Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

STUDI PERENCANAAN INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA (IPLT) DI KOTA KUALA KAPUAS KABUPATEN KAPUAS Hasanah, Ainun; Nindito, Dwi Anung; Kamiana, I Made
Jurnal PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) Vol 3, No 1: Edisi Januari 2017
Publisher : Jurusan Teknik Sipil Universitas Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (8.172 KB)

Abstract

Seiring berkembangnya suatu daerah dan diikuti oleh lajunya pertumbuhan penduduk, mengakibatkan meningkatnya volume bahan buangan manusia ke lingkungan. Kuala Kapuas memiliki jumlah penduduk yang cukup besar yaitu 56.902 jiwa (BPS, 2010), sehingga diperlukan perencanaan instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT) yang dapat digunakan untuk mengolah bahan buangan manusia sebelum dibuang ke lingkungan, agar lebih aman. Perencanaan ini mengacu kepada beberapa peraturan atau standar yang berlaku di Indonesia, antara lain: Tata Cara Perencanaan IPLT Sistem Kolam Tahun 1999, Dasar-dasar Teknik Pengelolaan Air Limbah, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton pada SK SNI 03-2847-2002 serta Analisis Harga Satuan Pekerjaan Bidang Cipta Karya Tahun 2013.Hasil perhitungan dan perencanaan diperoleh dimensi hidrolis masing-masing kolam: (a) Tangki imhoff memiliki panjang 7 m, lebar 4,7 m, dan kedalaman total 7 m; (b) Kolam Anaerobik memiliki panjang 7,8 m, lebar 2,6 m, dan kedalaman 3 m; (c) Kolam Fakultatif memiliki panjang 18 m, lebar 6 m, dan kedalaman 2,5 m; (d) Kolam Maturasi memiliki panjang 6,6 m, lebar 3,3 m, dan kedalaman 2 m; serta (e) Unit Pengering Lumpur memiliki panjang 15 m, lebar 5 m, dan kedalaman 1 m. Hasil perhitungan dan perencanaan diperoleh dimensi struktur kolam anaerobik, fakultatif dan maturasi dengan menggunakan mutu beton fc’ 25 MPa, mutu baja fy 300 MPa, ketebalan pelat rencana 250 mm, diperoleh beton dengan tulangan tunggal, tulangan pokok berdiameter 16 mm dan tulangan bagi berdiameter 12 mm, jarak antar tulangan pokok bervariasi (90-200 mm), sedangkan untuk jarak antar tulangan bagi adalah 220 mm. Hasil perhitungan RAB untuk pembangunan IPLT di Kuala Kapuas adalah sebesar Rp1.916.753.000 (Satu Milyar Sembilan Ratus Enam Belas Juta Tujuh Ratus Lima Puluh Tiga Ribu Rupiah).Kata Kunci: Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja, RAB, Dimensi Hidrolis, Dimensi Struktur
VARIASI DIMENSI PIPA BELL SIPHON TERHADAP EFEKTIFITAS TERHADAP PENGURAS SEPTIC TANK TERAPUNG Imamsyah, Mohammad; Nindito, Dwi Anung; Kamiana, I Made
Jurnal PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) Vol 2, No 2: Edisi Juli 2016
Publisher : Jurusan Teknik Sipil Universitas Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (8.172 KB)

Abstract

Sungai Kahayan juga merupakan tempat pembuangan limbah dari aktifitas manusia seperti limbah industri, limbah rumah tangga, bahkan kotoran manusia atau tinja yang dibuang secara langsung ke badan air karena tidak terdapat fasilitas septic tank (tangki septik). Berkenaan dengan itu dibutuhkan suatu modifikasi atau inovasi dari septic tank yang dapat digunakan masyarakat tepian sungai. Modifikasi septic tank terapung harus disesuaikan dengan kebutuhan, sehingga diharapkan septic tank terapung ini dapat dikuras secara mekanis dengan alat penguras otomatis. Oleh karena itu diperlukan alat penguras (bell siphon) dalam modifikasi septic tank terapung. Beberapa variasi yang akan dirunning meliputi komponen bell siphon yaitu, Siphon Diameter (A), Drow Down (B),  Custom Width of Trap (C), Bottom of Trap to Low Water Line (D), Bottom of Discharge to Low Water Line (E), Bottom of Trap to Bottom of Discharge (F), Height of Trap Above Low Water Line (G) dan Trap to Discharge (H). Dalam memvariasi komponen bell siphon untuk ukuran yang akan divariasi meliputi, Siphon Diameter (A) digunakan 2 jenis ukuran pipa yang berbeda yaitu A1 (1 inchi) dan A2 (2 inchi). Variabel tidak tetap yaitu Height of Trap Above Low Water Line (G) dengan ukuran G1 (5 cm atau posisi minimal), G2 (10 cm), G3 (15 cm) dan G4 (20 cm atau posisi maksimal). Variabel tetap yaitu Bottom of Trap to Bottom of Discharge (F) dengan ukuran F1 (21.5 cm), F2 (18.5 cm), F3 (15.2 cm) dan F4 (12 cm).  Berdasarkan hasil pengumpulan dan analisis data diperoleh kesimpulan sebagai berikut: (1) Penerapan bell siphon pada tampungan air di zona pembuangan, diperoleh kondisi paling optimal terkait ukuran dan dimensi bell siphon yaitu: (a) pada running pipa 1 inchi (A1G3D4F1), (b) pada running pipa 2 inchi (A2G4D4F2). Kriteria optimal diperoleh berdasarkan kondisi nilai D optimal, nilai G optimal dan nilai B optimal. Semakin tinggi nilai G, maka semakin besar pula nilai B. (2) Penerapan bell siphon pada tampungan air terkait efektifitas lama pengurasan bell siphon didasarkan pada nilai D optimal, F optimal dan G optimal, pada tiap variabel tetap (B). Nilai B yang mendekati terdapat pada kode variasi running A1G4D4F3 (1 inchi) dan A2G4D4F3 (2 inchi), untuk tinggi B yang sama, maka semakin cepat proses pengurasan T (waktu menguras semakin kecil). Untuk nilai B yang sama, semakin rendah nilai (F), maka semakin cepat pengurasan T (waktu menguras semakin kecil). Kata Kunci: Dimensi Bell Siphon, Efektifitas Penguras, Septic Tank
PERENCANAAN INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA (IPLT) KOTA KASONGAN KABUPATEN KATINGAN Brivida, Benny; Nindito, Dwi Anung; Kamiana, I Made
Jurnal PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) Vol 3, No 2: Edisi Juli 2017
Publisher : Jurusan Teknik Sipil Universitas Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (8.172 KB)

Abstract

Salah satu ciri yang menandakan perkembangan di suatu daerah adalah dengan adanya peningkatan jumlah penduduk pada daerah tersebut. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk maka peluang timbulnya permasalahan lingkungan khususnya dampak pembuangan limbah, baik limbah cair maupun limbah padat pun meningkat. Pembuangan lumpur tinja merupakan bagian penting dalam sanitasi lingkungan. Oleh karena itu, maka perlu dilakukan penanganan lumpur tinja yang mampu menampung serta mengolah tinja sedemikian rupa sehingga dapat mencegah terjadinya pencemaran yang disebabkan oleh lumpur tinja tersebut dan sesuai dengan persyaratan teknis, ekonomi dan berwawasan lingkungan yang dimulai dari penampungan tinja pada setiap rumah, pengurasan, sampai pengolahan akhir di Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).Secara umum perencanaan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Kota Kasongan Kabupaten Katingan bertujuan untuk mengetahui dimensi hidrolis, struktur, dan rencana anggaran biaya (RAB). Acuan yang dipakai dalam perencanaan adalah tata cara perencanaan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) yang dilakukan secara bertahap, yaitu pengumpulan data meliputi: (a) data primer; (b) data sekunder; Analisis data meliputi: (a) menghitung proyeksi penduduk untuk 20 tahun mendatang; (b) merencanakan debit tinja yang akan dikelola oleh iplt; (c) Merencanakan dimensi IPLT yang meliputi Tangki Imhoff, kolam anaerobik, kolam fakultatif; kolam maturasi dan bak pengering lumpur,  perencanaan hidrolis meliputi; (a) perencanaan dimensi kolam iplt; (b) penggambaran dimensi iplt; (c) perhitungan struktur perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB); dan penyusunan laporan.Pada perencanaan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Kota Kasongan Kabupaten Katingan diperoleh hasil  jumlah penduduk untuk 20 tahun mendatang yaitu 76.447 orang; kapasitas debit 20 m3/hari; ukuran dimensi Tangki Imhoff:  lebar 3,5 m, panjang 7 m, kedalaman 6 m; dimensi kolam anaerobik  lebar  2,6 m, panjang 7,8 m, kedalaman 3 m; dimensi kolam fakultatif:  lebar 6 m, panjang 18 m, kedalaman 2,5 m; dimensi kolam maturasi: lebar 3,4 m, panjang 6,8 m, kedalaman 1,5 m; bak Pengering lumpur: luas permukaan 1 unit (5x15) m2 dengan kedalaman 1 m; total Rencana Anggaran Biaya sebesar Rp1.460.499.027,- (Satu Milliar Empat Ratus Enam Puluh Juta Empat Ratus Sembilan Puluh Sembilan Ribu Dua Puluh Tujuh Rupiah).Kata Kunci: IPLT, RAB, Perencanaan Hidrolis
PERENCANAAN TEKNIS TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH DI KOTA KASONGAN KABUPATEN KATINGAN DENGAN METODE SANITARY LANDFILL Aditama, Raymond Gustian; Nindito, Dwi Anung; Suyanto, Hendro
Jurnal PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) Vol 4, No 1: Edisi Januari 2018
Publisher : Jurusan Teknik Sipil Universitas Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (8.172 KB)

Abstract

Salah satu ciri yang menandakan perkembangan di suatu daerah adalah dengan adanya peningkatan jumlah penduduk pada daerah tersebut. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk maka berpeluang timbulnya permasalahan lingkungan khususnya dampak pembuangan sampah di perkotaan. Dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi disertai kemajuan tingkat perekonomian, maka akan sangat mempengaruhi peningkatan terhadap jumlah sampah. Sehingga apabila tidak dikelola dengan baik akan mempengaruhi tingkat kebersihan dan mencemari lingkungan yang pada akhirnya akan menurunkan tingkat kesehatan  masyarakat.  Oleh karena itu, untuk mengurangi pencemaran maka perlu adanya tempat pembuangan akhir yang mampu menampung dan mengolah sampah agar lebih aman dari berbagai gangguan.Secara umum Perencanaan Teknis Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah di Kota Kasongan Kabupaten Katingan dengan Metode Sanitary Landfill bertujuan untuk yang tepat dan sesuai dengan tata cara perencanaan sehingga dapat digunakan dalam jangka panjang. Acuan yang digunakan adalah syarat SNI No. 03-3241-1994 tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA. Perencanaan teknis tempat pembuangan akhir sampah dilakukan dengan metode pengumpulan data yang meliputi data primer yaitu observasi lapangan, lokasi lahan yang dapat digunakan untuk pembangunan, kondisi lingkungan di sekitar lokasi, dan sarana jalan lingkungan dan jalan menuju lokasi TPA. Data sekunder meliputi data jumlah penduduk Kota Kasongan Kabupaten Katingan, data volume sampah, dan data curah hujan.Pada perencanaan TPA Sampah di Kota Kasongan Kabupaten Katingan dengan Metode Sanitary Landfill diperoleh hasil  jumlah penduduk untuk 15 tahun mendatang yaitu 36.989 orang, volume timbulan sampah 226,545 m3/hari dalam 15 tahun mendatang, curah hujan rancangan yang direncanakan untuk periode ulang 15 tahun adalah 183,813 mm/hari, luas TPA 1 blok landfill yang direncanakan adalah 64,3 m x 53,8 m= 3459 m2, luas lapisan blok landfill berupa lapisan tanah dasar dan lapisan sampah, dan instalasi pengolahan lindi.Kata Kunci: TPA, Sanitary Landfill, Sampah
STUDI PERENCANAAN JARINGAN DRAINASE PADA AREA TRANSMIGRASI SP.1 (SATUAN PERMUKIMAN) DESA HIYANG BANA KABUPATEN KATINGAN Sari, Ita Abyta; Nindito, Dwi Anung; Saputra, Raden Haryo
Jurnal PROTEKSI (Proyeksi Teknik Sipil) Vol 3, No 2: Edisi Juli 2017
Publisher : Jurusan Teknik Sipil Universitas Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (8.172 KB)

Abstract

Siklus keberadaan air di suatu lokasi di mana manusia bermukim, pada masa tertentu akan mengalami keadaan berlebih (banjir) sehingga dapat mengganggu kehidupan manusia. Banjir atau genangan di suatu kawasan terjadi apabila sistem yang berfungsi untuk menampung genangan itu tidak mampu menampung debit yang mengalir, dikarenakan oleh berbagai sebab antara lain, curah hujan yang tinggi di luar kebiasaan, perubahan tata guna lahan, dan kerusakan lingkungan pada Daerah Aliran Sungai (DAS). Maka dari itu diperlukan sistem yang baik untuk menanggulangi kelebihan air (banjir). Salah satu sistem tersebut yaitu sistem jaringan drainase. Untuk merencanakan sistem drainase, yang harus dilakukan adalah mengumpulkan semua data atau informasi. Setelah mendapatkan data yang diperlukan, langkah selanjutnya adalah mengolah data tersebut dengan cara menganalisi untuk mendapatkan besar beban drainase (Qr) dan besaran kapasitas pengaliran drainase (Qs). Kemudian dilakukan perbandingan nilai Qr dan Qs untuk mengetahui kapasitas pengaliran. Jika Qr>Qs, maka akan dilakukan perencanaan ulang terhadap sistem dan dimensi saluran.Kata Kunci: Banjir, Drainase
SIMULASI NUMERIS TIGA DIMENSI KANTONG LUMPUR BENDUNG SAPON Nindito, Dwi Anung; Istiarto, Istiarto; Kironoto, Bambang Agus
Civil Engineering Forum Teknik Sipil Vol 18, No 1 (2008): JANUARI 2008
Publisher : Civil Engineering Forum Teknik Sipil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (653.391 KB)

Abstract

The success factor of a settling basin planning is the trap efficiency. In reality, it is difficult to create a detailed physical model of the sedimentation process. In a more detailed way, sedimentation process phenomena can be formulized by using mathematical equation, for this matter numerical simulation is selected to observe the settling basin performance. A three-dimensional numerical model from SSIIMWin 1.1 is used to carry out this settling basin simulation of the Sapon weir planning. The trap efficiency of the sedimentation process is observed in two different situations: at the time when the settling basin is empty and when it is full. During the empty situation, the velocity and the initial trap efficiency process is measured. When the settling basin is full, inspection is performed to check whether the sedimentation trap process remains effective. The trap efficiency depends on the characteristics of the inflowing sediment (fall velocity of the particle) and the water flow characteristic in the settling basin (flow velocity). Flow velocity simulation is demonstrated using a three-dimensional velocity vectors. Velocity distribution simulation indicates that the value of the horizontal flow velocity component from the upstream to the downstream (augmentation of x/b value) is decreased. The minimum horizontal flow velocity occurs in locations close to the bottom of the bed channel and increasing towards z/h to the surface water. Approaching the wall, the horizontal flow velocity is decreasing and reaches it’s maximum at y/B=0.5. The flow vertical velocity component indicates that approaching the bed channel, the vertical velocity is increasing. The lateral flow velocity component indicates a velocity increase at the horizontal expansion. A three-dimensional vortex occurs on the inlet of the settling basin, due to the vertical expansion. The vortex does not exist in the middle location of the settling basin. Another vortex occurs at the bottom of the channel approaching the downstream of the settling basin. The profile of sediment concentration distribution indicates an increase from the water surface to the bottom (bed channel). The sediment concentration is decreased in quantity to the downstream of the channel. The ratio of the incoming sediment that is deposited (trapped) and inflow the sediment mass entering a settling basin is 69,85 % for the upper 0.06 mm diameter particles. Volume changes of the pond, due to the deposit sediment volume, have lead to a decline in the trap efficiency process. When the volume of the sediments reaches a percentage of 71,84 % of the total pond volume, the settling basin is considered ineffective in performing sedimentation trap process.
Analisis pengembangan hidrokinetik turbin gorlov akibat penambahan luas bidang tangkap Try Antomo; I Made Kamiana; Dwi Anung Nindito
Jurnal Teknika Vol 16, No 2 (2020): Edisi November 2020
Publisher : Faculty of Engineering, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36055/tjst.v16i2.9186

Abstract

Turbin gorlov merupakan salah satu teknologi turbin hidrokinetik yang berbeda dengan turbin air konvensional. Turbin gorlov dapat dipasang secara vertikal maupun horizontal dan mampu digunakan pada kondisi low-head, namun memiliki luas bidang tangkap yang bergantung dari dimensi lengkung bilah heliks. Hidrokinetik turbin gorlov digunakan sebagai pembangkit listrik tenaga hidro dengan memanfaatkan energi kinetik dari aliran air sungai maupun pasang surut. Turbin DNA merupakan jenis turbin baru hasil pengembangan desain turbin gorlov dengan cara menambahkan komponen pair yang bertujuan menambah luas bidang tangkap ()A. Studi ini dilakukan dengan membandingkan performa yang dihasilkan turbin gorlov dan turbin DNA. Pengujian dilakukan pada saluran prismatik dengan variasi kecepatan aliran 0,188 – 0,222 m/s. Pengaruh penambahan luas bidang tangkap ()A. f dengan melakukan penambahan komponen pair menyebabkan penurunan performa CPf dan  pada desain turbin DNA. Turbin gorlov menghasilkan tip-speed ratio () 2,11 – 2,24, dan coefficient of power ()C 0,26 – 0,30. Turbin DNA menghasilkan tip-speed ratio () dengan range 0,91 – 1,07 dan coefficient of power ()C 0,19 – 0,24. Rotasi per menit (RPM) yang dihasilkan dari turbin gorlov dan turbin DNA masing-masing adalah 31,1 – 38,1 dan 13,0 – 17,6. Torsi () turbin gorlov dan turbin DNA masing-masing adalah 0,025 – 0,038 Nm dan 0,054 – 0,085 Nm. Pengaruh penambahan luas bidang tangkap dengan penambahan komponen pair menyebabkan rotasi per menit (RPM) turbin DNA mengalami penurunan, akan tetapi memiliki keunggulan dalam nilai torsi () yang dihasilkan. Hal ini terlihat dari kecenderungan grafik torsi () terhadap penambahan kecepatan aliran pada sudut rotasi 0    90, 120    210 dan 240    330. The Gorlov turbine is a hydrokinetic turbine technology different from conventional water turbine. It can be mounted vertically or horizontally and also be used in low-head conditions however, it has a frontal area which depends on the curved dimensions of helical blade. Hydrokinetic turbines are used for hydroelectric power plants by converting kinetic energy from river and tidal streams. The DNA turbine is a new type of turbine developed by Gorlov turbine design with the addition of pair components aiming toincrease the frontal area ()A. This study compared performance of Gorlov turbine and DNA turbine. The testing was carried out on a prismatic channel with a flow velocity variation of 0.188 - 0.222 m/s. The effect of increasing frontal area  performance on DNA turbine design. Gorlov turbine produced a tip-speed ratio f ()A with the addition of pair components caused a decrease in f() 2.11 - 2.24 and coefficient of power  ()C of 0.26 - 0.30. DNA turbine produced tip-speed ratio P() of 0.91 - 1.07 and coefficient of power ()C value of 0.19 - 0.24. The rotation per minute (RPM) values resulting from Gorlov turbine and DNA turbine were 31.1 - 38.1 and 13.0 - 17.6, respectively. Torque P () of Gorlov turbine and DNA turbine were 0.025 - 0.038 Nm and 0.054 - 0.085 Nm, respectively. The effect of increasing frontal area ()A with the addition of pair components caused the rotation per minute (RPM) of the DNA turbine to decrease. However, it had an advantage in the resulting torque value. This could bes een from the graphical trend of torque value 0 90   , f 120 210    and () to the increase in the flow velocity at rotation angles of 240 330   .  The Gorlov turbine is a hydrokinetic turbine technology different from conventional water turbine. It can be mounted vertically or horizontally and also be used in low-head conditions however, it has a frontal area which depends on the curved dimensions of helical blade. Hydrokinetic turbines are used for hydroelectric power plants by converting kinetic energy from river and tidal streams. The DNA turbine is a new type of turbine developed by Gorlov turbine design with the addition of pair components aiming to increase the frontal area ()A. This study compared performance of Gorlov turbine and DNA turbine. The testing was carried out on a prismatic channel with a flow velocity variation of 0.188 - 0.222 m/s. The effect of increasing frontal area  performance on DNA turbine design. Gorlov turbine produced a tip-speed ratio f ()A with the addition of pair components caused a decrease in f() 2.11 - 2.24 and coefficient of power ()C of 0.26 - 0.30. DNA turbine produced tip-speed ratio P () of 0.91 - 1.07 and coefficient of power ()C value of 0.19 - 0.24. The rotation per minute (RPM) values resulting from Gorlov turbine and DNA turbine were 31.1 - 38.1 and 13.0 - 17.6, respectively. Torque P() of Gorlov turbine and DNA turbine were 0.025 - 0.038 Nm and 0.054 - 0.085 Nm, respectively. The effect of increasing frontal area ()A with the addition of pair components caused the rotation per minute (RPM) of the DNA turbine to decrease. However, it had an advantage in the resulting torque value. This could be seen from the graphical trend of torque value 0 90   , f 120 210    and () to the increase in the flow velocity at rotation angles of 240 330   .
Desain Bilik Sterilisasi "White Box" Noor Hamidah; Dwi Anung Nindito; Tatau Wijaya Garib; Waluyo Nuswantoro; Mahdi Santoso
Inersia : Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur Vol 17, No 1 (2021): Mei
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/inersia.v17i1.39497

Abstract

ABSTRACT The sterilization chamber is designed to sterilize the body using a filler formulation that is not harmful to the skin surface. Formulation, namely the composition of filler fluids (type, dose and amount) using substances that are safe for the body accordingly, certainly provides benefits. The use of the sterilization booth uses the correct and safe filling fluid. The sterilization chamber uses a mist nozzle sprayer (with the appropriate discharge) to spray the filling liquid so that the user is safe. This sterilization booth is named "White Box". This "White Box" research aims to design (functional and structural) and test (function test and performance test) on a system and mechanism for condensing the condensation of a humidifier that can fill the sterilization room optimally. The design method of the "White Box" sterilization booth uses a qualitative method with the following phases: (1) The preparation stage, namely the functional design and the structural design of the "White Box"; (2) The implementation stage is analyzing the use of tools and materials and making sterilization booths; (3) Post-implementation stage, namely testing the sterilization chamber, including the function test and performance test of the sterilization chamber. The design activity of the "White Box" sterilization booth was carried out by testing various variations of the prototype, including variations in the dimensions of the distribution pipe, the shape of the distribution pipe, and variations of the piping system. The validation process includes: (1) The diameter of the pipe against humidifier dew bursts; (2) The shape of the piping against humidifier dew spray; and (3) the length of the pipe passage to the humidifier dew spray. ABSTRAKBilik sterilisasi didesain untuk mensterilisasi tubuh dengan menggunakan formulasi zat pengisi yang tidak berbahaya bagi permukaan kulit. Formulasi yaitu komposisi cairan pengisi (jenis, takaran dan jumlah) menggunakan zat yang aman bagi tubuh yang sesuai, tentu memberi manfaat. Penggunaan bilik sterilisasi menggunakan cairan pengisi yang benar dan aman. Bilik sterilisasi menggunakan mist nozzle sprayer (yang debitnya sesuai) untuk menyemprotkan cairan pengisinya sehingga pengguna aman. Bilik sterilisasi ini diberi nama "White Box". Penelitian "White Box"ini bertujuan merancang (fungsional dan struktural) dan menguji coba (uji fungsi dan uji kinerja) pada sebuah sistem dan mekanisme penyaluran pengembunan dari alat humidifier yang mampu memenuhi ruang bilik sterilisasi secara optimal. Metode rancang bangun bilik sterilisasi "White Box" menggunakan metode kualitatif dengan tahap kegiatan meliputi: (1) Tahap persiapan yaitu rancangan fungsional dan rancangan struktural"White Box"; (2) Tahap pelaksanaan yaitu analisa penggunaan alat dan bahan dan Pembuatan bilik sterilisasi; (3) Tahap Pasca Pelaksanaan yaitu pengujian bilik sterilisasi antara lain uji fungsi dan uji kinerja bilik sterilisasi. Muatan kegiatan rancang bangun bilik sterilisasi "White Box" dilakukan dengan cara menguji coba berbagai variasi prototipe, meliputi variasi dimensi pipa penyaluran, bentuk pipa penyalur, variasi sistem perpipaan. Proses validasi yang dilakukan meliputi: (1) Diamater pipa terhadap semburan embun humidifier; (2) Bentuk pipa penyalur terhadap semburan embun humidifier; dan (3) Panjang lintasan pipa terhadap semburan embun humidifier.
Studi Eksperimental Sistem Pengarah Aliran Pada Turbin Hidrokinetik Archimedes Spiral Adri Pratama; Dwi Anung Nindito; Raden Haryo Saputra
Jurnal Teknik Vol 19 No 1 (2021): Jurnal Teknik
Publisher : Universitas Negeri Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37031/jt.v19i1.145

Abstract

Changes in flow direction due to drag and lift forces that hit the Archimedes Spiral hydrokinetic turbine is a problem that could affect turbine performance, hence, it is important to add a flow steering system. This study aims to determine the effect of adding a flow guide system in the form of a truncated cone and tail guide on the performance of the Archimedes Spiral turbine. The method used is experimental tests on turbine performance using several variations of flow velocity in open channels. The results of the study show that the Archimedes Spiral turbine with a flow guide system produces a Cp value of 0.19–0.22 and a TSR value of 1.76–1.85. The torque value obtained is in the range of 0.013–0.017 Nm within the range of 28.64–33.60 RPM. The addition of a truncated cone was able to increase the flow capture force. The addition of a guide tail could forward the vortex flow lengthwise to the downstream of the turbine. The forwarded vortex flow inhibits the rotation of the turbine blades and causes the compressive force on the turbine to increase. The increased compression force on the blade caused the torque value to increase. In the Archimedes Spiral turbine with the addition of a flow steering system, the increased torque caused the concept drag force to be higher than the concept of lift force. The addition of a truncated cone and guide tail increased the performance of the Archimedes Spiral turbine.
PENGARUH KEMIRINGAN STRAIGHT BLADE TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN SELF-STARTING TURBIN HIDROKINETIK ARTICULATING H-ROTOR Desy Rianti; Dwi Anung Nindito; Raden Haryo Saputra
Teknika Vol 16, No 2 (2021): Oktober
Publisher : Universitas Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (926.419 KB) | DOI: 10.26623/teknika.v16i2.3981

Abstract

The Articulating of H-Rotor is a development of the turbine from H-Darrieus which has a straight blade tilted with the aim of correcting poor self-starting due to the dominance of lift force. How likely is the influence of straight blade slope on turbine performance and it is important to be examined. The aim of this study was to find out the effect of the straight blade slope of the Articulating H-Rotor turbine to increase the self-starting ability. Hydrokinetic turbine experimental test method was carried out in a water channel (flume) using 3 NACA 0018 profile blades with varying inclination angles of 0o (vertical blade), 30o (inflated blade) and -30o (cupped blade). The result indicated that the Articulating H-Rotor hydrokinetic turbine with a blade slope of 0o had a larger RPM value and it was more dominant in working with lift force. The Articulating H-Rotor hydrokinetic turbine with a blade tilted of 30o provides higher torque and increases drag, increasing self-starting for rotation. The shape of the turbine frontal area with a blade slope of 30o was better able to respond the kinetic energy that raised from the flow velocity distribution profile of the water flow. The results of this study can contribute to the design of the tilted blade H-Darrieus turbine.