Ida Sri Iswari
Department Of Clinical Pathology, Faculty Of Medicine, Udayana University

Published : 21 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search

Respon Otonomik Jantung yang Buruk pada Pasien Diabetes Mellitus Paska Infark Miokard Akut Pranata, Gede Bagus Gita; Nadha, Ketut Badjra; Iswari, Ida Sri
WMJ (Warmadewa Medical Journal) Vol 1, No 1 (2016):
Publisher : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Diabetes mellitus (DM) dengan penyakit kardiovaskular sangat erat kaitannya. Pada beberapa penelitian telah dihubungkan antara diabetes mellitus dengan respon otonomik denyut jantung yang buruk, sedangkan hubungan diabetes mellitus dengan respon otonomik denyut jantung yang buruk pada pasien paska IMA masih belum ada. Pemulihan denyut jantung (HRR) dan denyut jantung istirahat (resting HR) merupakan alat investigasi yang baik,  terpercaya, dan mudah diukur dalam mengevaluasi pengaturan otonomik jantung dan sebagai faktor prediktor kuat untuk  semua kasus  mortalitas pada orang dewasa yang sehat maupun pada seseorang dengan penyakit kardiovaskular. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa diabetes mellitus tipe 2 sebagai faktor yang memperburuk denyut jantung saat istirahat,  terhadap pemulihan denyut jantung setelah uji latih treadmill pada pasien pasca infark miokard,  serta merupakan variabel penting sebagai faktor prediktor kejadian morbiditas dan mortalitas pada pasien dengan  paska infark miokard akut. Pada analisis bivariat ditemukan pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 dan tanpa diabetes mellitus tipe 2 berbeda secara bermakna dalam memperburuk respon otonomik denyut jantung (denyut jantung saat istirahat dan denyut jantung pemulihan) pada pasien paska IMA (p<0,01). Pada analisis multivariat tidak ditemukan adanya pengaruh faktor umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, dislipidemia, hipertensi, merokok, aktifitas fisik, dan penyekat beta terhadap respon otonomik denyut jantung yang buruk pada pasien DM paska IMA (p>0,05). Kata kunci: diabetes mellitus tipe 2, Infark miokard akut, denyut jantung saat istirahat, denyut jantung pemulihan, treadmill.   [Poor Autonomic Heart Response in Diabetes Mellitus Patients Post Acute Myocardial Infarction] Diabetes mellitus (DM) and cardiovascular disease are very closely related. Several studies have shown the link of diabetes with poor heart rate autonomic response, whereas data on the relationship of diabetes mellitus with poor heart rate autonomic response in post AMI patients are still not available. Heart rate recovery (HRR) and resting heart rate (resting HR) is an investigative tool that is both reliable and easy to measure in evaluating the cardiac autonomic regulation and as a strong predictor factor for all causes of mortality in healthy adults as well as in ones with cardiovascular disease. This study aimed to determine that type 2 diabetes mellitus is a factor that worsens heart rate at rest worsens recovery heart rate after treadmill exercise test in patients with post myocardial infarction, and that it is an important variable factor as predictor for incidence of morbidity and mortality. The bivariate analysis showed that patients with type 2 diabetes mellitus and those without type 2 diabetes mellitus differed significantly in worsening the autonomic response of the heart rate (heart rate at rest and recovery heart rate) in post-AMI patients (p<0.01). Multivariate analysis didn’t find any relationship of the other variables i.e. age, gender, family history, dyslipidemia, hypertension, smoking, physical activity, and beta blockers with poor heart rate autonomic response in post-AMI diabetic patients (p>0.05). Keywords: type 2 diabetes mellitus, acute myocardial infarction, heart rate at rest, heart rate recovery, treadmill.   
HYPERLACTATEMIA AS PREDICTOR MORBIDITY IN ACUTE MYOCARDIAL INFARCTION Bagiari, Ketut Erna; Rina, Ketut; Iswari, Ida Sri
Medicina Vol 46 No 2 (2015): Mei 2015
Publisher : Medicina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (229.49 KB)

Abstract

Acute myocardial infarction (AMI) still have high prevalence of morbidities and mortality, and thereforewe need a reliable marker that represent the severity of the disease. Degree of hypoperfusion canmeasure by lactate production. Lactate is a byproduct of anaerob metabolism and marker of tissuehypoperfusion.The prognostic role of lactate for morbidity in patients with AMI has not been elucidatedso far. There is no previous study to determine the role of hyperlactatemia as predictor of morbidity inAMI patients in Indonesia.The aim of this study was to assess whether lactate is an independentprognostic predictor morbidity patient with AMI in Sanglah Hospital, Denpasar. This was anobservational cohort prospective study, which enrolled 70 AMI patients by consecutive sampling. Wemeasured capillary lactate level three times, at first admission, 2h, and 24 h after admission, usingrapid point-of-care analyzer accutrend lactatemeter. We observed for morbidities and the subsets(cardiogenic shock, heart failure, arrhythmia) during hospitalization. The result of this study were theAMI patients with hyperlactatemia have an almost 3-fold [hazard ratio (HR) =2.578,95%confidenceinterval (CI)=1.278 to 5.199, P=0.008)increased risk of morbidity, a 15-fold increased risk ofcardiogenicshock of(HR =15.231, 95% CI =1.848 to 700.579,P=0.0014) and a 5-fold increased risk of heart failure(HR=5.269, 95% CI =1.913 to 15.796,P=0.0002) compared with subject without hyperlactatemia. Onthe other hand, hyperlactatemia was not associated as a predictor of arrhythmia (HR = 1.35, 95% CI =0.344 to 4.627,P=0.3051).Hyperlactatemia is an independent predictor of morbidity, cardiogenic shock,and heart failure in AMI patients. On the other hand, hyperlactatemia is not an independent predictorof arrhythmia in AMI patients. [MEDICINA 2015;46:71-6].Prevalensi morbiditas dan mortalitas pada infark miokard akut (IMA) masih cukup tinggi, dengandemikian dibutuhkan biomarker yang reliabel menggambarkan keparahan penyakit. Derajat hipoperfusidapat dinilai dengan mengukur produksi laktat.Laktat merupakan produk metabolisme anaerob danpenanda hipoperfusi jaringan. Peran laktat sebagai prognosis morbiditas pada pasien IMA hinggasaat ini belum diketahui. Hingga saat ini belum ada studi untuk menentukan peran hiperlaktasemiasebagai prediktor morbiditas IMA di Indonesia. Studi ini dilakukan untuk menilai apakah laktatsebagai prediktor independen prognosis morbiditas pasien IMA di Rumah Sakit Sanglah, Denpasar.Penelitian ini merupakan studi observasional kohort prospektif yang melibatkan 70 pasien IMA dengancara konsekutif. Dilakukan tiga kali pemeriksaan kadar laktat kapiler secara serial yaitu saat pertamakali masuk rumah sakit, 2 jam, dan 24 jam setelahnya dengan menggunakan alat analisis cepataccutrend lactatemeter. Selama perawatan diamati adanya morbiditas, syok kardiogenik, gagal jantung,dan aritmia. Pada penelitian didapatkan hiperlaktasemia pada pasien IMA merupakan prediktormorbiditas risiko hampir 3 kali lipat (HR =2,578,IK 95% = 1,278 sampai 5,199, P=0,008), prediktorsyok kardiogenik sebesar 15 kali lipat (HR =15,231, IK 95% = 1,848 sampai 700,579,P=0,0014) danprediktor gagal jantung 5 kali lipat (HR=5,269, IK 95% = 1,913 sampai 15,796,P=0,0002) dibandingkanpasien tanpa hiperlaktasemia. Hiperlaktasemia tidak terbukti sebagai prediktor aritmia(HR = 1,35,IK 95% = 0,344 sampai 4,627, P=0,3051).Hiperlaktasemia merupakan prediktor independen morbiditas,syok kardiogenik, dan gagal jantung pada pasien IMA. Hiperlaktasemia tidak terbukti sebagai prediktorindependen aritmia pada pasien IMA. [MEDICINA 2015;46:71-6].
Respon Otonomik Jantung yang Buruk pada Pasien Diabetes Melitus Paska Infark Miokard Akut Gede Bagus Gita Pranata; Ketut Badjra Nadha; Ida Sri Iswari
WMJ (Warmadewa Medical Journal) Vol 1 No 1 (2016): Mei 2016
Publisher : Warmadewa University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22225/wmj.1.1.8.30-41

Abstract

Diabetes mellitus (DM) dengan penyakit kardiovaskular sangat erat kaitannya. Pada beberapa penelitian telah dihubungkan antara diabetes mellitus dengan respon otonomik denyut jantung yang buruk, sedangkan hubungan diabetes mellitus dengan respon otonomik denyut jantung yang buruk pada pasien paska IMA masih belum ada. Pemulihan denyut jantung (HRR) dan denyut jantung istirahat (resting HR) merupakan alat investigasi yang baik,  terpercaya, dan mudah diukur dalam mengevaluasi pengaturan otonomik jantung dan sebagai faktor prediktor kuat untuk  semua kasus  mortalitas pada orang dewasa yang sehat maupun pada seseorang dengan penyakit kardiovaskular. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa diabetes mellitus tipe 2 sebagai faktor yang memperburuk denyut jantung saat istirahat,  terhadap pemulihan denyut jantung setelah uji latih treadmill pada pasien pasca infark miokard,  serta merupakan variabel penting sebagai faktor prediktor kejadian morbiditas dan mortalitas pada pasien dengan  paska infark miokard akut. Pada analisis bivariat ditemukan pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 dan tanpa diabetes mellitus tipe 2 berbeda secara bermakna dalam memperburuk respon otonomik denyut jantung (denyut jantung saat istirahat dan denyut jantung pemulihan) pada pasien paska IMA (p<0,01). Pada analisis multivariat tidak ditemukan adanya pengaruh faktor umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, dislipidemia, hipertensi, merokok, aktifitas fisik, dan penyekat beta terhadap respon otonomik denyut jantung yang buruk pada pasien DM paska IMA (p>0,05).Kata kunci: Diabetes mellitus tipe 2, Infark miokard akut, denyut jantung saat istirahat, denyut jantung pemulihan, treadmill. [Relationship Between Type 2 Diabetes Mellitus and Poor Heart Rate Autonomic Response In Post IMI Patients]. Diabetes mellitus (DM) and cardiovascular disease are very closely related. Several studies have shown the link of diabetes with poor heart rate autonomic response, whereas data on the relationship of diabetes mellitus with poor heart rate autonomic response in post AMI patients are still not available. Heart rate recovery (HRR) and resting heart rate (resting HR) is an investigative tool that is both reliable and easy to measure in evaluating the cardiac autonomic regulation and as a strong predictor factor for allcauses of mortality in healthy adults as well as in ones with cardiovascular disease. This study aimed to determine that type 2 diabetes mellitus is a factor that worsens heart rate at rest worsens recovery heart rate after treadmill exercise test in patients with post myocardial infarction, and that it is an important variable factor as predictor for incidence of morbidity and mortality. The bivariate analysis showed that patients with type 2 diabetes mellitus and those without type 2 diabetes mellitus differed significantly in worsening the autonomic response of the heart rate (heart rate at rest and recovery heart rate) in post-AMI patients (p<0.01). Multivariate analysis didn’t find any relationship of the other variables i.e. age, gender, family history, dyslipidemia, hypertension, smoking, physical activity, and beta blockers with poor heart rate autonomic response in post-AMI diabetic patients (p>0.05).Keywords: Type 2 diabetes mellitus, acute myocardial infarction, heart rate at rest, heart rate recovery, treadmill.
MCKENZIE NECK EXERCISE DAN FORWARD HEAD POSTURE EXERCISE DAPAT MENURUNKAN NYERI LEHER MEKANIK PADA PENGGUNA SMARTPHONE Arisandy Achmad; I Made Jawi; Sugijanto Sugijanto; Luh Putu Ratna S; Ida Sri Iswari; I Putu Adiartha G
Sport and Fitness Journal Vol 8 No 2 (2020): Volume 8, No. 2, Mei 2020
Publisher : Program Studi Magister Fisiologi Keolahragaan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (649.054 KB) | DOI: 10.24843/spj.2020.v08.i02.p08

Abstract

Pendahuluan: Nyeri leher mekanik merupakan masalah besar yang sering dikeluhkan oleh pengguna smartphone. Penyebab utamanya karena faktor posisi forward head posture sewaktu melihat ke arah layar smartphone. Posisi ini tidak saja membuat perubahan kurva servikal menjadi lebih datar, juga dapat memberikan beban berlebih pada otot, ligamen, sendi, dan tulang pada leher di bagian posterior, serta otot punggung atas dan bahu, sebagai akumulasi pencetus nyeri leher mekanik. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa program McKenzie Neck Exercise dan Forward Head Posture Exercise sama-sama efektif dalam menurunkan nyeri leher mekanik pada pengguna smartphone dan tidak ada perbedaan efektivitas antara kedua teknik tersebut. Metode: Penelitian ini adalah penelitian eksperimental pretest and posttest comparison group design. Sebanyak 22 orang subjek penelitian, berusia 22-28 tahun, mengalami nyeri leher mekanik nonspesifik kronik, dan tidak pernah mengalami spondylolisthesis, cedera, fraktur dan hernia nucleus pulposus pada area leher, direkrut untuk mengikuti penelitian ini. Subjek penelitian dibagi menjadi 2 Kelompok. Kelompok I diberikan program McKenzie Neck Exercise dan Kelompok II diberikan program Forward Head Posture Exercise dengan durasi latihan yang sama, yaitu 30 menit per hari selama 1 pekan. Alat ukur yang digunakan untuk mengevaluasi perubahan nyeri mekanik leher adalah Northwick Neck Pain Tool. Analisis statistik menggunakan uji Wilcoxon untuk membandingkan hasil prestest dan posttest tiap Kelompok, dan uji Mann-Whitney untuk membandingkan perubahan nyeri antara kedua Kelompok. Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat penurunan nyeri leher yang signifikan (p<0,05) baik pada Kelompok I maupun Kelompok II (3,36±0,50 - 1,18±0,40 vs. 3,36±0,50 - 1,36±0,50). Hasil perbandingan penurunan nyeri menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan (p 0,44) antara Kelompok I dan Kelompok II (2,18±0,40 vs. 2,00±0,63). Simpulan: Program McKenzie Neck Exercise dan Forward Head Posture Exercise efektif dalam menurunkan nyeri leher mekanik pada pengguna smartphone dengan efektivitas yang sama baiknya antara ke dua teknik tersebut. Kata Kunci: Nyeri leher mekanik, pengguna smartphone, McKenzie Neck Exercise dan Forward Head Posture Exercise.
EFEK PENAMBAHAN TERAPI PULSED ULTRASOUND (US) LOW INTENSITY PADA LATIHAN KINESIOTHERAPY TERHADAP GAMBARAN C-REACTIVE PROTEIN (CRP) PADA KASUS OSTEOARTHRITIS (OA) GENU DI RSUD dr. DRADJAT PRAWIRANEGARA KABUPATEN SERANG Dady Iskandar; Susy Purnawati; Muhammad Ali Imron; Desak Made Wihandani; Ida Sri Iswari; I Dewa Putu Sutjana
Sport and Fitness Journal Vol 8 No 2 (2020): Volume 8, No. 2, Mei 2020
Publisher : Program Studi Magister Fisiologi Keolahragaan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (465.163 KB) | DOI: 10.24843/spj.2020.v08.i02.p06

Abstract

Pendahuluan: Kemajuan pengetahuan tentang biologi molekuler pada tahun 90-an, mengubah paradigma mengenai patogenesis OA genu yang penyebabnya multifaktorial, diawali dengan munculnya mediator inflamasi dan bukan proses degeneratif semata. Tujuan Penelitian: Menganilisis perbedaan gambaran CRP pada pasien OA genu setelah mendapatkan penambahan terapi pulsed Ultrasound (US) low intensity pada latihan kinesiotherapy dibandingkan setelah mendapatkan latihan kinesiotherapy. Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan true experimental, dengan pretest-posttest control group design. Jumlah responden sebanyak 26 orang pasien yang terdiagnosa OA genu yang datang ke poliklinik Fisioterapi RSUD dr. Dradjat Prawiranegara Kabupaten Serang yang disesuaikan dengan kriteria inklusi. Responden dibagi kedalam dua kelompok yang dipilih dengan random alokasi. Kelompok pertama terdiri dari 13 orang diberi latihan kinesiotherapy disebut Kelompok Kontrol. Kelompok kedua terdiri dari 13 orang diberi penambahan terapi pulsed Ultrasound (US) low intensity pada latihan kinesiotherapy disebut dengan Kelompok Perlakuan. Pemeriksaan CRP menggunakan metode imunoturbidimetri dari plasma darah dengan antikoagulan heparin. Hasil: (1) terdapat perbedaan gambaran CRP yang bermakna pada pasien OA genu setelah mendapatkan latihan kinesiotherapy (Kelompok Kontrol) dari rerata 0,35±0,28 mg/dL menjadi 0,19±0,15 mg/dL dengan nilai p<0,05; (2) terdapat perbedaan gambaran CRP yang bermakna pada pasien OA genu setelah mendapatkan penambahan terapi pulsed Ultrasound (US) low intensity pada latihan kinesiotherapy (Kelompok Perlakuan) dari rerata 0,75±0,53 mg/dL menjadi 0,44±0,33 mg/dL dengan nilai p<0,05; (3) terdapat perbedaan gambaran CRP yang bermakna pada pasien OA genu setelah mendapatkan penambahan terapi pulsed Ultrasound (US) low intensity pada latihan kinesiotherapy dibandingkan dengan setelah mendapatkan latihan kinesiotherapy dengan nilai p<0,05.
Identifikasi Shigella dysenteriae Pada Makanan Salad di Kota Denpasar I Made Reza Pramudya; Made Agus Hendrayana; I Dewa Made Sukrama; Ida Sri Iswari
E-Jurnal Medika Udayana Vol 10 No 6 (2021): Vol 10 No 06(2021): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MU.2021.V10.i6.P01

Abstract

Shigella dysenteriae is a global disease-causing bacteria that has millions of infections every year. Direct human-to-human transmission, spread due to contamination of food and beverages, low susceptibility to stomach acid and vector contribution can cause disease caused by Shigella dysenteriae to be widespread. Salad is a food that is prone to contamination by the Shigella dysenteriae bacteria if it does not pay attention to the hygiene process before processing, during processing and selling. The purpose of this study was to determine the percentage of Shigella dysenteriae contamination in salad food in Denpasar City. Design of this study is a descriptive study with cluster purposive sampling technique and obtained 12 salad samples that meet the inclusion criteria. The sampling process was carried out using aseptic techniques for all samples taken from wrong traders in 4 areas of Denpasar City. After the sample collection was complete, a test for the presence of Shigella dysenteriae was carried out at the Microbiology Laboratory of FK Unud by culture of SSA media culture, oxidase test and identification test at the Nikki Medika Laboratory Denpasar using the BD Phoenix M50 method. The results showed that of the 12 salad samples studied, none of the samples identified were Shigella dysenteriae (0%), but Pluralibacter gergoviae, Leminorella grimontii, and Pantoea agglomerans were identified which is not a dangerous pathogenic bacteria. The negative results found were due to the good level of sanitation and hygiene applied by the salad traders. Keywords : Contamination of Shigella dysenteriae, Shigella dysenteriae, Salad.
HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KADAR ALBUMIN SERUM PADA PASIEN TUBERKULOSIS DI RUMAH SAKIT UMUM GANESHA GIANYAR TAHUN 2019 I Made Gustama Heryawan; I Dewa Made Sukrama; Ida Sri Iswari; Komang Januartha Putra Pinatih
E-Jurnal Medika Udayana Vol 10 No 7 (2021): Vol 10 No 07(2021): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MU.2021.V10.i7.P06

Abstract

Malnutrisi menjadi salah satu faktor penting dalam infeksi TB. Pada pasien TB, umumnya terjadi penurunan status gizi menjadi rendah. Dengan kebutuhan metabolik yang meningkat, tanpa diiringi asupan gizi yang baik maka akan mengakibatkan malnutrisi. Apabila hal ini tidak ditangani maka akan memperparah kondisi pasien yang terinfeksi TB. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan hubungan indeks massa tubuh dan kadar albumin serum pada pasien tuberkulosis di RSU Ganehsa Gianyar. Penelitian ini bersifat analitik observasional dengan pendekatan cross-sectional menggunakan consecutive sampling dengan jumlah sampel 68 pasien TB di RSU Ganesha Gianyar pada tahun 2019. Pengambilan data menggunakan rekam medik untuk melihat berat badan dan tinggi badan untuk penghitungan IMT dan kadar albumin serum pasien. Analisis menggunakan uji Chi-square dan uji Pearson untuk menilai hubungan dan korelasi IMT dan kadar albumin serum. Hasil yang didapat adalah adanya hubungan yang bermakna antara IMT dan kadar albumin serum pasien TB (p<0.000) dengan korelasi yang positif dan sangat kuat (r = 0.867).Kata kunci : tuberkulosis, indeks massa tubuh, kadar albumin serum
PREVALENSI BAKTERI Escherichia coli DAN Klebsiella pneumoniae PENGHASIL EXTENDED SPECTRUM BETA LACTAMASE (ESBL) YANG DIISOLASI DARI PASIEN PNEUMONIA DI RSUP SANGLAH PERIODE TAHUN 2019-2020 Ida Ayu Santhi Pertiwi Manuaba; Ida Sri Iswari; Komang Januartha Putra Pinatih
E-Jurnal Medika Udayana Vol 10 No 12 (2021): Vol 10 No 12(2021): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MU.2021.V10.i12.P10

Abstract

Pneumonia infection is the sixth highest cause of death in general and the highest cause of death in infection cases, recorded as much as 2.1% of the pathogens that cause pneumonia infection is ESBL-producing bacteria. In general, Escherichia coli (E.coli) and Klebsiella pneumoniae (K.pneumoniae) are the most common bacteria found to be ESBL-producing bacteria. The aims of this study is to discover the prevalence of ESBL-producing in Escherchia coli and Klebsiella pneumoniae bacteria isolated from pneumonia patients at Sanglah General Hospital in 2019-2020 period of time. Method of this study is a cross-sectional descriptive study with a retrospective cross-sectional study approach. Data were taken retrospectively from the register database of the Clinical Microbiology Installation in Sanglah General Hospital. Sample for this research was derived from the results of antibiotics sensitivity tests on sputum isolated from patients with pneumonia infection. The prevalence of ESBL-producing Escherichia coli bacteria 93.3% was found higher than Klebsiella pneumoniae bacteria 69.2%. The highest finding was recorded in male patients and 15-64 years old. Based on the highest number of patients clinical diagnosis, it is found to be pneumonia in Escherichia coli and CAP in Klebsiella pneumoniae. The highest rates of patients are coming from Emergency Room. The result of antibiotic sensitivity test on Escherichia coli and Klebsiella pneumoniae producing ESBL were found the highest antibiotic sensitivity rates on ertapenem, meropenem, amikacin and tigecycline. Keywords : Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, ESBL, Pneumonia
PREVALENSI DAN POLA KEPEKAAN MULTIDRUG RESISTANCE Pseudomonas aeruginosa TERHADAP ANTIBIOTIKA PADA PASIEN PNEUMONIA DI RSUP SANGLAH I Putu Gede Septiawan Saputra; Ida Sri Iswari; Komang Januartha Putra Pinatih
E-Jurnal Medika Udayana Vol 10 No 12 (2021): Vol 10 No 12(2021): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MU.2021.V10.i12.P15

Abstract

Pneumonia merupakan masalah kesehatan di dunia dengan tingkat mortalitas dan morbiditas yang tinggi, termasuk di Indonesia. Salah satu bakteri Gram negatif yang paling sering menyebabkan pneumonia adalah Pseudomonas aeruginosa. Kejadian multidrug resistance Pseudomonas aeruginosa (MDRPA) meningkat yang menimbulkan dampak signifikan bagi pasien pneumonia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan pola kepekaan MDRPAterhadap antibiotika pada pasien pneumonia di RSUP Sanglah. Metode penelitian ini adalah deskriptif observasional yang dilakukan di RSUP Sanglah. Sampel penelitian berasal dari sputum pasien pneumonia di RSUP Sanglah periode Januari 2019 – Desember 2019. Data diambil secara retrospektif dari register Instalasi Mikrobiologi Klinik RSUP Sanglah.Prevalensi MDRPA mencapai 36.6%, dengan rerata usia pasien terinfeksi MDRPA adalah 54.5314.46 tahun. Mayoritas pasien pneumonia dengan infeksi MDRPAberjenis kelamin laki – laki (66.7%) dengan diagnosis klinis yang paling sering adalah VAP (33.3). Asal ruang perawatan pasien tersering adalah Ruang Rawat Intensif Dewasa (46.7%). Hasil pemeriksaan kepekaan antibiotika menunjukkan, bakteri MDRPAmemiliki kepekaan terbaik dengan antibiotika Amikacin (73,3%), Cefepime (53,3%), dan Gentamicin (46,7%).
Surveilan Pneumokokus dan Dampak Pneumonia pada Anak Balita Putu Siadi Purniti; Ida Bagus Subanada; I Komang Kari; BNP Arhana; Ida Sri Iswari; Ni Made Adi Tarini
Sari Pediatri Vol 12, No 5 (2011)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp12.5.2011.359-64

Abstract

Latar belakang. Streptococcus pneumonia (SP) adalah penyebab utama meningitis, pneumonia, danbakteremia pada bayi dan anak. Mikroorganisme tersebut adalah penyebab utama kematian yang dapatdicegah dengan imunisasi pada anak usia di bawah lima tahun. Data tentang insiden invasive pneumococcaldisease (IPD) di Indonesia masih terbatas.Tujuan. Mengetahui dampak pneumonia dan IPD pada populasi target di Rumah Sakit Umum PusatSanglah Denpasar, Bali, Indonesia.Metode. Surveilan aktif berbasis rumah sakit, prospektif selama satu tahun pada anak usia 28 hari sampai 60bulan. Seluruh anak yang tinggal dalam area cakupan penelitian, usia 28 hari sampai 􀁤36 bulan mengalamidemam 􀁴39°C atau menderita pneumonia, menunjukkan gejala IPDHasil. Subjek 736 anak dengan median usia 10 bulan (79,2% usia 28 hari sampai <24 bulan). S. pneumoniatidak terdeteksi dari seluruh subjek. Biakan darah dilakukan pada 736 subjek, 125 di antaranya (17,19%)menunjukkan pertumbuhan bakteri. Bakteri yang diisolasi dari biakan darah antara lain Staphylococcus sp 58(46,4%), S. aureus 45 (36,0%), Pseudomonas sp 9 (7,2%), E. coli 3 (2,4%). Diagnosis awal terbanyak adalahpneumonia, 439 (59,7%). Insiden pneumonia 534,2/100000, usia 28 hari - <6 bulan 167,1/100000, danusia 28 hari - <24 bulan 839/100000. Angka insiden tertinggi pneumonia dengan foto dada usia 28 hari - <6bulan yaitu 10,9/100000, dan kelompok usia 28 hari - <24 bulan 19,4/100000. Angka insiden pneumoniadan foto dada dengan CRP 􀁴40 mg/L tertinggi pada kelompok usia 12 bulan - <24 bulan, 82,9/100000.Dilakukan pemeriksaan PCR S. pneumoniae terhadap 106 sampel, terdiri dari kasus meninggal, meningitis,sepsis dan pneumonia berat tidak terdeteksi S. pneumoniaeKesimpulan. Pneumonia mempunyai dampak yang cukup berarti bagi daerah cakupan RSUP Sanglah yangdisebabkan oleh pneumokokus, dan saat ini masih merupakan tantangan.