Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Analisis Postur Kerja Operator Welder, Milling dan Helper di Workshop IV Cold Rolling Mill (CRM) PT Krakatau Steel dengan Pendekatan RULA (Rapid Upper Limb Assessment) Ade Sri Mariawati; Putri Marliana
Journal Industrial Servicess Vol 1, No 2 (2016): Maret 2016
Publisher : Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36055/jiss.v1i2.1491

Abstract

Workshop IV adalah bagian dari PT Krakatau Steel yang merupakan divisi “central workshop & field maintenance”. Workshop IV CRM memiliki dua bagian area kerja, yaitu machine shop dan welding shop dengan lebih dari 30 jenis mesin yang digunakan. Pada area machine shop, terdapat berbagai jenis mesin seperti mesin gerinda besar hingga gerinda tangan, mesin bubut kecil hingga besar, mesin cutting, mesin gergaji hack dan back, crane, serta mesin milling besar dan kecil. Sedangkan pada area welding shop terdapat berbagai jenis mesin las dari yang kecil hingga mesin las CNC serta crane. Penelitian yang dilakukan adalah menganalisa postur kerja dari operator welder, milling dan helper di workshop IV CRM dengan menggunakan metode RULA. Observasi awal adalah melakukan penyebaran kuesioner nordic body map terhadap 3 operator welder, 2 operator milling serta 1 helper penghalusan untuk mengetahui keluhan-keluhan yang terjadi pada saat atau selesai bekerja. Ketiga mesin tersebut merupakan mesin yang memiliki intensitas kesibukan yang cukup tinggi. Hasil dari perhitungan dengan menggunakan software CATIA dan perhitungan manual menghasilkan skor yang sama, yaitu skor 3 pada bagian tubuh kanan dan kiri dari kegiatan mengelas, skor 5 pada bagian tubuh kanan dan skor 6 pada bagian tubuh kiri dari kegiatan membersihkan kerak sisa las, skor 7 pada bagian tubuh kanan dan skor 6 pada bagian tubuh kiri dari kegiatan memasang atau melepas benda kerja mesin milling, skor 7 pada bagian tubuh kanan dan kiri dari kegiatan memasang ragum mesin milling, skor 3 pada bagian tubuh kanan dan kiri dari kegiatan mengoperasikan mesin milling, serta skor 7 pada bagian tubuh kanan dan kiri dari kegiatan penghalusan (helper). Kategori skor1-2 memiliki level resiko minimum yang berarti sudah aman, skor 3-4 memiliki level resiko kecil dan diperlukan beberapa waktu kedepan untuk tindakan, skor 5-6 memiliki level resiko sedang dan diperlukan tindakan dalam waktu dekat, skor 7 memiliki level resiko tinggi dan perlu dilakukan tindakan sekarang juga
Perbaikan Metode Kerja Pada Stasiun Truss And Roof Dengan Pendekatan Biomekanika Di PT.XYZ Erdi Hermawan; Lovely Lady; Ade Sri Mariawati
Jurnal Teknik Industri Untirta Vol. 3 No. 2 Juli 2015
Publisher : Jurnal Teknik Industri Untirta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3487.741 KB)

Abstract

Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) memacu terciptanya berbagai peralatan atau mesin. Penggunaan mesin dimaksudkan untuk membantu kemampuan, kebolehan dan keterbatasan manusia dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya sehingga tercapai hasil kerja yang lebih banyak, lebih cepat, lebih kuat, mutu produk lebih baik, kesalahan lebih sedikit, beban kerja yang lebih ringan serta dengan resiko yang sekecil-kecilnya. Dilihat dari kuesioner nordic body map pada operator yang memiliki keluhan rasa sakit pada tubuh bagian leher bagian atas, leher bagian bawah, bagian siku kiri, jari-jari tangan dan lain-lain. Selain itu, identifikasi postur kerja dengan metode RULA menggunakan software CATIA diperoleh skor operator pada pekerjaan pemindahan produk truss dan roof  rata-rata memiliki nilai 5-7 pada posisi tubuh, namun posisi tubuh yang paling berbahaya terdapat pada kegiatan mengarahkan beban pada pekerjaan produksi roof.. Hasil skor tersebut perlunya perbaikan postur kerja dalam waktu dekat dan perbaikan sekarang juga. Penelitian ini bertujuan untuk membuat usulan perbaikan metode kerja dengan menggunakan metode RULA (Rapid Upper Limb Assesment) dan biomekanika gaya. Hasil penilaian postur kerja dengan metode RULA diperoleh skot tertinggi pada operator 1 dan 2 stasiun roof kegiatan memgarahkan produk sebesar 7, sehingga diperlukan perbaikan sekarang juga. Kemudian hasil penilaian biomekanika gaya diperoleh gaya tekan sebesar 4642.834 N dan 4506.62 N, maka operator perlu hati-hati dalam melakukan kegiatan kerja ini karena besarnya gaya tekan (FC) > AL (batasan gaya angkat normal:3500N).  Selain itu, kegiatan kerja ini berpotensi untuk  terjadinya keluhan cidera musculoskeletal dan back injury. Perbaikan dengan merancang alat bantu rak dalam proses penyimpanan produk roof, dengan dilakukan perbaikan metode kerja membuat kerja berubah dan menjadi lebih baik. Penilaian skor RULA setelah perbaikan menunjukkan nilai skor 2 dan 3, artinya postur kerja ini sudah dikategorikan baik dan tidak berbahaya. Sedangkan hasil penilaian biomekanika gaya setelah perbaikan diperoleh gaya tekan sebesar 3371.649 N dan 3383.69 N, kegiatan kerja ini sudah dalam keadaan baik karena besarnya gaya tekan (FC) < AL (batasan gaya angkat normal:3500N).
Identifikasi Penilaian Aktivitas Pengelasan Pada Bengkel Umum Unit 1-4 Dengan Pendekatan Job Safety Analysis di PT.Indonesia Power UBP Suralaya Brian Hadi W.; Ade Sri Mariawati
Jurnal Teknik Industri Untirta Vol. 2 No. 2 Juli 2014
Publisher : Jurnal Teknik Industri Untirta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1603.556 KB)

Abstract

PT.Indonesia Power merupakan perusahaan pembangkit listrik tenaga uap terbesar di Indonesia. PT.Indonesia Power mempunyai bagian pemeliharaan salah satunya untuk unit 1-4 yang didalamnya terdapat bengkel umum unit 1-4. Bengkel umum unit 1-4 memiliki beberapa aktivitas yaitu mengelas listrik, membubut, menggerinda, cutting, penggurdian dan lain-lain. Berdasarkan wawancara aktivitas las listrik di bengkel umum unit 1-4 memiliki jumlah kecelakaan kerja lebih banyak dibandingkan aktivitas lainya. Untuk itu diperlukan identifikasi potensi bahaya, penilaian risiko serta pengendaliannya. Latar belakang dari penelitian ini adalah pada bengkel umum unit 1-4 tidak memiliki Job Safety Analysis (JSA) pada setiap aktivitas. Aktivitas pengelasan pada bengkel umum unit 1-4 dilakukan diberbagai tempat seperti pengelasan di ruang terbuka, ruang tertutup dan ditempat ketinggian. Pada aktivitas pengelasan di tempat terbuka dilakukan setiap hari sedangkan pada aktivitas pengelasan di ruang tertutup atau ketinggian dilakukan tidak setiap hari dan jarang terjadi dikarenakan dilakukan apabila terdapat masalah dan gangguan mesin. Penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara dan observasi langsung. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengidentifikasi bahaya dan dampak bahaya dari aktivitas pengelasan, menilai risiko dari bahaya aktivitas pengelasan yang memiliki tingkat risiko/peringkat risiko tertinggi, dan menentukan cara pengendalian bahaya pada aktivitas pengelasan tempat terbuka, pengelasan tempat tertutup dan pengelasan di tempat ketinggian yang dilakukan bengkel umum unit 1-4. Dalam penelitian ini menggunakan metode Job Safety Analysis untuk mengidentifikasi potensi bahaya pengelasan listrik, penilaian risiko serta pengendaliannya. Hasil dari penelitian ini didapat potensi bahaya yang memiliki tingkat resiko/peringkat risiko tertinggi adalah Terkena sinar ultraviolet dan infra merah, Asap pengelasan terhirup pekerja, Percikan api mengenai benda yang mudah terbakar atau mengenai tabung, terdapat kandungan gas hidrogen di area pengelasan tempat tertutup dan ketinggian, Terjatuh/terpeleset dari ketinggian, potensi bahaya ini tergolong risiko tinggi, potensi bahaya lainya dari aktivitas pengelasan adalah Tersengat listrik, Terbakar ketubuh pekerja (terkena percikan api las), pekerja mengalami panas dalam ruangan tertutup, Terbentur/tertimpa material, Tertusuk material yang tajam, Tangan terjepit, Terjatuh, Terpukul palu terak, Tergores material tajam, Terhirup debu material, Tangan terkena logam panas, Terkena serpihan api saat gerinda, Terkena pecahan geram pada putaran gerinda. Dampak bahaya yang akan terjadi adalah Merusak mata dan kulit, Gangguan pernapasan, Menimbulkan ledakan atau kebakaran, kematian, Cidera/pingsan, Luka bakar pada tubuh pekerja, dehidrasi, Luka gores pada tangan, Luka bakar. Pengendalian yang dilakukan berdasarkan hirarki pengendalian yaitu engineering control, administrative control dan personal protective equuipment (APD).
Perancangan Inkubator untuk Bayi Prematur dengan Metode Rasional Usman Ady Santoso; Wahyu Susihono; Ade Sri Mariawati
Jurnal Teknik Industri Untirta Vol. 2 No. 3 November 2014
Publisher : Jurnal Teknik Industri Untirta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (877.108 KB)

Abstract

Bayi yang lahir secara prematur belum dapat beradaptasi dengan suhu dan temperatur secara normal ketika berada di rumah, sehingga dibutuhkan sebuah alat penghangat atau penstabil suhu bagi bayi prematur yang sudah diperbolehkan pulang ke rumah. Masalah yang ada pada inkubator saat ini adalah mahalnya harga inkubator untuk inkubator impor namun dilengkapi berbagai keunggulan teknologi yang dibutuhkan dalam perawatan bayi prematur Oleh karena itu tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk merancang inkubator untuk perawatan bayi prematur yang khusus bagi bayi prematur di rumah atau yang telah selesai masa pemulihan di rumah sakit. Inkubator digunakan untuk perawatan bayi prematur di rumah agar membantu para orang tua yang mengalami kesulitan dalam merawat bayi prematur di rumah. Inkubator didesain dengan menggunakan metode rasional. Metode rasional menitikberatkan sebuah perancangan terstruktur berdasarkan customer needs, sehingga diharapkan inkubator ini memenuhi kebutuhan akan inkubator untuk perawatan bayi prematur. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai perancangan inkubator untuk perawatan bayi prematur di rumah, diperoleh kesimpulan bahwa inkubator dibutuhkan oleh bayi prematur untuk mempertahankan suhu tubuhnya agar tidak kedinginan. Berdasarkan kuisioner yang telah disebar, kenyamanan serta keamanan bagi bayi prematur menjadi prioritas yang utama yang dipilih oleh para responden. Hasil perancangan inkubator untuk perawatan bayi prematur menggunakan metode rasional adalah memiliki tinggi sebesar 102 cm, lebar 65 cm, panjang 100 cm. Inkubator juga memiliki panjang pegangan (handle) 8 cm dan diameter 6 cm. Sumber energi utama utuk memanaskan inkubator berasal dari lampu pijar. Keunggulan inkubator untuk perawatan bayi prematur di rumah yakni dimensi yang sesuai dengan anthropometri manusia, permukaan inkubator tidak memiliki siku sehingga dapat mengurangi potensi cedera bagi pengguna, kaki inkubator dapat dilipat sehingga memudahkan untuk disimpan ketika tidak digunakan, serta terdapat sumber energi alternatif untuk menyalakan inkubator menggunakan baterai.
Perancangan Pencahayaan Buatan Dengan Metode Lumen Di PT. XYZ Akhmad Rafsanjani; Yayan Harry Yadi; Ade Sri Mariawati
Jurnal Teknik Industri Untirta Vol. 3 No. 2 Juli 2015
Publisher : Jurnal Teknik Industri Untirta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (847.246 KB)

Abstract

Pencahayaan yang baik dan cukup di tempat kerja akan memudahkan pekerja melakukan seluruh aktivitas tanpa terganggu serta mengurangi adanya keluhan kesehatan yang diakibatkan oleh kurangnya pencahayaan dalam tempat kerja. Ruangan direktur PT. XYZ memiliki kuat penerangan sebesar 105 lux yang mengakibatkan timbulnya beberapa keluhan kelelahan pada beberapa karyawan seperti tulisan yang tidak terlalu jelas terlihat, dan keluhan kelelahan mata seperti mata selalu terasa mengantuk, mata yang sering dikucek, mata terasa tegang dan kaku. nilai tersebut belum sesuai dengan ambang batas ketentuan yang berlaku pada KEPMENKES NOMOR 1405/MENKES/SK/XI/2002 yang memberikan batas minimum sebesar 300 lux. Penelitian ini bertujuan untuk merancang perbaikan pencahayaan pada ruangan direktur agar distribusi cahaya dapat merata keseluruh ruangan. Metode lumen digunakan untuk menghitung jumlah lampu yang dibutuhkan serta memperhitungkan jarak lampu yang baik dengan cara memperhitungkan distribusi intesitas cahaya luminer, efisiensi, bentuk dan ukuran ruangan, pantulan permukaan, ketinggian lampu dari bidang kerja, faktor-faktor kehilangan cahaya yang diakibatkan oleh timbunan debu pada luminer, penyusutan lumen yang dikeluarkan oleh lampu. Hasil penelitian didapatkan bahwa jumlah lampu yang dibutuhkan pada ruang direktur PT. CPR adalah 5 buah dengan tipe fluorescent jenis TL electronic 45 watt menghasilkan rata-rata intensitas cahaya sebesar 315 lux, dengan jarak maksimal antara lampu adalah 2,55 meter. Setelah dilakukan perancangan perbaikan pencahayaan keluhan kelelahan mata sudah berkurang sebanyak 70 % dari sebelumnya
Analisis Resiko Cidera Kerja pada Kegiatan Proses Produksi dengan Metode Quick Exposure Checklist (QEC) di PT. XYZ Fauzzi Amrulloh; Lovely Lady; Ade Sri Mariawati
Jurnal Teknik Industri Untirta Vol. 3 No. 2 Juli 2015
Publisher : Jurnal Teknik Industri Untirta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2867.816 KB)

Abstract

PT. XYZ adalah perusahaan yang memproduksi kapur cair. Besarnya produksi di perusahaan ini ditentukan oleh jumlah pesanan dari konsumen. Dengan semakin meningkatnya kapasitas produksi, menyebabkan aktivitas MMH dalam warehouse di PT. XYZ semakin tinggi. Oleh karena itu Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai kategori dari postur dan beban kerja pada pekerja MMH di bagian warehouse PT. XYZ dan mengusulkan solusi untuk mengurangi resiko cidera kerja. Quick Exposure Check (QEC) merupakan salah satu metode yang menggunakan kuesioner yang ditujukan untuk operator dan juga pengamat. Kuesioner ini digunakan untuk menganalisis beban postur tubuh yang dirasakan oleh operator di PT. XYZ. Dari hasil perhitungan, nilai yang didapat dari keseluruhan karyawan yang bekerja di PT. XYZ berada pada range 88,64%-95,45% sehingga perlu diberikan usulan perbaikan. Perbaikan metode kerja didasari oleh usaha untuk mengurangi nilai indeks resiko dengan melakukan perubahan postur kerja. Adapun perbaikan yang dilakukan adalah perubahan postur operator dengan mengurangi gerakan janggal seperti memutar, membungkuk, atau miring, dan mengusulkan alat bantu yang berupa gerobak sehingga didapatkan penurunan indeks resiko kerja menjadi 55,68%-67,05% atau dapat dikatakan butuh penelitian lebih lanjut dan lebih aman digunakan olejh pekerja.
Perbaikan Postur Kerja Dengan Menggunakan Metode RULA (Rapid Upper Limb Assesment) Di CV.XYZ Tri Yanuar; Yayan Harry Yadi; Ade Sri Mariawati
Jurnal Teknik Industri Untirta Vol. 3 No. 2 Juli 2015
Publisher : Jurnal Teknik Industri Untirta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (687.089 KB)

Abstract

Semakin berkembangnya dunia teknologi, perusahaan akan semakin dituntut untuk selalu menambah produktivitas kerja para karyawan. Akan tetapi, terdapat beberapa kasus dimana peningkatan produktivitas tersebut tidak diiringi dengan perubahan cara kerja yang lebih baik sehingga mengakibatkan ketidaknyamanan untuk operator yang bekerja pada perusahaan tersebut. contohnya kasus yang terjadi pada CV XYZ. Berdasarkan hasil tabulasi Standart Nodric Questionaire dan wawancara dengan seluruh operator di seluruh station kerja banyak keluhan yang dirasakan oleh operator diantaranya mengalami keluhan pada bagian leher atas, bahu, punggung, pinggang, siku, pantat, pergelangan tangan, sakit tangan, sakit paha, lutut, betis, pergelangan kaki dan sakit telapak kaki. Penelitian ini bertujuan untuk membuat usulan rancangan perbaikan stasiun kerja dengan menggunakan metode RULA (Rapid Upper Limb Assesment). Hasil skor postur kerja penilaian RULA untuk stasiun adonan didapatkan skor akhir RULA 7, stasiun pemotongan 5, stasiun pemilahan 6, stasiun packing 6, sehingga diperlukan adanya perbaikan sistem kerja dalam waktu dekat. Hal ini peneliti melakukan perbaikan dengan membuat meja kerja dan kursi kerja, dengan dilakukan perbaikan sistem kerja membuat kerja berubah dan menjadi lebih baik. Berdasarkan penilaian skor RULA setelah adanya perbaikan menunjukan nilai skor 3 dan 4, yang berarti mempunyai level resiko kecil dan diperlukan tindakan beberapa waktu kedepan. 
Redesain Alat Pemipihan Biji Melinjo Dengan Pendekatan Metode Antropometri Di UD. SARTIKA Wahyu Prasetyo; Ade Sri Mariawati
Jurnal Teknik Industri Untirta Vol. 3 No. 2 Juli 2015
Publisher : Jurnal Teknik Industri Untirta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2255.714 KB)

Abstract

UD. SARTIKA merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang makanan ringan khas cilegon emping dan ceplis yang terbuat dari biji melinjo mempunyai dua rasa pedas dan gurih. Kapasitas produksi melinjo setiap hari mencapai ± 30 kg, dengan waktu proses pembuatan emping dan ceplis 8 jam, dalam sehari bisa menghasilkan emping dan ceplis ± 15 kg. Dikarenakan lamanya pada tahap pemipihan yang menghabiskan waktu selama ± 5 jam, ketidak keterampilan dalam proses pemipihan secara manual mengakibatkan timbulnya rasa sakit pada postur tubuh antara lain sakit pada pinggang, sakit leher, sakit bahu, sakit punggung, sakit lengan dan pergelangan tangan, pada proses pembuatan emping dan ceplis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai postur tubuh pada proses pemipihan dan merancang alat yang ergonomis, setelah itu menilai postur tubuh setelah perbaikan perancangan alat. Peneliti melakukan perancangan alat pemipihan biji melinjo dengan menggunakan metode Antropometri untuk merancang alat pemipihan semi otomatis dan RULA untuk mengitung postur tubuh pada disetiap proses pembuatan emping dan ceplis. Berdasarkan hasil penelitian setelah perancangan alat dan perbaiakan postur tubuh didapatkan nilai 4 berdasarkan skor tersebut maka level resiko dari kegiatan proses pemipihan biji melinjo dengan perubahan posisi untuk duduk secara tegak berada pada kategori Action Level 2 menunjukkan bahwa penyelidikan lebih jauh dibutuhkan dan mungkin saja perubahan diperlukan. 
Manajemen Risiko K3 Menggunakan Pendekatan HIRARC (Hazard Identification, Risk Assessment and Risk Control) Guna Mengidentifikasi Potensi Hazard Mochamad Afandi; Shanti Kirana Anggraeni; Ade Sri Mariawati
Jurnal Teknik Industri Untirta Vol. 3 No. 2 Juli 2015
Publisher : Jurnal Teknik Industri Untirta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (193.757 KB)

Abstract

PT XYZ merupakan perusahaan manufaktur swasta yang bergerak di bidang pembuatan baja terintegrasi dari mulai proses hulu sampai ke hilirnya. Berdirinya perusahaan ini di samping menimbulkan dampak yang positif ada pula dampak yang negatifnya, dampak positifnya industri ini dapat menyerap tenaga kerja lokal sehingga mengurangi jumlah angka pengangguran di daerah khususnya dan bisa memberikan new knowladge bagi pekerjanya. Perusahaan ini adalah perusahaan baru dan memulai aktifitasnya belum genap setahun, oleh karena itu perlu dilakukan identifikasi bahaya guna mengetahui risiko bahaya apa saja yang mungkin terjadi dan belum ter-record secara penuh dan nantinya dari penelitian ini akan timbul usulan terhadap kondisi sekitar area kerja yang nantinya diharapkan kecelakaan kerja diarea ini bisa diminimalisir atau bahkan jangan sampai terjadi. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi risiko bahaya yang mungkin terjadi, mengetahui kategori bahaya pada masing-masing pekerjaan dan memberikan usulan pengendalian guna meminimalisir kecelakaan kerja berdasarkan hasil kategori risiko tertinggi. Metode yang digunakan adalah HIRARC, yang dimana fungsi dari HIRARC adalah mengidentifikasi semua faktor yang dapat membahayakan pekerja serta memberikan penilaian terhadap bahaya yang ada yang dimana untuk mendapatkan nilai risiko digunakan perkalian antara paparan x peluang x konsekuensi yang dimana dari hasil perkalian ini akan timbul nilai risikonya. Dari hasil penelitian ini di dapat bahwa pekerjaan yang dilakukan adalah longitudinal check dan crosswall check, dari masing-masing pekerjaan ini di dapat untuk kategori risiko tertinggi untuk longitudinal adalah keracunan gas Co dan terperosok kedalam charging hole. Sedangkan untuk crosswall risiko tertingginya ada pada risiko keracunan gas Co, terperosok kedalam charging hole dan tertabrak roda charging car. Kesimpulan dari hasil HIRARC adalah untuk longituidal check mempunyai 12 risiko bahaya sedangkan untuk crosswall mempunyai 14 risiko bahaya.
Perancangan Tas Gendong Buruh Tengtengan Di Pelabuhan Penyebrangan Merak Banten Menggunakan Metode Antropometri Agus Trisardi; Yayan Harry Yadi; Ade Sri Mariawati
Jurnal Teknik Industri Untirta Vol. 3 No. 3 November 2015
Publisher : Jurnal Teknik Industri Untirta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (402.513 KB)

Abstract

Buruh tengtengan yang berada di pelabuhan penyebrangan Merak dalam kegiatan pekerjaannya dapat membawa beban paling ringan 10 kg, yang paling berat mencapai 50 kg dan rata-rata barang mencapai 30 kg. Pengangkatan barang tersebut memiliki resiko potensi cidera Musculoskeletal disorders (MSDs). Tujuan penelitian ini adalah merancang alat bantu tas gendong dengan memanfaatkan informasi Antropometri untuk meminimalisir potensi MSDs pada buruh tengtengan di pelabuhan penyebrangan Merak. Metode yang digunakan yaitu metode Quick Exposure Checklist (QEC). Berdasarkan pengolahan data dihasilkan nilai presentase exposure 71 % - 100 %. Potensi bahaya yang bisa terjadi yaitu iritasi pada urat/sendi , sakit pada siku, tekanan syaraf pergelangan tangan, peradangan pada jari-jari tangan, tekanan pada sistem syaraf , tekanan pada leher. Hasil perancangan tas gendong dengan memanfaatkan informasi data antropometri sebagai berikut : Gendongan belakang terdiri dari : lebar tas 42 cm, tinggi tas 43 cm, panjang penyangga alas bawah 30 cm, lebar penyangga alas bawah 42 cm, dan panjang tali 84 cm . Gendongan depan terdiri dari : panjang tali utama 65 cm, panjang penyangga depan 22 cm, lebar penyangga depan 42 cm, panjang tali penyangga 30 cm, celah leher 16 cm, panjang tali pinggang 80 cm, dan panjang jinjingan 7 cm.