Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

Analisis Kesediaan Membayar (Willingness to Pay) Masyarakat Terhadap Pertanian Organik Buah Naga Kustiawati Ningsih; Halimatus Sakdiyah; Herman Felani; Rini Dwiastuti; Rosihan Asmara
Agriekonomika Vol 8, No 2: Oktober 2019
Publisher : Department of Agribusiness, Faculty of Agriculture, Universitas Trunojoyo Madura, Indonesi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (69.179 KB) | DOI: 10.21107/agriekonomika.v8i2.5425

Abstract

Pertanian organik merupakan jawaban atas revolusi hijau yang digalakkan pada tahun 1960-an yang menyebabkan (a) Berkurangnya kesuburan tanah dan (b) Kerusakan lingkungan akibat pemakaian pupuk dan pestisida kimia yang tidak terkendali. Gagalnya revolusi hijau menyebabkan masyarakat semakin sadar akan pentingnya mengembangkan sistem pertanian yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Program “Go Organik 2010” merupakan implementasi dukungan pemerintah terhadap sistem pertanian organik. Sehingga pertanian organik mulai berkembang di Indonesia umumnya dan di Kabupaten Pamekasan, khususnya. Pertanian organik buah naga merupakan pertanian organik yang sedang berkembang di Kabupaten Pamekasan. Sebagai implementasi untuk mewujudkan kelestarian pertanian organik buah naga, maka dibutuhkan analisis tentang kesediaan membayar masyarakat terhadap nilai keberadaan (Existence Value) dan nilai penggunaan alternatif (Option Value) pertanian Organik Buah Naga. Penelitian ini menggunakan metode CVM (Contingent Valuation Method) untuk mengestimasi biaya yang akan dikeluarkan masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa besarnya estimasi WTP (Willingness To Pay) masyarakat terhadap nilai keberadaan pertanian organik buah naga adalah sebesar Rp. 42.060.403,89 / hektar per tahun. Sedangkan besarnya estimasi WTP (Willingness To Pay) masyarakat terhadap nilai penggunaan alternatif pertanian organik buah naga sebesar Rp. 41.633.017,67 / hektar per tahun.
Analisis Diversifikasi Konsumsi Pangan Dalam Memantapkan Ketahanan Pangan Mayarakat Pedesaan Nuhfil Hanani; Rosihan Asmara; Yustisianto Nugroho
Agricultural Socio-Economics Journal Vol 8, No 1 (2008)
Publisher : Socio-Economics/Agribusiness Department

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (263.425 KB)

Abstract

Kabupaten Jombang merupakan salah satu daerah yang memiliki kriteria daerah yang tahan pangan di Jawa Timur. Kriteria dari daerah yang tahan pangan ditentukan oleh beberapa aspek, antara lain aspek ketersediaan pangan, aspek akses pangan, dan aspek kegunaan pangan. Tidak  hanya itu, untuk memantapkan kondisi ketahanan pangan suatu daerah diperlukan diversifikasi konsumsi pangan. strategi diversifikasi pangan digunakan untuk mengarungi ketergantungan terhadap konsumsi beras, dan keuntungan dari diversifikasi pangan adalah beragamnya alternatif jenis pangan yang ditawarkan,tidak hanya terfokus pada beras. Dalam upaya untuk meningkatkan diversifikasi konsumsi pangan dari masyarakat pedesaan, perlu diketahui factor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi diversifikasi konsumsi pangan secara nyata, melalui analisis regresi. Nilai dari diversifikasi konsumsi pangan yang dihitung menggunakan Indeks Entropy (IE) masih menunjukkan nilai yang sangat rendah. Sedangkan melalui hasil analisis dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap diversifikasi konsumsi pangan adalah tingkat pendidikan ibu dan kepala rumah tangga. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan optimalisasi faktor non ekonomis untuk meningkatkan diversifikasi konsumsi pangan. Hal ini sejalan dengan program pemerintah yaitu perbaikan diversifikasi pangan dalam mencapai ketahanan pangan nasional dengan jalan mengoptimalkan sumber pangan lokal yang berpotensi di masing-masing daerah, peningkatan kualitas sumber daya manusia dengan memperbaiki tingkat pendidikan dan skill serta menyediakan sarana dan prasarana yang menunjang. Kata kunci : Diversifikasi Konsumsi Pangan, Rumah Tangga Pedesaan, Faktor-Faktor Non Ekonomis, dan Indeks Entropy
INDIKATOR DAN PENILAIAN TINGKAT KERAWANAN PANGAN KELURAHAN UNTUK DAERAH PERKOTAAN Nuhfil Hanani; Sujarwo Sujarwo; Rosihan Asmara
Agricultural Socio-Economics Journal Vol 15, No 2 (2015)
Publisher : Socio-Economics/Agribusiness Department

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (264.665 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menyusun indikator kerawanan pangan tingkat kelurahan. Kegiatan penelitian terdiri dari 2 tahap, yaitu: (1) menyusun indikator kerawanan pangan daerah perkotaan tingkat kelurahan, dan (2) menilai tingkat kerawanan pangan kelurahan. Penelitian dilakukan di Jawa Timur dengan mengambil sampel kota Malang, Pasuruan dan Batu. Seleksi indikator kerawanan pangan tingkat kelurahan dilakukan menggunaan Analisis Faktor dengan metode ekstraksi Principal Components Analysis (PCA). Analisis kerawanan pangan menggunakan indeks komposit  dari seluruh indikator  dengan menggunakan References Based Analysis (RBA). Indikator kerawanan pangan yang sesuai dan tersedia untuk menganalisis kerawanan  pangan kelurahan adalah: konsumsi dan ketersediaan  pangan domestik  (%), keberadaan toko-toko pracangan/klontong, rata-rata ukuran rumah tangga (%), penduduk tidak bekerja/pengangguran (%), penduduk miskin (%), kematian bayi (IMR)  (perseribu), penduduk tidak akses air bersih (%), balita gizi kurang (%), penduduk dengan pendidikan kurang dari SD (%). Tidak ada kota yang memiliki kelurahan dengan kategori rawan atau sangat rawan, yang ada adalah agak rawan. Indikator yang menjadi penyebab rendahnya status ketahanan pangan tingkat kelurahan adalah jumlah pengangguran, kemiskinan dan IMR.
Efisiensi Usahatani Melon (Cucumis Melo L.) (Studi Kasus Di Desa Kori Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo) Rosihan Asmara; Ardiany Sulistyaningrum
Agricultural Socio-Economics Journal Vol 8, No 1 (2008)
Publisher : Socio-Economics/Agribusiness Department

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (257.412 KB)

Abstract

Indonesia  dikenal sebagai negara yang memiliki kekayaan sumberdaya yang melimpah baik sumber daya alam maupun sumber daya manusianya. Penduduk Indonesia yang berjumlah lebih dari 220 juta orang merupakan sumberdaya yang potensial untuk mengelola sumber daya alam tersebut Salah satu subsektor pertanian yang memiliki peluang dan potensi yang baik untuk dikembangkan adalah sektor hortikultura. Hal ini ditandai dengan meningkatnya permintaan terhadap komoditi hortikultura khususnya buah-buahan. Salah satu buah yang berpotensi untuk dikembangkan adalah buah melon. Melon sebagai salah satu buah yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat dan memiliki nilai ekonomis cukup tinggi. Peningkatan permintaan buah melon dapat dipenuhi melalui peningkatan produksi dengan menambah luas lahan pertanian ataupun dengan melakukan pola intensifikasi. Pola intensifikasi khususnya di pulau Jawa dengan luas lahan yang relatif sempit merupakan bagian dari strategi untuk meningkatkan mutu dan hasil produksi. Petani dalam melakukan usahatani selalu berpijak pada prinsip ekonomi sehingga mengharapkan keuntungan yang tinggi. Keuntungan petani akan semakin besar apabila petani mampu memaksimalkan penggunaan faktor produksi dan menekan biaya variabel yang dikeluarkan, serta diimbangi dengan hasil produksi yang tinggi untuk mencapai efisiensi produksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendapatan dan efisiensi relatif pada usahatani melon lahan luas dan usahatani melon lahan sempit.   Kata Kunci: Pendapatan, Efisiensi alokatif
Analisis Sikap Dan Norma Subyektif Sebagai Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Petani Terhadap Pupuk Organik Kemasan Rini Dwiastuti; Rosihan Asmara; Pujiyanti Rahayu1
Agricultural Socio-Economics Journal Vol 10, No 2 (2010)
Publisher : Socio-Economics/Agribusiness Department

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (358.59 KB)

Abstract

Adanya peluang pasar yang besar bagi produk pupuk organik kemasan telah menciptakan suatu persaingan demi memenuhi permintaan pasar yang ada. Dengan demikian, perlu dilakukan riset perilaku konsumen khususnya mengenai perilaku kosumen dalam mengambil keputusan pembelian. Dengan landasan teori reasoned action, perilaku diukur dengan keinginannya untuk bertindak sehingga tujuan penelitian bisa tercapai yaitu mengukur keinginan bertindak petani terhadap pupuk organik kemasan setelah dipengaruhi oleh faktor sikap dan faktor norma subyektif. Dengan mengamati perilaku petani pada tiga strata yaitu strata I kelompok petani yang sedang menggunakan pupuk organik kemasan, strata II yaitu petani yang pernah menggunakan pupuk organik kemasan namun tidak lagi menggunakan saat ini dan strata III yaitu petani yang belum pernah menggunakan pupuk organik kemasan, didapatkan hasil bahwa keinginan bertindak petani strata I dan III cenderung membeli sedangkan petani strata III cenderung ragu untuk membeli pupuk organik kemasan. Hal tersebut bisa terjadi karena mayoritas petani memiliki sikap ”netral” terhadap pupuk organik kemasan. Selain itu, dalam mengambil keputusan pembelian petani juga mendapatkan pengaruh dari keluarganya, tetangga, kelompok tani dan tenaga penjual, dan kelompok tani merupakan kelompok referensi yang paling berpengaruh terhadap pengambilan keputusan pembelian oleh petani. Kemudian dari hasil analisis juga dinyatakan bahwa norma subyektif merupakan faktor dominan yang mempengaruhi perilaku petani dalam mengambil keputusan sehingga adanya faktor ini menyebabkan tidak selamanya sikap positif akan selalu dikuti dengan pembelian, begitu juga sebaliknya sikap negatif petani terhadap pupuk organik kemasan tidak selalu pasti tidak membeli produk tersebut   Kata kunci : keputusan konsumen, keinginan bertindak
Pemetaan Ketersediaan Pangan Tingkat Kecamatan Di Kabupaten Trenggalek Alia Fibrianingtyas; Nuhfil Hanani; Rosihan Asmara
Agricultural Socio-Economics Journal Vol 13, No 1 (2013)
Publisher : Socio-Economics/Agribusiness Department

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (372.42 KB)

Abstract

Kabupaten Trenggalek merupakan salah satu sasaran pengembangan wilayah di bagian selatan Jawa Timur, karena selain memiliki keunggulan dalam sektor pertanian, Kabupaten Trenggalek memiliki potensi-potensi sumber daya alam yang cukup besar. Namun kenyataannya, perkembangan sektor pertanian di Kabupaten Trenggalek belum mampu berperan secara optimal dalam peningkatan perekonomian wilayahnya. Hal ini ditunjukkan dengan masih rendahnya tingkat pendapatan penduduk. Maka pemerintah daerah setempat berupaya untuk andil dan ikut serta guna mewujudkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005 hingga 2025.  Tujuan dari penelitian ini adalah membuat peta ketersediaan pangan tingkat kecamatan di Kabupaten Trenggalek dalam rangka memantapkan program pembangunan pangan nasional, dimana ketahanan pangan sebagai fokus perhatian. Dari hasil penelitian mengenai pemetaan ketersediaan pangan tingkat kecamatan di Kabupaten Trenggalek ini, terdapat delapan kecamatan yang tergolong kedalam kategori V (sedikit tersedia). Delapan kecamatan tersebut antara lain Kecamatan Panggul, Kampak, Gandusari, Pogalan, Munjungan, Watulimo, Dongko dan Trenggalek.   Kata kunci: Pembangunan pangan nasional, ketersediaan pangan, pemetaan
Tipologi Kecamatan Berdasarkan Ketersediaan Pangan Di Kabupaten Trenggalek Nuhfil Hanani; Rosihan Asmara; Anfendita Azmi Rachmatika
Agricultural Socio-Economics Journal Vol 12, No 3 (2012)
Publisher : Socio-Economics/Agribusiness Department

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (388.147 KB)

Abstract

Untuk memudahkan pengambil kebijakan di daerah setempat guna pemerataan pemenuhan konsumsi pangan masyarakat diperlukan adanya suatu pengklasifikasian daerah berdasarkan pada ketersediaan pangan. Dengan adanya pengklasifikasian tersebut, daerah yang ketersediaan pangannya tergolong kurang atau lebih terhadap spesifik zat gizi tertentu akan dapat digolongkan ke dalam beberapa kelompok tersendiri. Dari hasil analisis, dideskripsikan keadaan ketersediaan pangan di masing-masing kecamatan. Keadaan wilayah yang berbeda-beda pada tiap kecamatan menyebabkan ketersediaan bahan makanan memiliki variasi tersendiri. Jika dilihat secara garis besar, ketersediaan bahan makanan paling tinggi pada tiap kecamatan terdapat pada kelompok padi-padian serta makanan berpati. Dari hasil analisis klaster, akhirnya dapat dibagi lima buah pengelompokkan, diantaranya adalah: klaster 1 (sentra serealia dan peternakan) yang beranggotakan Kecamatan Panggul, Munjungan, Watulimo, Kampak, Dongko, Gandusari dan Pogalan; klaster 2 (sentra sayuran, susu sapi, dan tanaman pangan) yang hanya beranggotakan Kecamatan Pule; klaster 3 (sentra telur dan tanaman pangan) yang beranggotakan Kecamatan Karangan, Durenan, dan Trenggalek; klaster 4 (sentra serealia, hortikultura, dan peternakan kompleks) yang beranggotakan Kecamatan Suruh dan Bendungan; serta klaster 5 (sentra tanaman pangan) yang hanya beranggotakan Kecamatan Tugu.   Kata kunci: ketersediaan pangan, Kabupaten Trenggalek, analisis klaster
IDENTIFIKASI POTENSI FOTOPROTEKTIF EKSTRAK RUMPUT LAUT COKELAT Sargassum sp. DENGAN VARIASI PELARUT TERHADAP PAPARAN SINAR ULTRAVIOLET SECARA IN VITRO Rarasrum Dyah Kasitowati; Muhammad Miftahul Huda; Rosihan Asmara; Dian Aliviyanti; Feni Iranawati; Mikchaell Alfanov Pardamean Panjaitan; Dwi Candra Pratiwi; Sulastri Arsad
Saintek Perikanan : Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology Vol 17, No 1 (2021): SAINTEK PERIKANAN
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ijfst.17.1.%p

Abstract

Sargassum sp. dikenal sebagai salah satu sumber hayati yang memiliki kandungan senyawa bioaktif yang berpotensi sebagai bahan esesnsial industri. Namun, komoditi ini kurang bernilai ekonomis sehingga perlu eksplorasi secara optimal untuk meningkatkan nilai ekonomisnya. Salah satu potensi yang dapat dikembangkan adalah aktivitas fotoprotektif yang dimiliki oleh Sargassum sp. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi aktivitas fotoprotektif Sargassum sp. terhadap paparan sinar UV-B dan UV-A. Potensi fotoprotektif diperoleh dari hasil pengujian nilai SPF (Sun Protection Factor), %Te dan %Tp dari tiga ekstrak Sargassum sp. menggunakan jenir pelarut yang berbeda (methanol, etil asetat dan nheksana). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga ekstrak memiliki aktivitas fotoprotektif (SPF) bersifat ultra pada konsentrasi 1100 ppm dan memiliki efek perlindungan (%Te dan %Tp) sebagai Sunblock pada konsentrasi 1100 ppm ekstrak Sargassum sp. Namun dari ketiga ekstrak, ekstrak dengan pelarut etil asetat (ESE) menunjukkan nilai SPF yang tertinggi (32,63) dan nilai %Te (0,055) %Tp (0,075) terendah pada konsentrasi yang sama. Semakin tinggi nilai SPF menunjukkan sifat fotoprotektif yang semakin baik, sedangkan semakin rendah nilai %Te dan %Tp menunjukkan efek perlindungan yang semakin baik. Sargassum sp. known as one of the biological sources that contain bioactive compounds. These compounds have the potential to be industrial essential ingredients. However, this commodity is less economically valuable, so it is important to explore its bioactive compounds in order to increase its economic value. One of the potentials that can be developed is its photoprotective activity. The study aimed  to explore the photoprotective activity of Sargassum sp. against exposure of UV-B and UV-A rays. The photoprotective activity was obtained from the results of the SPF (Sun Protection Factor), % Te and % Tp values of three different Sargassum sp. extracts (methanol, ethyl acetate, and n-hexane). The results showed that the three extracts had an ultra-photoprotective activity (SPF) at a minimum concentration of 1100 ppm and had a protective effect (% Te and% Tp) as sunblocks at the same minimum concentration of 1100 ppm. Among these three extracts, the ethyl acetate extract (ESE) showed the highest SPF value (32.63) and the lowest % Te (0.055) % Tp (0.075) value, at the same concentration. The higher SPF value indicates the better photoprotective properties, while the lower % Te and% Tp values explain the better protective effect.  
Potato Fluctuation and Risk Preference of Potato Farming in the Bromo Plateau, Indonesia Rosihan Asmara; Wenny Mamilianti; Nuhfil Hanani; Moch. Muslich Mustadjab
AGRIVITA, Journal of Agricultural Science Vol 44, No 2 (2022)
Publisher : Faculty of Agriculture University of Brawijaya in collaboration with PERAGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17503/agrivita.v44i2.3650

Abstract

Potato farming in Indonesia is performed in the highlands, has a high production risk due to sloping land topography and steep slopes. In addition, low managerial ability in responding to sources of production risk results in the input allocation producing non-optimal production. This research aims to identify production fluctuation and farmers’ risk preferences, measure the level of technical efficiency, and determine the effect of risk preference on technical efficiency. The respondents in this study are 83 farmers. The Just and Pope risk function is used with a utility function approach to finding farmers’ risk preferences. The stochastic Frontier Cobb Douglas processes technical efficiency measurements. While to find out the influence of the factors that influence efficiency, Tobit regression is used. The analysis shows that the respondent’s behave risk-takers amounted to 62.65%. Respondents have not yet reached technical efficiency with an average level of technical efficiency of 0.774. Education, frequency of counseling and training, the application of terrace systems have a significant positive effect on technical efficiency, while land slope has a significant negative impact. Risk preference isn’t affected by technical efficiency and shows positive signs.
Volatilitas Pasar Bawang Merah di Kabupaten Probolinggo Provinsi Jawa Timur Susanti Evie SULISTIOWATI; Ratya Anindita; Rosihan Asmara
Jurnal Agro Ekonomi Vol 39, No 1 (2021): Jurnal Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jae.v39n1.2021.15-27

Abstract

EnglishShallot is an agricultural strategic commodity. Understanding the market dynamics is necessary in formulating the market management policy. This study aims to analyze the volatility magnitude and spillover of shallot production, import, and consumption. This study was conducted in Probolinggo Regency, a major shallot production center, using monthly time series data of 2013-2019 period. Volatility was analyzed using the ARCH/GARCH method, spillover was analyzed using the EGARCH method. The results showed low volatility in production quantity and producers price. High volatility was found for quantity of consumption, import price and consumer price. Volatility spillover was found between producer’s price and production quantity as well as between consumer’s price and consumption quantity. There was no volatility spillover between producer’s price and consumer’s price or between quantity of production and consumption. The findings indicate the existence of asymmetrical information between producers’ market and consumers’ market. Therefore, market stabilization intervention should be focused in the consumers’ market. Price reference may be used as a benchmark in market intervention which includes market operations and import controls. Government should develop market information system to prevent asymmetrical information between the producers’ market and the consumers’ market.IndonesianBawang merah adalah salah satu komoditas pertanian strategis. Pemahaman tentang dinamika pasar sangat penting dalam perumusan kebijakan pengelolaan pasar. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis besaran dan spillover volatilitas produksi, impor dan konsumsi bawang merah. Penelitian dilakukan di Kabupaten Probolinggo, salah satu sentra produksi bawang merah dengan menggunakan data bulanan deret waktu selama tahun 2013–2019. Untuk menganalisis volatilitas harga, produksi, dan konsumsi digunakan metode ARCH/GARCH, sedangkan untuk menganalisis volatilitas spillover digunakan metode EGARCH. Hasil analisis menujukkan volatilitas rendah untuk kuantitas produksi dan harga konsumen. Volatilitas tinggi ditemukan untuk kuantitas konsumsi, harga impor, dan harga konsumen. Volatilitas spillover terjadi antara harga produsen dan kuantitas produksi serta antara harga konsumen dan kuantitas konsumsi. Volatilitas spillover tidak terjadi antara harga produsen dan konsumen maupun antara kuantitas produksi dan konsumsi. Temuan ini mengindikasikan adanya asimetri informasi antara pasar produsen dan pasar konsumen. Karena itu, upaya stabilisasi harga bawang merah sebaiknya difokuskan di pasar konsumen. Kebijakan referensi harga dapat dijadikan sebagai acuan dalam melaksanakan intervensi pasar yang mencakup operasi pasar dan pengendalian impor. Pemerintah perlu pula membangun sistem informasi pasar untuk menghilangkan masalah asimetri informasi antara pasar produsen dan pasar konsumen.