M Nur Salim
Unknown Affiliation

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

EFEK PEMBERIAN MINYAK JELANTAH TERHADAP GAMBARANHISTOPATOLOGIS HATI TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) Siti Aisyah; Hamdani Budiman; Dessy Florenstina BR. G; Dwinna Aliza; M Nur Salim; Ummu Balqis; T. Armansyah
Jurnal Medika Veterinaria Vol 9, No 1 (2015): J. Med. Vet.
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (229.665 KB) | DOI: 10.21157/j.med.vet..v9i1.2989

Abstract

Penelitian ini bertujuan mempelajari gambaran histopatologi hati tikus putih (Rattus norvegicus) akibat mengonsumsi minyak jelantah.  Duapuluh ekor tikus berumur 3 bulan dengan bobot badan ±250 g dibagi atas 4 kelompok perlakuan dan setiap kelompok terdiri at as 5 ekor. Perlakuan K1 (minyak goreng curah), K2, K3, dan K4 (minyak jelantah 3x, 6x, dan 9x pemakaian). Perlakuan dilakukan selama 60 hari, dan pada hari ke 61 dilakukan eutanasia yang dilanjutkan dengan nekropsi. Hati tikus diambil dan difiksasi dalam larutan buffered neutral formaline 10%untuk diproses sediaan histopatologis dan diwarnai dengan hematoksilin dan eosin (HE). Hasil penelitian menunjukkan bahwa hati berwarna coklat kehitaman, bengkak, dan ditemukan nodul multi fokal dengan konsistensi padat. Secara histopatologi terjadi peningkatan kongesti, degenerasi cloudy swelling, dan nekrosis sel
5. Salix Extract: Impact on the Quantity of Escherichia coli in the intestines of Broiler Chickens Exposed to the Heat Stress M Daud AK; Rivaldi Luthfi; Sugito Sugito; Andi Novita; Ismail Ismail; M Nur Salim; Fakhrurrazi Fakhrurrazi; Mahdi Abrar; Juliani Juliani
Jurnal Medika Veterinaria Vol 15, No 1 (2021): J.Med.Vet
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/j.med.vet..v15i1.21113

Abstract

Escherichia coli (E. coli) is a normal flora and a facultative anaerobic bacterium that plays an essential role in the humoral nutritional metabolism of broiler intestines. This study aims to determine the effect of salix (Salix tetrasperma roxb) extract 50 and 100 mg/litre in drinking water of E. coli colonies in the broiler intestines experiencing heat stress. The sample is 12 intestines of broiler strain MB-90 aged 28 days. The method used a completely randomized design. The study by user three treatments: P0 was not given salix extract in drinking water; P1 and P2 were given salix extract 50 and 100 mg/litre in drinking water. The data were analyzed using One-way ANOVA and were continued with the Duncan test. We can conclude that the salix extract given to broiler chickens with heat stress could affect many E. coli colonies. This result can be seen from the doses given, indicating that the number of E. coli colonies in chicken intestines that experience heat stress depends on the dose of salix extract. The higher dose is given, the fewer colonies in the chicken intestine
KUALITAS SPERMATOZOA SAPI ACEH HASIL SEXING MENGGUNAKAN METODE ELEKTRIK DENGAN VOLTASE 1,5 VOLT DAN 3,0 VOLT DALAM MEDIA SITRAT KUNING TELUR (Spermatozoa Quality of Aceh Cattle based on Sexing Using Electrical Method by Voltages 1,5 Volt and 3,0 Volt in Yolk Sac Citrate Media) nadya septia nengsih; Dasrul Dasrul; Muslim Akmal; Zainuddin Zainuddin; Ginta Riady; M Nur Salim
JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER Vol 3, No 2 (2019): FEBRUARI-APRIL
Publisher : JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (602.055 KB) | DOI: 10.21157/jim vet..v3i2.11202

Abstract

ABSTRAKSalah satu bioteknologi reproduksi yang dapat dimanfaatkan sebagai pemisahan spermatozoa kromosom X dan Y adalah sexing spermatozoa menggunakan metode elektrik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sexing menggunakan metode elektrik dengan voltase 1,5 volt dan 3,0 volt dalam media sitrat kuning telur terhadap kualitas spermatozoa sapi aceh. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan pola satu arah terdiri atas tiga  perlakuan dan dianalisis dengan analisis varian (ANAVA). Perlakuaan dalam penelitian ini adalah voltase yang terdiri dari kontrol (P0) 1,5 volt ( P1), dan 3,0 volt (P2). Parameter yang dilihat pada penelitian ini meliputi motilitas, viabilitas, dan abnormalitas. Hasil penelitian menunjukan terjadi penurunan kualitas spermatozoa setelah proses pemisahan menggunakan metode elektrik terdapat perbedaan secara nyata (P0,05). Sexing spermatozoa  menggunakan metode elektrik yang dialiri arus listrik dengan voltase 3,0 volt terhadap kualitas spermatozoa sapi aceh lebih terjadi penurunan dibanding yang dialiri arus listrik dengan voltase 1,5 volt. Berdasarkan hasil tersebut dapat di simpulkan terdapat perbedaan kualitas soermatozoa sapi aceh hasil sexing menggunakan metode elektrik dengan voltase 1,5 volt dan 3,0 volt dalam media sitrat kuning telur.Kata kunci: kualitas spermatozoa, sapi aceh, sexing metode elektrik ABSTRACT                One of the reproductive biotechnology that can be used as a separation of  X and Y chromosome spermatozoa is sexing spermatozoa using an electric method. The aim of this study was to determine the effect of sexing using electric method by voltages 1,5 volt and 3,0 volt in the yolk sac citrate media against spermatozoa quality of  aceh cattle. This study used a completely randomized design (CRD)  in one-way pattern consisting of three treatments and analyzed by analysis of variance (ANOVA). The treatment in this study was the voltages that consists of controls (P0) 1.5 volts (P1), and 3,0 volts (P2).The observed parameters include motility, viability, and abnormality of sperm. The results showed a decrease in the quality of spermatozoa after sexing uses the electric method there were significant differences (P 0.05). Sexing spermatozoa using an electric method that is electrified with a voltage of 3,0 volts against spermatozoa quality of aceh cattle has decreased more than  the electric current with a voltage of 1.5 volts. Based on the results it can be concluded there are differences inthe quality of spermatozoa sexing uses an electric method by a voltage of 1.5 volts and 3,0 volts in the yolk sac citrate media.Keyword: spermatozoa quality, aceh cattle, sexing electric method 
EFEKTIVITAS SALEP GETAH JARAK PAGAR (Jatropha curcas, Linn) PADA FASE EPITELISASI PENYEMBUHAN LUKA SAYAT MENCIT (Mus musculus) fauzy fauzy; M Nur Salim; Nazaruddin Nazaruddin
JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER Vol 1, No 3 (2017): MEI - JULI
Publisher : JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (857.793 KB) | DOI: 10.21157/jim vet..v1i3.3311

Abstract

ABSTRAK                      Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efektivitas pemberian salep getah jarak pagar 10% (Jatropha curcas, Linn) pada fase epitelisasi penyembuhan luka sayat kulit mencit (Mus muskulus). Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiga kelompok perlakuan dan tiga kali ulangan. Digunakan 9 ekor mencit jantan, dengan berat badan 30-40 gram diadaptasikan selama 7 hari di dalam kandang percobaan dengan pemberian pakan komersil dan minum secara ad libitum. Pembuatan luka sayat pada daerah punggung sepanjang 2 cm sampai subcutan. Setelah perlakuan dilakukan perawatan luka pada pukul 08.00 dan 18.00 WIB. Pada kelompok kontrol (KI) dioleskan vaselin kuning, kelompok perlakuan (KII) dioleskan salep getah jarak pagar 10% dan pada kelompok perlakuan (KIII) dioleskan gentamisin 0,1%. Sampel kulit diambil pada hari ke-8 dan diamati secara histopatolgi. Rata-rata jumlah fibroblas pada K1, K2, dan K3 adalah 80,33±2,52, 435,00±7,00, dan 247,67±4,04. Hasil uji ANAVA menunjukkan ada pengaruh yang sangat nyata (P0,01) antara KI, KII, dan KIII. Dapat disimpulkan bahwa salep getah jarak pagar 10% memiliki potensi mempercepat fase epitelisasi penyembuhan luka sayat pada kulit mencit. Kata Kunci : Getah jarak pagar, Jatropha curcas, Linn., Luka sayat.
Gambaran Histopatologi Insang Ikan Nila (Oreochromis niloticus) yang Terpapar Parasit Dactylogyrus sp Langga Mora; Muttaqien Muttaqien; Zainuddin Zainuddin; M Nur Salim; Winaruddin Winaruddin; M Jalaluddin; Etriwati Etriwati
JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER Vol 6, No 3 (2022): MEI-JULI
Publisher : JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/jim vet..v6i3.18964

Abstract

ABSTRAK Dactylogyrus sp merupakan ektoparasit yang banyak menginfeksi dan sering menyebabkan munculnya penyakit pada sebagian besar ikan budidaya yang hidup di air payau, ikan nila (Oreochromis niloticus) termasuk salah satu ikan yang mudah terserang penyakit tersebut. Infeksi yang ditimbulkan dapat mengakibatkan perubahan makroskopis dan mikroskopis. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kerusakan insang secara histopatologi akibat infeksi parasit Dactylogyrus sp. Penelitian ini menggunakan metode natif sebagai identifikasi adanya parasit Dactylogyrus sp dan perubahan  histopatologi dilakukan pembuatan preparat histopatologi dan diamati secara mikroskopis. Sampel yang digunakan sebanyak 4 ekor ikan nila, 1 sebagai kontrol dan 3 sebagai sampel pengamatan yang positif terinfeksi parasit Dactylogyrus sp. Analisis data hasil pemeriksaan histopatologi ditemukan hiperplasia sekunder, fusi lamela sekunder, vakuola, dan telangiektasis. Kesimpulan dalam penelitian ini ditemukan adanya perubahan histopatologi pada insang ikan nila yang terpapar Dactylogyrus sp. ABSTRACT             Dactylogyrus sp is an ectoparasite that infects a lot and often causes disease in most cultured fish that live in brackish water, tilapia (Oreochromis niloticus) is one of the fish that is susceptible to this disease. The infection caused can result in macroscopic and microscopic changes. The purpose of this study was to determine histopathological gill damage caused by infection with the parasit Dactylogyrus sp. This study used the native method and histopathological changes were made and histopathological preparations were made and observed microscopically. The samples used were 4 tilapia, 1 as control and 3 as observation samples that were positively affected with the parasit Dactylogyrus . sp. Analysis of the data from histopathological examination found secondary hyperplasia, fusion of secondary lamellae, vacuoles, and telangiectasias. The conclusion in this study found histopathological changes in the gills of tilapia exposed to Dactylogyrus sp.
Struktur Histologi dan Histomorfometri Jantung Kalkun Meleagris gallopavo pada Tingkat Umur Yang Berbeda (Histological Structure and Histomorphometry of Turkey Heart Meleagris gallopavo at Different Age Levels) Reza Perdana Putra; Erdiansyah Rahmi; Dian Masyitha; Zainuddin Zainuddin; Sri Wahyuni; M Nur Salim
JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER Vol 6, No 3 (2022): MEI-JULI
Publisher : JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/jim vet..v6i3.18087

Abstract

ABSTRAK            Jantung adalah organ sirkulasi utama yang memiliki peranan penting dalam menyuplai darah keseluruh tubuh. Jantung unggas mempunyai empat ruang yang terdiri dari dua atrium dan dua ventrikel, setiap ruang memiliki tiga lapisan dinding yang terdiri dari; epikardium, miokardium dan endokardium. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang struktur histologi dan histomorfometri jantung kalkun pada tingkat umur yang berbeda. Sampel penelitian dibagi menjadi tiga kelompok umur (8, 16 dan 24 minggu) dan masing-masing kelompok berjumlah enam jantung kalkun. Jantung kemudian diproses hingga menjadi sediaan histologi dengan ketebalan 5 µm, selanjutnya diwarnai menggunakan pewarnaan Haematoxylin-Eosin (HE). Kemudian dilakukan pengukuran ketebalan dinding epikardium ventrikel kanan dan kiri, miokardium ventrikel kanan dan kiri serta endokardium ventrikel kanan dan kiri. Hasil penelitian didapatkan bahwa struktur histologi jantung kalkun tidak berbeda antar kelompok perlakuan. Rataan ketebalan epikardium kanan pada minggu ke-8, 16 dan 24 secara berturut-turut adalah 177,91±40.57 µm, 838,59±223,05 µm, 1306,96±91,37 µm. ketebalan miokardium kanan pada minggu ke-8, 16 dan 24 secara berturut-turut adalah 1245,55±78,93 µm, 1866,21±257,13 µm, 2465,98±285,82 µm. ketebalan endokardium kanan pada minggu ke-8, 16 dan 24 secara berturut-turut adalah 19,01±1,58 µm, 28,16±5,33 µm, 26,57±2,19 µm. ketebalan epikardium kiri pada minggu ke-8, 16 dan 24 secara berturut-turut adalah 636,31±423,61 µm, 737,19±244,58 µm, 927,43±321,2 µm. ketebalan miokardium kiri pada minggu ke-8, 16 dan 24 secara berturut-turut adalah 5304,99±764,52 µm, 6429,6±685,49 µm, 8334,3±1166,86 µm. ketebalan endokardium kiri pada minggu ke-8, 16 dan 24 secara berturut-turut adalah 31,92±17,36 µm, 37,06±12,53 µm, 49,78±5,16 µm. Data histomorfometri yang telah di analisis menunjukkan bahwa hasil pengukuran ketebalan lapisan dinding jantung pada setiap kelompok umur ialah berbeda nyata (P0,05). Dapat disimpulkan bahwa semakin bertambah umur hewan maka ketebalan dinding akan semakin bertambah. Kata Kunci : Jantung, kalkun (Meleagris gallopavo), histologi, histomorfometri ABSTRACT            The heart is the main circulatory organ that has an important role in supplying blood throughout the body. The avian heart has four chambers consisting of two atria and two ventricles, each chamber has three layers of walls consisting of; epicardium, myocardium and endocardium. This study aimed to obtain information about the histological structure and histomorphometry of the turkey heart at different age levels. The study sample was divided into three age groups (8, 16 and 24 weeks) and each group consisted of six turkey hearts. The heart was then processed into histological preparations with a thickness of 5 µm, then stained using Haematoxylin-Eosin (HE) staining. Then the thickness of the epicardium of the right and left ventricles, the myocardium of the right and left ventricles and the endocardium of the right and left ventricles were measured. The results showed that the histological structure of the turkey heart did not differ between the treatment groups. The mean thickness of the right epicardium at weeks 8, 16 and 24, respectively, was 177.91±40.57 µm, 838.59±223.05 µm, 1306.96±91.37 µm. the thickness of the right myocardium at weeks 8, 16 and 24 respectively were 1245.55±78.93 µm, 1866.21±257.13 µm, 2465.98±285.82 µm. The thickness of the right endocardium at weeks 8, 16 and 24 were 19.01±1.58 µm, 28.16±5.33 µm, 26.57±2.19 µm, respectively. The thickness of the left epicardium at weeks 8, 16 and 24 were 636.31±423.61 µm, 737.19±244.58 µm, 927.43±321.2 µm, respectively. The thickness of the left myocardium at weeks 8, 16 and 24 were 5304.99±764.52 µm, 6429.6±685.49 µm, 8334.3±1166.86 µm, respectively. The thickness of the left endocardium at weeks 8, 16 and 24 were 31.92±17.36 µm, 37.06±12.53 µm, 49.78±5.16 µm, respectively. Histomorphometric data that has been analyzed shows that the results of measuring the thickness of the heart wall layer in each age group are significantly different (P0.05). It can be concluded that as the animal ages, the wall thickness will increase. Keyword : Heart, turkey (Meleagris gallopavo), histology, histomorphometry
STUDI GAMBARAN HISTOLOGI, HISTOMORFOMETRI DAN HISTOKIMIA SEBARAN GLIKOGEN PADA OTOT DADA DAN PAHA AYAM KAMPUNG (GALLUS GALLUS DOMESTICUS) PERIODE SEBELUM DAN SETELAH MENETAS Muslim Akmal; Sultan Fadhilla Taqwa; Dian Masyitha; Erdiansyah Rahmi; M Nur Salim; Amiruddin Amiruddin
JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER Vol 6, No 3 (2022): MEI-JULI
Publisher : JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/jim vet..v6i3.15313

Abstract

Otot merupakan bagian utama yang penting pada tubuh yang berfungsi sebagai alat gerak aktif, termoregulasi, dan membentuk tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran histologi, histomorfometri, dan histokimia sebaran glikogen pada otot dada dan paha ayam kampung periode sebelum dan setelah menetas dengan menggunakan pewarnaan Haematoksilin-Eosin (HE) dan Periodic acid-Schiff (PAS). Sampel penelitian dibagi menjadi empat kelompok tingkat umur berbeda dan masing-masing kelompok berjumlah enam otot dada dan paha ayam. Hasil penelitian menunjukkan perkembangan jaringan yang diawali oleh sel mioblas kemudian menjadi serabut otot yang berkumpul membentuk fasikulus. Hasil pengukuran diameter fasikulus otot dada dan paha serta serabut otot dada dan paha ayam kampung hari ke-14, hari ke-20 sebelum menetas dan hari ke-7 setelah menetas berturut-turut adalah 182,06 ± 4,71µm dan 122,16 ± 5,01µm; 371,43 ± 1,77 µmdan 173,25 ± 5,58 µm; serta 587,47 ± 20,25 µmdan 192,89 ± 5,60µm, serta untuk serabut otot 30,59 ± 1,57 µmdan  23 ± 0,23; 74,23 µm ± 0,52dan 42,47  ± 0,46 µm; 149,11 ± 0,95 µmdan 59,23 ± 0,77 µm. Hasil histokimia sebaran glikogen pada jaringan otot ayam kampung hari ke-14, hari ke-20 sebelum menetas dan hari ke-7 setelah menetas pada otot berturut-turut adalah (+), (++), (+++). Dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan otot dada dan paha ayam kampung terdapat perbedaan nyata pada setiap kelompok umur. 
PENGARUH SUHU DAN WAKTU PENYIMPANAN TERHADAP PENETRASI Salmonella sp. YANG DIAPLIKASIKAN PADA KERABANG TELUR AYAM RAS Rezi Maghfira; Faisal Jamin; Darniati Darniati; Erina Erina; Mahdi Abrar; M Nur Salim
JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER Vol 6, No 3 (2022): MEI-JULI
Publisher : JURNAL ILMIAH MAHASISWA VETERINER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21157/jim vet..v6i3.21963

Abstract

ABSTRAKTelur ayam ras merupakan bahan pangan asal hewan yang mengandung protein tinggi dan banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Kualitas isi telur ayam sangat dipengaruhi oleh suhu dan waktu penyimpanan. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh suhu dan waktu penyimpanan, terhadap cemaran bakteri Salmonella typhimurium pada telur ayam ras yang telah dipaparkan dengan bakteri Salmonella typhimurium, pada kerabang telur. Penelitian ini menggunakan 15 butir sampel telur ayam yang berkualitas baik. Telur dibagi menjadi 2 kelompok, masing-masing kelompok dipaparkan dengan 0,5 mg (1,5 x108) Salmonella typhimurium dalam suspensi putih telur. Telur pada kelompok pertama disimpan pada suhu ruangan (25OC), dan kelompok kedua disimpan pada suhu refrigerator (4OC). Pengamatan dilakukan pada umur telur 0 hari, 3 hari, 6 hari, 9 hari, 12 hari, 15 hari, 18 hari dan 21 hari. Hasil penelitian yang dilakukan sampai hari ke- 21, tidak terdapat penetrasi bakteri Salmonella typhimurium pada isi telur ayam yang diperiksa. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, tidak ditemukan adanya penetrasi Salmonella typhimurium ke dalam isi telur ayam baik pada penyimpanan suhu refrigerator dan suhu ruangan selama 21 hari.Kata Kunci : Salmonella typhimurium. suhu, waktu, telur ayam.ABSTRACT                Chicken eggs are food ingredients of animal origin that contain high protein and are widely consumed by the people of Indonesia. The quality of the contents of chicken eggs is strongly influenced by temperature and storage time. Therefore, this study was conducted to determine the effect of temperature and storage time on Salmonella typhimurium on broiler eggs that have been exposed to Salmonella typhimurium bacteria, on egg shells. This study used 15 samples of good quality chicken eggs. Eggs were divided into 2 groups, each group was exposed to 0.5 mg (1.5 x108) Salmonella typhimurium in egg white suspension. Eggs in the first group were stored at room temperature (25OC), and the second group was stored at refrigerator temperature (4OC). Observations were made at the age of 0 days, 3 days, 6 days, 9 days, 12 days, 15 days, 18 days and 21 days. The results of the research carried out until the 21st day, there was no penetration of Salmonella typhimurium on the contents of the chicken eggs examined. Based on the results of this study, it can be concluded that there was no penetration of Salmonella typhimurium into the contents of chicken eggs both at refrigerator temperature and room temperature for 21 days.Keyword : Salmonella typhimurium. temperature, time, chiken egg