Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Basic Emotion Recogniton using Automatic Facial Expression Analysis Software Vivi Triyanti; Yassierli Yassierli; Hardianto Iridiastadi
Jurnal Optimasi Sistem Industri Vol. 18 No. 1 (2019): Published in May 2019
Publisher : The Industrial Engineering Department of Engineering Faculty at Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (740.476 KB) | DOI: 10.25077/josi.v18.n1.p55-64.2019

Abstract

Facial expression was proven to show a person's emotions, including 6 basic human emotions, namely happy, sad, surprise, disgusted, angry, and fear. Currently, the recognition of basic emotions is applied using the automatic facial expression analysis software. In fact, not all emotions are performed with the same expressions. This study aims to analyze whether the six basic human emotions can be recognized by software. Ten subjects were asked to spontaneously show the expressions of the six basic emotions sequentially. Subjects are not given instructions on how the standard expressions of each of the basic emotions are. The results show that only happy expressions can be consistently identified clearly by the software, while sad expressions are almost unrecognizable. On the other hand surprise expressions tend to be recognized as mixed emotions of surprise and happy. There are two emotions that are difficult to express by the subject, namely fear and anger. The subject interpretation of these two emotions varies widely and tends to be unrecognizable by software. The conclusion of this study is the way a person shows his emotions varies. Although there are some similarities in expression, it cannot be proven that all expressions of basic human emotions can be generalized. Further implication of this research needs further discussion.
Hubungan antara Indikator Pengukuran Kelelahan Kerja dan Metode Cepat Penilaian Risiko Ergonomi Yassierli Yassierli; Dwina Oktoviona; Inayati Ulin Na’mah
Jurnal Ergonomi dan K3 Vol 1, No 1 (2016): Maret 2016
Publisher : Perhimpunan Ergonomi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (286.5 KB) | DOI: 10.5614/j.ergo.2016.1.1.1

Abstract

Kelelahan kerja merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap performansi kerja dan keselamatan kerja. Setiap pekerjaan memiliki potensi kelelahan kerja baik itu kelelahan fisik maupun mental. Setiap perusahaan perlu mengetahui tingkat kelelahan yang dialami oleh para pekerja sehingga dapat meminimasi dampak negatif yang mungkin timbul akibat kelelahan kerja. Dalam prosesnya, pengukuran kelelahan kerja tidak dapat dilakukan secara langsung dan dapat mengganggu aktivitas pekerja. Hal ini menyebabkan masih banyak perusahaan yang belum melakukan pengukuran kelelahan pada pekerjanya terlepas apakah pekerjaan yang dilakukannya memiliki risiko kecelakaan yang tinggi. Oleh karena itu, perlu dicari suatu metode pengukuran yang mudah dan cepat sehingga dapat diterapkan pada berbagai perusahaan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah metode penilaian cepat risiko ergonomi (ergonomics quick assessment tools) dapat digunakan untuk menggantikan indikator kelelahan kerja dalam mengukur tingkat kelelahan yang dialami pekerja. Pengukuran kelelahan kerja pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan indikator denyut jantung dan kekuatan genggaman tangan. Penilaian risiko ergonomi dilakukan dengan menggunakan Rapid Entire Body Assessment (REBA) dan Quick Exposure Checklist (QEC). Pengukuran kelelahan kerja dan penilaian risiko ergonomi dilakukan pada dua kelompok pekerjaan. Jumlah partisipan untuk setiap kelompok pekerjaan adalah 12 orang. Pengukuran kelelahan kerja dilakukan sebanyak satu kali sebelum pekerja melakukan aktivitas pekerjaan dan sebanyak empat kali saat jam kerja dengan frekuensi dua jam sekali. Penilaian risiko ergonomi menggunakan REBA dan QEC dilakukan untuk setiap pekerja. Hasil uji korelasi menunjukkan adanya hubungan antara hasil pengukuran kelelahan kerja dengan penilaian risiko ergonomi pada masing-masing kelompok pekerjaan. Hal ini menunjukkan adanya peluang penggunaan metode penilaian risiko ergonomi dalam mengukur kelelahan kerja menggantikan metode pengukuran dengan menggunakan indikator yang ada.