Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

TINGKAT KEMAMPUAN MAHASISWA S1 FARMASI DAN APOTEKER DALAM MENYELESAIKAN KASUS SWAMEDIKASI DI JAWA TIMUR Brevmana Brevmana; Yosi Irawati Wibowo; Cecilia Brata; Eko Setiawan
Bhamada: Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan (E-Journal) Vol 12 No 2 (2021)
Publisher : STIKES BHAMADA SLAWI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36308/jik.v12i2.312

Abstract

Swamedikasi menjadi alternatif yang banyak dipilih masyarakat untuk meredakan atau menyembuhkan keluhan kesehatan ringan atau untuk meningkatkan keterjangkauan akses terhadap pengobatan. Swamedikasi biasanya dilakukan untuk mengatasi keluhan-keluhan dan penyakit ringan yang banyak dialami masyarakat, seperti demam, nyeri, pusing, batuk, influenza, sakit maag, kecacingan, diare, penyakit kulit dan lain-lain. Tujuan penelitian untuk mengetahui kemampuan S1 Farmasi dalam menyelesaikan kasus swamedikasi, meningkatkan kemampuan apoteker di apotek dalam menyelesaikan kasus swamedikasi dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi karakteristik apoteker dan kemampuan apoteker dalam menyelesaikan kasus swamedikasi. Metode penelitian menggunakan desain cros-sectional untuk membandingankan ketepatan rekomendasi mahasiswa S1 farmasi dan apoteker dalam pemberian pelayanan swamedikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketepatan rekomendasi yang diberikan oleh apoteker terkait kasus sakit kepala, diare, maag, migraine, dan bantuk kering yang sering ditemukan dalam kasus. Tidak terdapat hubungan antara karakteristik apotek dan apoteker dengen ketepan jenis rekomdasi untuk seluruh kasus swamedikasi.
Tata Laksana Terapi Pasien dengan COVID-19: Sebuah Kajian Naratif Adji P. Setiadi; Yosi I. Wibowo; Steven V. Halim; Cecilia Brata; Bobby Presley; Eko Setiawan
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy Vol 9, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15416/ijcp.2020.9.1.70

Abstract

Kasus pneumonia yang disebabkan oleh severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang disebut coronavirus diseases 2019 (COVID-19) oleh World Health Organization (WHO) merupakan sebuah tragedi dalam dunia kesehatan secara global. Tata laksana yang tepat dan cepat diharapkan dapat menyelamatkan nyawa pasien. Sampai tulisan ini dibuat, belum terdapat satu jenis obat yang secara resmi diizinkan penggunaannya untuk terapi COVID-19. Kajian literatur ini bertujuan untuk 1) memaparkan tata laksana pengobatan dan 2) mendaftar serta menjelaskan alternatif obat yang dapat digunakan untuk SARS-CoV-2. Proses penelusuran artikel dalam kajian pustaka ini dilakukan pada sebuah database, yakni PubMed dengan kombinasi kata kunci ((“corona virus”) OR (“covid-19”) OR (“SARS-CoV-2”)) AND ((“treatment”) OR (“therapy”)). Hasil kajian ini menunjukkan bahwa tata laksana pasien dengan COVID-19 dapat berbeda antar-setting dan negara dengan mempertimbangkan ketersediaan sumber daya, khususnya obat. Pedoman terapi WHO dan pedoman di Indonesia saat ini merekomendasikan supportive therapy untuk penanganan COVID-19, antara lain: terapi untuk gejala yang terjadi, pemberian oksigen, penggunaan antibiotik, terapi cairan, penggunaan vasopresor, dan tindakan medis (termasuk pemasangan ventilator) untuk menyelamatkan nyawa pasien. Belum terdapat obat khusus yang direkomendasikan untuk menekan replikasi SARS-CoV-2. Beberapa jenis obat yang potensial bermanfaat untuk SARS-CoV-2 antara lain: klorokuin atau hidroksiklorokuin, arbidol, ribavirin, favipiravir, lopinavir/ritonavir, remdesivir, oseltamivir, dan interferon. Namun sampai dengan tulisan ini dibuat, terdapat keterbatasan bukti penelitian dengan desain yang baik yang dapat digunakan untuk menarik kesimpulan terkait superioritas suatu jenis obat tertentu dibandingkan dengan alternatif yang lain. Dalam kondisi menunggu hasil penelitian dengan desain penelitian yang baik, penggunaan obat yang memiliki bukti efektivitas (walaupun belum baik) atau diduga efektif, perlu dioptimalkan untuk menyelamatkan nyawa pasien, khususnya mereka yang dalam kondisi parah.Kata kunci: COVID-19, tata laksana, terapi Therapeutic Management of Patients with COVID-19: A Narrative ReviewAbstractPneumonia caused by severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2)—named coronavirus diseases 2019 (COVID-19) by World Health Organization (WHO)—has been a global public health emergency. Timely and effective therapeutic strategies are of importance in saving patients’ lives. However up to now, there is no specific treatment approved for COVID-19. This review aimed 1) to describe the available therapeutic strategies, and 2) to explore options of medications that can be used to treat COVID-19. A search strategy using keywords ((“corona virus”) OR (“covid-19”) OR (“SARS-CoV-2”)) AND ((“treatment”) OR (“therapy”)) was conducted in PubMed database. The review showed that treatment strategies could be different between settings and/or countries considering the availability of resources, particularly medications. The current WHO as well as the Indonesian guidelines mainly recommended supportive therapy to treat COVID-19, including: symptomatic care, oxygen therapy, antibiotics, fluid therapy, vasopressors, and taking medical interventions (including the use of ventilator). Studies conducted so far indicated the potential benefits of some medications, including chloroquine/hydrochloroquine, arbidol, ribavirin, favipiravir, lopinavir/ritonavir, remdesivir, oseltamivir, and interferon; however, the evidences available have been limited and not strong enough to recommend any specific medication for COVID-19. While waiting for quality evidences, optimising the use of medications—reported to have some levels of effectiveness—could be the current best option to save patients, especially those who are critically ill.Keywords: COVID, medication, therapeutic management
Rekomendasi Apoteker Komunitas Saat Menghadapi Permintaan Swamedikasi Diare yang Disertai Darah: Sebuah Survei di Wilayah Perkotaan Indonesia Yustina Octafelia; Abdul Rahem; Adji P. Setiadi; Yosi I. Wibowo; Cecilia Brata; Eko Setiawan; Steven V. Halim
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy Vol 10, No 4 (2021)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15416/ijcp.2021.10.4.289

Abstract

Diare merupakan salah satu penyakit ringan yang banyak dijumpai di komunitas. Apoteker perlu memiliki kemampuan untuk memilah kasus diare yang dapat ditangani dengan obat bebas atau yang membutuhkan rujukan segera ke dokter, seperti kasus diare dengan darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketepatan rekomendasi yang diberikan oleh apoteker saat menghadapi permintaan swamedikasi pada diare yang disertai darah pada pasien dewasa. Penelitian potong-lintang ini dilakukan pada bulan Oktober–Desember 2019 dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari 2 bagian, yaitu: karakteristik responden dan kasus terkait diare akut disertai darah pada pasien dewasa yang baru dikembangkan. Kuesioner yang digunakan telah divalidasi rupa dan konten oleh ahli farmasi klinis, kesehatan masyarakat, dan praktisi farmasi. Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif. Total terdapat 84 apoteker yang terlibat dalam penelitian ini (response rate 38,71%). Mayoritas apoteker berjenis kelamin wanita (89,29%) dan berusia 24–34 tahun (59,52%). Rujukan kepada dokter merupakan jenis rekomendasi yang paling banyak diberikan, namun hanya 23 dari antaranya (34,52%) yang merekomendasikan rujukan ke dokter segera, yang merupakan rekomendasi paling tepat pada kasus dalam penelitian ini. Beberapa apoteker merekomendasikan antibiotik, yakni: metronidasol atau kotrimoksasol atau tiamfenikol. Sebagian besar apoteker dalam penelitian ini belum memberikan rekomendasi yang tepat pada kasus diare disertai darah. Penelitian lanjut perlu dilakukan untuk memetakan kebutuhan apoteker agar dapat mengoptimalkan proses pemberian rekomendasi terkait kasus ringan di komunitas, khususnya pemberian rujukan ke dokter.   Kata kunci: Apoteker komunitas, Indonesia, pemberian rekomendasi, survei berbasis kasus Community Pharmacists’ Recommendations in Handling a Self-Medication Request for Bloody Diarrhea: A Survey in an Indonesian Urban SettingAbstractDiarrhea is one of the medical problems frequently found in the community. Pharmacists should determine the conditions treatable with over-the-counter medications and those that need urgent referral to a doctor, such as bloody diarrhea. Therefore, this study aimed to determine the appropriateness of the pharmacists' recommendations when responding to self-medication requests in the case of adult bloody diarrhea. This cross-sectional study was conducted from October to December 2019 using a questionnaire consisting of participants' characteristics and newly developed acute bloody diarrhea scenarios in adults. The quality and content of the questionnaire was validated by the experts in clinical pharmacy, public health, and pharmacists. The data obtained from 84 pharmacists with the response rate of 38.71% were analyzed descriptively. About 89.29 % of the pharmacists were female between 24 to 34 years. Referral to a doctor was the most suitable recommendation; however, only 23 pharmacists (34.52%) recommended this method. Some recommended antibiotics, such as metronidazole, cotrimoxazole, or thiamphenicol. Most pharmacists have not provided appropriate recommendations for a scenario related to bloody diarrhea in adults. Therefore, further research should be conducted to identify the required variables by the community pharmacists to make an appropriate recommendation as a response towards minor ailments in the community, especially medical referrals.    Keywords: Community pharmacists, Indonesia, advice-giving, case-based survey
Rekomendasi Apoteker Komunitas Saat Menghadapi Permintaan Swamedikasi Diare yang Disertai Alarm Symptoms Adji Prayitno Setiadi; Reza Amelia Istiqomah; Yustina Octafelia; Yosi Irawati Wibowo; Cecilia Brata; Eko Setiawan; Steven Victoria Halim
Jurnal Kesehatan Vol 13, No 1 (2022): Jurnal Kesehatan
Publisher : Politeknik Kesehatan Tanjung Karang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26630/jk.v13i1.3089

Abstract

Appropriate recommendations given by pharmacists play a critical role in determining the efficacy and safety of self-medication practices in pharmacies, including in the case of diarrhea with alarm symptoms. This observational study with a cross-sectional design aims to determine the profile and appropriateness of recommendations given by pharmacists in Surabaya when they faced self-medication requests for diarrhea with alarm symptoms. Data were collected using a questionnaire consisting of two parts, i.e., participants’ characteristics and one case of adult diarrhea with alarm symptoms. The case used was newly developed and the content had been validated. The content validation and the determination of appropriate recommendations given by pharmacists involved experts in clinical pharmacy, community pharmacy, and public health. The final data were analyzed and presented descriptively. A total of 160 pharmacists were involved in this study, the majority of whom were managing pharmacists (82.50%), female (85.50%), and have been working as pharmacists for 1 to 7 years (48.75%). Most pharmacists (56.87%) gave more than one type of recommendation, the majority of whom recommended dispensing of pharmaceutical products accompanied by a referral to physicians (21.88%). Only 42 pharmacists (26.25%) gave appropriate recommendations including referral to physicians (18.13%) or referral accompanied by pharmaceutical product (6.88%) and non-pharmacology recommendations (1.25%). Need assessment is required to identify interventions preferred by pharmacists to optimize their role in promoting responsible self-medication practices.
Pemberian Rekomendasi oleh Mahasiswa Farmasi pada Kasus Nyeri Pinggang di Setting Komunitas: Penelitian di Sebuah Institusi Friska Yanuar Ramadanti; Adji Prayitno Setiadi; Lisa Aditama; Cecilia Brata; Yosi Irawati Wibowo; Eko Setiawan; Steven Victoria Halim
Jurnal Sains Farmasi & Klinis Vol 8, No 2 (2021): J Sains Farm Klin 8(2), Agustus 2021
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (653.771 KB) | DOI: 10.25077/jsfk.8.2.190-199.2021

Abstract

Salah satu tujuan dalam kurikulum pendidikan farmasi adalah mempersiapkan mahasiswa agar mampu memberikan rekomendasi terkait gangguan kesehatan ringan di komunitas. Sampai saat ini, informasi terkait kemampuan mahasiswa dalam memberikan rekomendasi di Indonesia belum ditemukan dalam literatur terpublikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis dan ketepatan rekomendasi mahasiswa prodi apoteker di sebuah institusi pendidikan farmasi saat menghadapi permintaan swamedikasi pada kasus nyeri pinggang (low-back pain; LBP). Pengambilan data pada penelitian potong lintang ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari karakteristik partisipan dan sebuah kasus LBPyang diadaptasi dari pustaka terpublikasi. Ketepatan rekomendasi ditetapkan melalui diskusi pakar dan bukti penelitian digunakan sebagai dasar dalam mendefinisikan rekomendasi yang tepat. Data karakteristik partisipan dan ketepatan rekomendasi dianalisis secara deskriptif. Total terdapat 86 partisipan terlibat dalam penelitian ini (response rate 82,69%). Sebagian besar partisipan (91,86%) memberikan rekomendasi obat, dan 61 dari antaranya merekomendasikan obat golongan anti-inflamasi non-steroid (AINS; baik oral maupun topikal). Sebanyak 70,93% partisipan memberikan rekomendasi tepat, yaitu: obat analgesik golongan AINS dan topikal counter-irritantsdengan/tanpa rekomendasi lainnya. Penelitian ini menunjukkan partisipan dalam penelitian ini mampu memberikan rekomendasi yang tepat dalam menanggapi kasus LBP. Namun demikian, penelitian lanjutan untuk mengeksplorasi penyebab ketidaktepatan rekomendasi pada sebagian mahasiswa diperlukan sebagai upaya perbaikan aktivitas pembelajaran dan kurikulum pendidikan
Diare Akibat Penggunaan Antibiotik pada Anak: Apa Saran yang Diberikan oleh Apoteker Komunitas? Virginia Johanes Putri; Adji Prayitno Setiadi; Abdul Rahem; Cecilia Brata; Yosi Irawati Wibowo; Eko Setiawan; Steven Victoria Halim
Jurnal Sains Farmasi & Klinis Vol 7, No 3 (2020): J Sains Farm Klin 7(3), Desember 2020
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (717.507 KB) | DOI: 10.25077/jsfk.7.3.218-228.2020

Abstract

Diare akibat penggunaan antibiotik (antibiotic-associated diarrhea; AAD) merupakan salah satu gangguan klinis yang seringkali terjadi pada anak dan perlu mendapat intervensi dari dokter untuk mengatasi masalah tersebut. Dengan mempertimbangkan bahwa swamedikasi seringkali menjadi pilihan masyarakat ketika menghadapi kasus diare, apoteker di komunitas memiliki peran penting dalam mengarahkan masyarakat ke dokter untuk mengatasi masalah terkait AAD. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis dan ketepatan rekomendasi apoteker dalam menanggapi permintaan swamedikasi terkait kasus AAD pada anak. Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang yang dilakukan di wilayah Timur kota Surabaya. Sebuah kuesioner yang berisi pertanyaan terkait karakteristik peserta dan sebuah kasus digunakan pada proses pengambilan data. Validasi isi dari kasus serta penentuan kunci jawaban dilakukan melalui diskusi yang melibatkan pakar farmasi klinis, farmasi praktis, dan kesehatan masyarakat. Total terdapat 84 apoteker terlibat dalam penelitian ini; response rate 38,71%. Pemberian rekomendasi produk obat baik dengan maupun tanpa rujukan ke dokter atau saran non-farmakologi diberikan oleh 75 (89,29%) partisipan dan jenis obat yang paling sering direkomendasikan adalah probiotik, kaolin-pektin, domperidon, attapulgit. Sebanyak 26 apoteker (30,95%) memberikan rekomendasi yang tepat, yaitu: rujuk dokter segera dengan atau tanpa disertai rekomendasi lain. Hasil penelitian ini mengindikasikan perlunya intervensi untuk mengoptimalkan pemberian rekomendasi apoteker komunitas pada kasus AAD anak.
Apa yang direkomendasikan apoteker untuk tatalaksana diare akut pada anak? Sebuah survei di wilayah timur Kota Surabaya Linda Fidya Ningsih; Adji Prayitno Setiadi; Abdul Rahem; Cecilia Brata; Yosi Irawati Wibowo; Eko Setiawan; Steven Victoria Halim
JURNAL MANAJEMEN DAN PELAYANAN FARMASI (Journal of Management and Pharmacy Practice) Vol 11, No 1
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jmpf.59719

Abstract

Appropiate recommendation provided by pharmacists is considered as a crucial factors to prevent morbidity and mortality among children with acute diarrhea in the community. This study aimed to determine the type and the appropriateness of recommendations provided by the community pharmacists in the eastern part of Surabaya to children presenting with acute diarrhea. This was cross-sectional study conducted by using a questionnaire consisting of questions about participants’ characteristics and a case of acute diarrhea in children without complications and other “alarm symptoms” requiring medical referral. The appropriate recommendation for the case was to give a combination of oral rehydration solution (ORS) and zinc with or without other recommendations. Data were analyzed descriptively using SPSS version 22. A total of 84 pharmacists provided consent to be participants in this study. The majority of participants (73,81%) were pharmacists manager and more than 50% of them completed pharmacist professional degree between 2010 and 2019. Type of pharmacists’ recommendations were further classified as: medical referral, provision of medicine, laboratory testing, and non-pharmacology treatment. The most provided recommendations were provision of medicine (97,62%) with or without other recommendations. Medical referral were recommended by 22 pharmacists (26,19%). Of the total participants, 13,09% provided appropriate recommendations. Findings of this study indicate the necessity to optimise the role of community pharmacists in managing acute diarrhea in children. Further study to identify the needs of community pharmacists, either conducted with qualitative or quantitative approach, is required as the key step before implementing further intervention.
Profil Tipe dan Ketepatan Rekomendasi Apoteker pada Kasus Vignette Dispesia di Salah Satu Kabupaten di Jawa Timur Indonesia Brevmana Anugrah Primulyanto; Yosi Irawati Wibowo; Eko Setiawan; Cecilia Brata
MPI (Media Pharmaceutica Indonesiana) Vol. 4 No. 2 (2022): DECEMBER
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24123/mpi.v4i2.5331

Abstract

Dispepsia merupakan salah satu gejala yang umum dijumpai di apotek, dan oleh karena itu apoteker perlu untuk mampu memberikan rekomendasi yang tepat pada pasien dengan gejala dispepsia. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tipe dan ketepatan rekomendasi pada dua kasus vignette dispepsia. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dan 42 apoteker berpartisipasi dalam penelitian ini. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner yang berisi: (1) karakteristik apoteker dan apotek serta (2) dua kasus vignette: kasus dispepsia tanpa alarm symptoms dan kasus dispepsia karena Na diklofenak. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara terstruktur. Analisis data dilakukan dengan inductive content analysis. Ketepatan rekomendasi dinilai berdasarkan literatur dan opini expert panel. Tipe rekomendasi yang paling sering diberikan oleh apoteker pada dua kasus di atas adalah memberikan produk untuk gejala dispepsia. Ketepatan rekomendasi pada kasus dispepsia tanpa alarm symptom dan pada kasus dispepsia karena Na diklofenak secara berturut-turut adalah 83% dan 21% dari 42 apoteker yang berpartisipasi. Dapat disimpulkan bahwa ketepatan rekomendasi bervariasi tergantung kasus. Perlu adanya peningkatan kemampuan apoteker dalam memberikan rekomendasi yang tepat, terutama pada kasus swamedikasi dispepsia yang membutuhkan rujukan ke dokter. Dyspepsia is a symptom commonly seen in community pharmacies, and therefore pharmacists need to be able to provide appropriate recommendations for patients with dyspepsia. This study aims to describe the types and the appropriateness of the recommendation provided by pharmacists when responding to two vignette cases of dyspepsia. This study was a cross sectional study, and 42 community pharmacists participated in the study. A questionnaire consisting of (1) pharmacists and pharmacy characteristics, and (2) two vignette cases of dyspepsia without alarm symptoms and dyspepsia due to Na diclofenac was developed. A structured interview was used for data collection, and an inductive content analysis was used to analyse the cases. The appropriateness of the recommendation was assessed based on the literature and expert panel opinion. The most common type of recommendation provided in the 2 vignette cases was recommending product for dyspepsia. Appropriate recommendation was provided by 83% and 21% of the 42 participating pharmacists in the case of dyspepsia without alarm symptoms and in the case of dyspepia due to Na diclofenac respectively. The appropriateness of the recommendation varied depending on the case. There is a need to improve the capability of pharmacists in providing appropriate recommendation, particularly for a dyspepsia case that needs medical referral.