Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

IDENTIFIKASI JENIS PADA KEJADIAN CETACEA TERDAMPAR DI INDONESIA DENGAN TEKNIK MOLEKULER Ni Luh Astria Yusmalinda; Aji Wahyu Anggoro; Dio Maulid Suhendro; I Made Jaya Ratha; Dwi Suprapti; Danielle Kreb; Ni Kadek Dita Cahyani
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis Vol. 9 No. 2 (2017): Elektronik Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis
Publisher : Department of Marine Science and Technology, Faculty of Fisheries and Marine Science, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (975.38 KB) | DOI: 10.29244/jitkt.v9i2.19283

Abstract

Kasus Cetacea atau Paus dan Lumba-lumba terdampar di Indonesia sejak berapa tahun terakhir ini semakin sering terungkap dan ditangani oleh banyak pihak. Data dari Whale Stranding Indonesia (WSI) mencatat 40 kasus Cetacea terdampar di berbagai tempat di Indonesia selama tahun 2016 hingga bulan Februari 2017. Salah satu kendala bagi para penyelamat di lapangan adalah sulitnya mengidentifikasi jenis secara morfologi karena pada beberapa kasus, individu yang terdampar tidak dalam kondisi utuh. WSI mencatat lebih dari 21% jenis pada kejadian Cetacea terdampar di Indonesia, tidak teridentifikasi. Penelitian ini bertujuan memperkenalkan pendekatan genetika molekuler dalam mengidentifikasi jenis pada Cetacea terdampar. Gen Control Region dari DNA mitokondria diamplifikasi dengan menggunakan metode Polymerase Chain Reaction (PCR). Data sekuen dibandingkan dengan data di genebank dan dilihat persentase kesamaannya. Penelitian ini menggunakan 36 sampel individu dan 26 diantaranya teramplifikasi dengan panjang basa berkisar antara 445-490 bp (base pair). Metode molekuler berhasil mengidentifikasi 15 spesies dan 13 genus Cetacea yang diambil dari beberapa tempat di Indonesia. Studi ini menunjukkan bahwa teknik genetika molekuler dapat dijadikan metode untuk mengidentifikasi jenis dari Cetacea, terutama mamalia terdampar yang sulit untuk diidentifikasi secara morfologi. Data molekuler yang dihasilkan dapat melengkapi database yang ada di Indonesia serta menjadi penunjang bagi penelitian tentang keragaman genetik dan hubungan antar populasi mamalia akuatik di Indonesia.
IDENTIFIKASI SEKS RASIO TUKIK PENYU HIJAU (Chelonia mydas) DAN PENYU BELIMBING (Dermochelys coriacea) DI BERBAGAI PANTAI PENELURAN UTAMA DI INDONESIA DWI SUPRAPTI; Ida Bagus WINDIA ADNYANA; I Wayan Arthana
ECOTROPHIC : Jurnal Ilmu Lingkungan (Journal of Environmental Science) Vol 5 No 2
Publisher : Master Program of Environmental Science, Postgraduate Program of Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sex ratio is highly dependent on incubation temperature. The optimum temperature of 28 ° C - 30 ° C can result in sex ratio 1: 1. The high temperature will be produced predominantly female hatchlings, and vice versa. The incubation temperatures influenced by some environmental factors such as rainfall, air temperature, air humidity, sand temperature, sand humidity, sand type and vegetation. This research carried out at the Sukamade beach - East Java, Sangalaki island - East Kalimantan and Jamursba Medi beach - West Papua. Results showed the unbalanced sex ratio of sea turtle hatchlings in each of study area. The Sukamade beach generated 75% of male hatchlings in nests under vegetation, 100% female hatchlings in the nest on open beaches, and 87.5% male hatchlings in the hatchery. While the sex ratio of hatchlings produced on Sangalaki island are 100% male in nests under vegetation, 72.22% male hatchlings in the nest on open beaches and 94.44% male hatchlings in the hatchery. On the Jamursba Medi beach produced 90.9% male hatchlings from nests on open beaches. Based on correlation analysis, a significant correlation showed between sex ratio and incubation temperature with significance of 0.01. While there is no significance correlation showed between sex ratios by environmental factors, with significance of 0.942 for the air temperature variable, 0.340 for the air humidity, 0292 for amount of the rainfall, 0799 for the sand fraction, and 0.331 for the sand humidity. All of these significance are greater than 0.05.