This Author published in this journals
All Journal MODUL
Muhammad Sahid Indraswara
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PENGARUH SISTEM PEMBAYANGAN PADA BENTUK FASADE BANGUNAN PERKANTORAN YANG HEMAT ENERGI (Studi Kasus Bangunan Kolonial di Kota Lama Semarang) Indraswara, Muhammad Sahid; Rifan, Yulanda
MODUL Vol. 13 No. 1 Januari –Juni 2013
Publisher : architecture department, Engineering faculty, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2021.845 KB) | DOI: 10.14710/mdl.13.1.2013.41-48

Abstract

Arsitektur kolonial Belanda yang diterapkan pada bangunan-bangunan di Indonesia telah mengalami evolusi yang kuat dalam upaya beradaptasi dengan membubuhkan ciri arsitektur yang sesuai dengan kondisi iklim tropis. Hal ini terlihat, pada awal mula masuk ke Indonesia, corak arsitektur ini sempat kehilangan identitas dari arsitektur kolonial itu sendiri, selain itu corak ini belum dapat beradaptasi dengan iklim Indonesia yaitu tropis basah. Proses adaptasinya berlangsung dalam suatu proses yang bertahap dengan beberapa perkembangan corak antara lain: neo klasik (1800-an), neogotik (sesudah 1900-an), vernakular Belanda (sesudah 1900), neuwe bowen (sesudah 1920), neuwe zakelijkheid, ekspresionistik, art deco (sesudah 1920). Dari periodesasi tersebut dapat diidentifikasi bahwa terjadi proses adaptasi bangunan yang masih bercirikan arsitektur Belanda, namun telah disesuaikan dengan kondisi iklim tropis yang ada di Indonesia. Adaptasi bentuk fisik bangunan kolonial di Kawasan Kota Lama Semarang terhadap kondisi klimatologi inilah yang nantinya akan terlihat pada perubahan kondisi fasad bangunan kolonial bersangkutan. Arsitektur Indis yang lahir dari kebudayaan lokal dan pendatang, memilki karakteristik yang khas. Selain dari itu, arsitektur Indis sudah terbukti mampu beradaptasi dengan corak budaya dan iklim lokal (iklim tropis). Hal inilah yang menjadikan orang- orang Belanda bisa beradaptasi dengan lingkungan yang berbeda, pun sebaliknya orang lokal atau pribumi dapat menerima gaya arsitektur tersebut. Oleh sebab itu, dirasa perlu adanya pemahaman dan pelestarian yang lebih baik terhadap gaya arsitektur Indis, khususnya terhadap bangunan berarsitektur Indis yang masih tersisa. Kata Kunci : Pembayangan, Fasade Bangunan, Kota Lama
KAJIAN KONSERVASI GEDUNG MARBA Indraswara, Muhammad Sahid
MODUL Volume 11, Nomer 1, Tahun 2011
Publisher : architecture department, Engineering faculty, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1354.761 KB) | DOI: 10.14710/mdl.11.1.2011.%p

Abstract

Kawasan Kota Lama Semarang merupakan kawasan yang dibangun oleh pemerintah  Hindia – Belanda. Berdiri sejak 9 Juni 1705, Semarang merupakan kota yang memiliki peranan penting bagi sektor perdagangan dan keamanan pihak Hindia – Belanda. Pada saat itu VOC berhasil menyelesaikan pembangunan bentengnya yang berada di tepi Kali Semarang. Dengan dibangunnya benteng tersebut Kawasan Kota Lama berkembang menjadi kawasan pemukiman dan pusat pemerintahan kolonial Belanda. Tujuan dari studi ini adalah mengidentifikasi sejarah perkembangan dan karakteristik objek konservasi yang termasuk dalam bangunan Kolonial Belanda. Upaya dokumentasi dilakukan sebagai acuan dalam analisis ketika akan menentukan jenis konservasi pada gedung tersebut. Bangunan Marba berbentuk simetris yang begitu kuat mendominasi tampilan visual bangunan-bangunan, dengan garis-garis vertikal dan horisontal yang dominan pada bukaan dinding, garis pemisah jendela, garis dasar bangunan, garis langit bangunan dan detail ornament. Kata Kunci : Visual, Fasade, Marba
KAJIAN FAKTOR IKLIM TROPIS PADA PASAR TRADISIONAL (Studi Kasus: Pasar Wonodri Semarang) Indraswara, Muhammad Sahid; Alghifary, Hudan Izza
MODUL Vol 19, No 2 (2019): MODUL vol 19 nomor 2 tahun 2019 (8 articles)
Publisher : architecture department, Engineering faculty, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (574.067 KB) | DOI: 10.14710/mdl.19.2.2019.62-67

Abstract

Pasar Tradisional Wonodri di Kota Semarang merupakan salah satu pasar tradisional hasil redesain ulang di bawah arahan Pemerintah Kota Semarang. Minimnya bukaan di sisi Pasar Wonodri juga membuat temperatur ruangan tinggi. Penggunaan penghawaan buatan yang ada di setiap sisi pasar merupakan dampak dari temperatur ruangan yang tinggi. Kenyamanan di dalam pasar sangat dibutuhkan untuk menunjang kegiatan jual beli di dalamnya. Hal ini yang merekomendasikan adanya penerapan konsep arsitektur tropis pada bangunan yang dapat meminimalisir ketidaknyamanan pengguna di dalam bangunan. Berdasarkan hasil penelitian, lubang ventilasi Pasar Wonodri kurang dari 10% dari luas lantai yang akan di ventilasi dan untuk temperature ruangan pasar wonodri lebih dari 30,5oC yang membuat kondisi lingkungan mulai sukar. Kenyataan tersebut berbanding terbalik yang sebagaimana dituliskan menurut SNI 03-6572 2001 bahwa lubang ventilasi pada bangunan gedung (pasar) seharusnya tidak kurang dari 10% luas lantai yang akan di ventilasi dan untuk temperatur ruangan yang nyaman sesuai teori dari Georg Lippsmeier dan peraturan MENKES NO.261/MENKES/SK/II/1998 berkisar antara 18°C-26°C. Dengan begitu minimnya bukaan bangunan dan temperature ruangan yang tinggi membuat pengguna didalamnya merasa sukar dan kurang nyaman
RESILIENT DISAIN TROPIS PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG Prianto, Eddy; Suyono, Bambang; Pribadi, Septana Bagus; Indraswara, Muhammad Sahid
MODUL Vol 18, No 1 (2018): MODUL vol 18 no 1 tahun 2018 (8 articles)
Publisher : architecture department, Engineering faculty, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (332.817 KB) | DOI: 10.14710/mdl.18.1.2018.33-40

Abstract

Perubahan iklim yang sangat eksrem pada decade ini sudah menjadi permasalahan global dan memberi dampak pada semua sektor kehidupan manusia. Tak terkecuali imbas pada disain arsitektur suatu bangunan hunian ataupun fungsi  bangunan  lainnya,  walau  sejak  awal  telah  didisain  dengan  konsep  “design  with  climate”.  Dengan memahami dampak parameter iklim terhadap tampilan façade bangunan merupakah salah satu langkah untuk membuktikan seberapa tangguh (resilient) disain arsitektur tropis ini.Mengamati karakter seluruh bangunan perkulihan di kampus Universitas Diponegoro  yang telah dibangun sejak tahun 1980-an, dengan style arsitektur tropis yang beragam, kami jadikan obyek pengamatan untuk hal tersebut diatas  :  Sejauh  mana  resilence  disain  tropis  nya  ?  dan  element-element  disain  apa  sajakah  yang  patut “dilestarikan” ?  Penganalisaan dilakukan terhadap  3  variabel  utama  (resiliensi, factor  iklim  dan  arsitektur bangunan pada  13 bangunan perkuliahan kampus Undip ditahun 2017 ini. Kondisi ketangguhan  yang diharapkan mewakili secara general pada bangunan yang telah berusia lebih dari 25 tahun.Terdapat dua hasil temuan: Pertama, terdapat 5 (lima) element bangunan tropis yang menjadi “tameng/perisai”factor iklim tropis, yaitu proporsi masa bangunan, atap, dinding, tritisan dan pelubangan dinding (jendela). Kedua: bahwa ketangguhan bangunan merupakan disain bangunan yang tidak hanya mampu menyelesaikan permasalahan-permasalahan terkait factor iklim (panas, hujan, angina dan kelembaban), namun optimalisasi dan aplikasi dan inovasi aspek disain aktif (perangkat elektronik) serta mitigasi dan/atau adaptasi sebagai solusi yang komprehensif dalam menyelesaikan permasalahan bangunan tersebut. “Semakin tangguh suatu disain bangunan adalah keseimbangan antara pengentasan dan pendayagunaan factor iklim”