAL-BUDAYA RAMBU SOLO’ DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK Fuad Guntara; Ach. Fatchan; I Nyoman Ruja
Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan Vol.1, No.2, Februari 2016
Publisher : Graduate School of Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (407.552 KB) | DOI: 10.17977/jp.v1i2.6116

Abstract

This study focused on the analysis of social culture of rambu solo’ in growing the learners’ character. The problems of generations of one country was affected by globalization growth. It causes the need of implementing the educational character. The ceremony of rambu solo’ which brings social and religious value can be identified as social cultural aspect in ceremony rambu solo’. This research was a library research using descriptive approach. The results were: a). The ceremony is held to unite the family. b). to devide the heritage of family. c). to state prestige. d). to work together and become responsible. e). to develop art of custom. f). to donate wealth as a charity. This ceremony rambu solo’ enables to be designed as a reference of learning of character education because it is appropriate with the need of learners’ character expected by Indonesia.Kajian sosial-budaya rambu solo’ dalam pembentukan karakater peserta didik. Permasalahan karakter generasi bangsa merupakan dampak dari globalisasi. Hal tersebut menyebabkan perlunya penanaman pendidikan berkarakter. Upacara rambu solo’ yang memiliki nilai sosial dan religus dapat dijadikan sebagai bahan ajar pendidikan berkarakter. Tujuan Penelitian ini yaitu untuk mengetahui aspek sosial-budaya dalam upacara rambu solo’ di Toraja. Penelitian ini merupakan penelitian studi kepustakaan dengan menggunakan analisis deskriptif. Adapun hasilnya, yaitu (a) Sebagai wadah pemersatu keluarga; b). Sebagai tempat membagi warisan (c) sebagai tempat menyatakan martabat; (d) sebagai tempat bergotong royong; (e) sebagai wadah pengembangan seni artinya; (f) sebagai Wadah berdonasi. Upacara rambu solo’ dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran pendidikan berkarakter karena sesuai dengan kebutuhan karakter peserta didik yang diinginkan oleh bangsa Indonesia.
MAKNA PERILAKU MOTIVASI BELAJAR GEOGRAFI YANG RENDAH DENGAN PENDEKATAN FENOMENOLOGI Eko Anang Hadi Santoso; Achmad Fatchan; I Nyoman Ruja
Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan Vol.2, No.1, Januari 2017
Publisher : Graduate School of Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (342.046 KB) | DOI: 10.17977/jp.v2i1.8445

Abstract

Motivation to learn is an important aspect in the learning process of a student. However, efforts to understand the motivation of student learning through an educational research with phenomenological approach has not been done by education practitioners. Man as the subject of education is dynamic, it takes an in-depth approach, holistic and humanistic to study it. Phenomenological approach is an appropriate alternative to research in education. The focus in this paper is the meaning of a low learning motivation by student of Sukosari Senior High School. The results showed that students have low motivation to learn its meaning is to have a broken home and do not get the urge to learn from their parents is a major factor students are not motivated.Motivasi belajar merupakan aspek penting dalam proses belajar seorang siswa. Namun, upaya memahami motivasi belajar siswa melalui sebuah riset pendidikan dengan pendekatan fenomenologi belum banyak dilakukan oleh praktisi pendidikan. Manusia sebagai subyek pendidikan bersifat dinamis, maka dibutuhkan suatu pendekatan yang mendalam, holistik dan humanistik untuk mengkajinya. Pendekatan fenomenologi merupakan alternatif yang tepat untuk riset dalam pendidikan. Fokus pada tulisan ini adalah mengenai makna motivasi belajar yang rendah oleh siswa SMA Negeri 1 Sukosari Bondowoso. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa memiliki motivasi belajar yang rendah maknanya adalah memiliki keluarga broken home dan tidak mendapatkan dorongan belajar dari orangtua merupakan faktor utama siswa tidak termotivasi.
Co-Authors Abdi Maulana Rahman Ach Fatchan Ach Fatchan Ach. Fatchan Ach. Fatchan Ach. Fatchan, Ach. Achmad Fatchan Achmad Fathan, Achmad Adita Taufik Widianto Adita Taufik Widianto, Adita Taufik Agung Minto Wahyu Agung Wiradimadja Agus Purnomo Agus Purnomo Andri Estining Sejati Angga Puspita Atok Ahmad Rizqoni Avietha Reinanda Azzah Aini Fahmiya Bintang Muhammad Sahara Efendi Budi Handoyo Budijanto Budijanto David Golddra Pamungkas Bramantya Dedi Kuswandi Defita Dwi Anggi Devy Yuliana Putri Dewi Saraswati Dina Rahma Ardhiana Dwi Pudi Lestari Dwiyono Hari Utomo Eka Khoirul Ana Eko Anang Hadi Santoso Elsa Diah Mafazah Endika Priambodo Susanto Faizatul Mahmudah Farina Amelia Febria Ayu Fitri Nur Fatmawati Ferdinan Bashofi Fuad Guntara Fuad Guntara, Fuad Gebi Angelina Zahra Halimatus Sa’diyah Heldigard Anggreani Ina Malo Hendra Hendra Hendra Hendra Heri Setiawan I Dewa Putu Eskasasnanda, I Dewa Putu Ida Retnaning Iis Tri Septyawati Inggritia Zahrotunnisa Isa Wijiningtyas Khofifatu Rohmah Adi, Khofifatu Rohmah Kiki Meylavinasari Laili Fitri Astutik Lailil Nadhifatul Muazaroh Lilis Yuliana Lubaiba Nadiya Alkaffi Luhung Achmad Perguna, Luhung Achmad Lutfitasari Lutfitasari Martinus Hermenegild Mau Mely Kurnia Meylavinasari, Kiki Mohamad Amirudin Mokhammad Ilham Fuady Muazaroh, Lailil Nadhifatul Muhammad Khoiro Nandiata Ayu Palanjuta Nelly Isroy Camelya Neni Wahyuningtyas, Neni Nia Hariwiyanti Novian Candra Kurniawan Nurul Ratnawati, Nurul Pratama, M. Iqbal Liayong Ranu Eko Raharjo Ratih Pramesthi Retno Wulandari Rista Anggraini Singgih Susilo Siti Malikhah Towaf Siti Mar'atus Sholihah Sovia Husni Rahmia Sri Ira Suharwati Sri Ira Suharwati, Sri Ira Sugeng Utaya Sujiono Sujiono Sukamto Sukamto Sukamto Sukamto Sularmi Sularmi Sumarmi Sumarmi Tutut Chusniyah Tyas Tamara Aldilla Ugik Endarto Valencia Tamara Wiediharto Wahyudi Wahyudi Yosi Maurin