Agustin Iskandar
Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

NILAI DIAGNOSIS DAN PROGNOSIS JUMLAH DAN INDEKS TROMBOSIT, MEAN PLATELET VOLUME (MPV) DAN PLATELETCRIT (PCT) PADA PENDERITA SEPSIS NEONATORUM Iskandar, Agustin; Rosari, M Angelina de; Yuliarto, Saptadi
Majalah Kesehatan FKUB Vol 5, No 1 (2018): Majalah Kesehatan Fakultas Kedokteran
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (348.306 KB) | DOI: 10.21776/ub.majalahkesehatan.005.01.5

Abstract

Sepsis neonatorum merupakan penyebab utama kematian pada neonatus di Indonesia. Kondisi ini dapat memicu terjadinya disseminated intravascular coagulation (DIC), lalu meningkatkan konsumsi platelet dan mengakibatkan trombositopenia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai diagnostik dan prognostik jumlah dan index trombosit, mean platelet volume (MPV) dan plateletcrit (PCT) pada sepsis neonatorum. Penelitan ini adalah penelitian retrospektif menggunakan data sekunder pada neonatus terduga  sepsis yang dirawat di RSU dr. Saiful Anwar Malang. Hasil penelitian menunjukkan nilai diagnostik jumlah trombosit adalah sensitivitas 89,3%, spesifisitas 75%, sedangkan MPV sensitivitas 25% dan spesifisitas 10,7%. Nilai prognostik trombosit untuk menentukan outcome sepsis neonatorum adalah sensitivitas 55,6% dan spesifisitas 58,3%, sedangkan MPV 33,3% dan 33,3%. Kadar PCT tidak bisa digunakan baik untuk  diagnosis maupun prognosis sepsis neonatorum. Kesimpulan penelitian ini adalah jumlah trombosit mempunyai nilai diagnosis dan prognosis yang lebih baik bila dibandingkan dengan MPV pada sepsis neonatorum. Namun penegakan diagnosis dan prognosis sepsis neonatorum harus tetap ditentukan berdasar pada anamnesa baik terkait faktor risiko maupun riwayat penyakit, gambaran klinis, dan pemeriksaan penunjang. Kata kunci: jumlah dan index trombosit, sepsis neonatorum.
JUMLAH RERATA TROMBOSIT DAN PLATELETCRIT (MPV DAN PCT) SEBAGAI PREDIKTOR SYOK PADA ANAK YANG TERINFEKSI DENGUE DI RS Dr. SAIFUL ANWAR MALANG Prameswari, Asri; Iskandar, Agustin; Wafi, Muhammad
Majalah Kesehatan FKUB Vol 5, No 3 (2018): Majalah Kesehatan
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (310.487 KB) | DOI: 10.21776/ub.majalahkesehatan.005.03.4

Abstract

Trombosit memegang peran penting pada patogenesis demam berdarah dengue (DBD), fungsi utama trombosit adalah pembentukan sumbat mekanik selama respons hemostasis normal terhadap cedera vaskuler. Gangguan pada trombosit baik jumlah maupun fungsi dapat mengakibatkan kebocoran darah spontan melalui pembuluh darah kecil. Jumlah rerata trombosit dan platelet crit (MPV dan PCT) diduga dapat dijadikan sebagai prediktor syok pada anak yang terinfeksi dengue. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah jumlah rerata trombosit dan plateletcrit (MPV dan PCT) dapat dijadikan sebagai prediktor syok pada anak yang terinfeksi dengue di RS. Dr. Saiful Anwar Malang. Penelitian ini menggunakan metode kohort retrospektif dengan pengambilan rekam medis subjek anak yang dirawat dari bulan Januari 2016-April 2017 dengan metode consecutive sampling dan memenuhi kriteria untuk didiagnosis sebagai infeksi dengue. Diperoleh 39 data pasien anak yang terinfeksi dengue dengan rincian 21 sampel syok dan 18 sampel non-syok. Dengan analisis kurva ROC diketahui bahwa  anak yang terinfeksi dengue dengan jumlah trombosit <50.000 mempunyai risiko mengalami syok 2,32 kali lebih besar dengan nilai sensitifitas 44,4% dan spesifitas 90,48%. Pada anak yang terinfeksi dengue dengan nilai MPV >9,7 mempunyai risiko mengalami syok 1,5 kali lebih besar dengan nilai sensitifitas 83,33% dan spesifitas 28,57%. Pada anak yang terinfeksi dengue dengan nilai PCT <0,14 mempunyai risiko mengalami syok 9,52 lebih besar dengan nilai sensitifitas 94,44% dan spesifitas 61,9%. Dapat disimpulkan bahwa MPV dan PCT dapat dipakai sebagai indikator prognosis terjadinya dengue shock syndrome. 
EFEK SINERGIS KLOROKUIN DAN N-ACETYL CYSTEINE TERHADAP PENURUNAN PARASITEMIA DAN PENURUNAN KADAR MALONDYALDEHYDE ERITROSIT MENCIT YANG DIINFEKSI PLASMODIUM BERGHEI Iskandar, Agustin; Sudjari, Sudjari
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Vol 20, No 1 (2013)
Publisher : Indonesian Association of Clinical Pathologist and Medical laboratory

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24293/ijcpml.v20i1.439

Abstract

Malaria is still a global health problem around the world particularly in Indonesia. Chloroquine is one of the anti-malarial drugs which is still used in Indonesia. The aim of this research is to know the synergic effect of Chloroquine and N-Acetyl Cysteine towards parasitemia and erythrocyte malondyaldehyde levels in mice infected with Plasmodium berghei. This was an experimental research using Plasmodium berghei and BALB/c strain mice, 6−8 weeks old, with body weight 20−30 grams. After infected with Plasmodium berghei, the mice were divided into eight (8) groups: control, chloroquine, NAC 0.25 mg/gBb; NAC 0.5 mg/gBb; NAC 1 mg/gBb and combined drugs of chloroquine and NAC 0.25 mg/gBb; NAC 0.5 mg/gBb; NAC 1 mg/gBb. On the 3rd, 5th, and 7th day after treatment, the mice were killed and their parasitemia and Malondialdehyde (MDA) levels were measured. By using MANOVA and Tukey HSD test, a signifi cant difference in parasitemia level was found between the control and chloroquine group, as well as the control and combined drug groups. In the NAC groups, there was no decrease. The decrease of MDA level began on the 7th day. It can be concluded that there was a synergic effect between the chloroquine and N-Acetyl Cysteine in decreasing parasitemia and malondyaldehyde levels in mice BALB/c infected with Plasmodium berghei.
Correlation between Lactic Acid Concentration and The Severity of Neonatal Sepsis Iskandar, Agustin; Pranidya, Nada Putri; Sulistijono, Eko; Aryati, Aryati
INDONESIAN JOURNAL OF CLINICAL PATHOLOGY AND MEDICAL LABORATORY Vol 26, No 1 (2019)
Publisher : Indonesian Association of Clinical Pathologist and Medical laboratory

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24293/ijcpml.v26i1.1370

Abstract

BackgroundsNeonatal sepsis remains a major cause of high infant mortality rate in Indonesia, and served as one of risk factor for early neonatal mortality. This study aims to determine the relationship between lactate levels andthe severity of sepsis and prognostic value of lactic acid as a predictor of severity in neonatal sepsis.. MethodsThis research is analytic observational research using cross sectional method. The subjects were patients of neonatal sepsis treated in the Perinatology Room of Saiful Anwar Hospital Malang from February to June 2015. Lactic acid concentration in plasma was measured by using enzymatic colorimetric  methodResults and DiscussionThe results showed a positive and significant correlation (p = 0,023; r= o,414) between lactate concentration and severity of sepsis, where every increase of sepsis degree increased lactate level of 0,151 mmol / L. Whereas by using  cut off ≥ 2.5 mmol / L, the prognostic test showed  66.7% of sensitivity and 76.2% of specificity. The chi square test of lactate> 2 mmol / L and <2 mmol / L showed Odd Ratio (OR) of 1,3 whereas at lactate level > 5 mmol / L and <5 mmol / L showed OR of 4,8 indicated that although there was no difference but the mortality outcomes of neonatal sepsis 4.8 times greater those of life. Thus lactate levelsof > 5 mmol / L can determine mortality outcome of neonatal sepsis.Conclusions and suggestionsThe higher the lactic acid level the more severe of neonatal sepsis. Lactate levels greater than 5 mmol / L was predictor for determining mortality outcome in neonatal sepsis
EFEK KOMBINASI KLOROKUIN DAN N-ACETYL CYSTEINETERHADAP JUMLAH TROMBOSIT MENCIT GALUR BALB/C YANG DIINFEKSI Plasmodium berghei Mulyastuti, Yuanita; Widijanti, Anik; Ali, Mulyohadi; Iskandar, Agustin; Fitri, Loeki Enggar
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 20, No 1 (2004)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (228.731 KB) | DOI: 10.21776/ub.jkb.2004.020.01.8

Abstract

Malaria is the most important of the parasitic diseases of humans. In Indonesia, about more than 70 million people live in area which is endemic to malaria, about 15 million new case ofmalaria occurred every year. In malaria immune response forms free radical which assist to eliminate the cause of disease but  also destroys endothelial cells at various organ. This oxidative damage plays an important role in the development of malarial thrombocytopenia. The aim of this research was to investigate the effect of Choroquine combine with N-Acetyl cysteine on the degree of parasitemia and platelets amount during malaria infection. Combination of Chloroquine and N-Acetyl cysteine have been tested by using experimental research method in male Balb/c mice which was infected by Plasmodium berghei. Measurement of the degree ofparasitemia was done everyday and the amount of the platelet as one of the nonspecific cellular immunity parameter at malaria was calculated once in three days. Treatment group were divided to eight groups, group of chloroquine(0,05 mg/gr), group of N-Acetylcysteine with dose 0,25 mg/gr, 0,5 mg/gr, and 1 mg/gr and also combination group of chloroquine and N-Acetyl cysteine with constant dose of chloroquine(0,05 mg/gr) and various dose of N-Acetyl cysteine(0,25 mg/gr, 0,5 mg/gr, and 1 mg/gr). One group consistedof infected mice without treatment as control group.
EFEK KOMBINASI ARTEMISININ DAN N-acetylcysteineTERHADAP KADAR Malondialdehyde(MDA) OTAK DAN PARU MENCIT GALUR Balb/c YANG DIINFEKSI Plasmodium berghei Fitri, Loeki Enggar; Iskandar, Agustin; Permatasari, Nur; Gunawan, Joko Agus; Indrawan, Khadafi
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol 24, No 2 (2008)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (94.577 KB) | DOI: 10.21776/ub.jkb.2008.024.02.4

Abstract

Cerebral and lung damage during malaria infection is believed to be caused by free radicals activitiesthat are produced during immunology process. The free radicals react with lipid component of cellular membrane which generates malondialdehyde (MDA) as its end-product. The aim of the research was to determine whether combination of artemisinin and NAC was moreeffective in decreasing cerebral and lung MDA level compared to artemisinin mono-therapy . The researchwas post-test-control-only design using 5 groups consisted of group A (negative control group), group B mice which infected with P.berghei without therapy (positive control group), group C mice which infected with P.berghei and received artemisinin mono-therapy (0.04 mg/g BW for 7 days), group D mice which infected with P.berghei and received artemisinin in combination with NAC (1 mg/g BW for 7 days) and group E mice which infected with P.berghei and received artemisinin in combination with NAC (1 mg/g BW for 3 days and tapered into ½ mg/g BW for 4 days). On the 3rd, 5th,and 7thday, 3 mice from each group were scarified and assayed for MDA level. On the 3rd day, a decreasing trend of cerebral and lung MDA level wasobserved on all treatment groups. On the 5thday, a decreasing trend of cerebral and lung MDA level wasobserved in group that received artemisinin and NAC whereas group’s that received artemisinin mono-therapy increased. Cerebral and lung MDA level of groupthat received artemisinin mono-therapy was significantly different with group that received combination of artemisinin and NAC in constant dose (p = 0.014) and with group that received combination artemisinin  and NAC in tapering dose (p = 0.004).
PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN DAN PARAMETER ERITROSIT PADA PENDERITA PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK POPULASI D YANG TIDAK DAN YANG MENDAPAT TERAPI INHALASI KOMBINASI LONG ACTING B2 AGONIST–KORTIKOSTEROID Astuti, Triwahju; Karima, Karima; Iskandar, Agustin
Majalah Kesehatan FKUB Vol 6, No 3 (2019): Majalah Kesehatan
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (560.684 KB) | DOI: 10.21776/ub.majalahkesehatan.2019.006.03.3

Abstract

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan penyakit paru yang didasari salah satunya oleh reaksi inflamasi yang meningkat sehingga menimbulkan hambatan aliran udara dan perusakan pada eritrosit, sehingga terjadi resistensi hormon eritropoietin. Populasi D merupakan pasien PPOK yang memiliki risiko eksaserbasi tertinggi dan gejala yang paling berat di antara populasi lainnya. Terapi lini pertama untuk pasien PPOK populasi D yang direkomendasikan GOLD adalah terapi LABACS (long acting beta2 agonist and corticosteroid). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan kadar hemoglobin dan parameter eritrosit berupa jumlah eritrosit, nilai red blod cell distribution width dan indeks eritrosit penderita PPOK populasi D yang mendapat dan tidak mendapat LABACS. Penelitian ini menggunakan metode observational cross sectional dengan melihat rekam medis pasien PPOK pada bulan Juni sampai November 2015. Hasilnya pada terapi LABACS didapatkan kadar hemoglobin yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa terapi, jumlah eritrosit, nilai MCV, MCH, MCHC lebih rendah dibandingkan dengan tanpa terapi, dan nilai RDW lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa terapi LABACS. Selain itu, persentase pasien PPOK yang terkena anemia pada kelompok yang mendapat terapi LABACS lebih rendah dibanding dengan yang tidak mendapat terapi. Kadar hemoglobin, jumlah eritrosit, indeks eritrosit, dan RDW dievaluasi dengan program SPSS 16.0. Tidak didapatkan perbedaan yang signifikan pada semua parameter. Kesimpulannya, tidak terdapat perbedaan kadar hemogolobin dan parameter eritrosit antara pasien PPOK populasi D yang mendapat dan tidak mendapatkan terapi LABACS. 
EFEK PAPARAN PROFILIN Toxoplasma gondii TERHADAP KADAR CHEMERIN PADA TIKUS Rattus norvegicus STRAIN WISTAR Iskandar, Agustin; Mayashita, Dearikha Karina; Alim, Fathi Nabila
Majalah Kesehatan FKUB Vol 5, No 4 (2018): Majalah Kesehatan
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (235.639 KB) | DOI: 10.21776/ub.majalahkesehatan.005.04.1

Abstract

 Obesitas merupakan masalah kesehatan masyarakat global yang terkait dengan morbiditas, mortalitas, dan keterbatasan fungsional.  Di saat yang bersamaan, prevalensi penyakit menular karena infeksi juga menunjukkan adanya peningkatan. Hal ini menimbulkan dugaan adanya keterkaitan antara infeksi dengan obesitas. Profilin merupakan bagian dari parasit Toxoplsma gondii yang dapat berikatan dengan TLR-11 dan  memicu ekspresi IL-12 serta sitokin proinflamasi lain, yang diduga dapat menyebabkan obesitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek paparan profilin T. gondii terhadap kadar chemerin sebagai adipositokin proinflamasi. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan rancangan true eksperimental-post test only control group design, menggunakan tikus (Rattus norvegicus) strain Wistar, yang diberi dua perlakuan yakni diet normal dan diet hiperkalori. Kemudian diinjeksi profilin dosis 15, 30, 45 mcg/mL.  Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan kadar chemerin yang signifikan (p = 0,038; ). Hasil uji post-hoc Tukey  didapatkan perbedaan bermakna pada kelompok profilin dengan dosis 30 mcg/mL yang diberi diet hiperkalori. Uji kolerasi dan regresi linier pada kelompok diet normal menunjukkan hubungan yang kuat antara dosis profilin dengan kadar chemerin (r = 0,600) dan R2 = 0,360 yang dapat diartikan bahwa ada pengaruh dosis profilin pada kenaikan kadar chemerin yaitu sebesar 36%. Pada kelompok diet hiperkalori didapatkan hubungan sangat kuat antara dosis profilin dengan kadar chemerin (r = 0,078) dan R2 = 0,609 yang berarti  bahwa pengaruh dosis profilin pada kenaikan kadar chemerin sebesar 60,9%. Kesimpulan penelitian ini adalah paparan profilin Toxoplasma gondii menyebabkan peningkatan kadar chemerin pada tikus strain Wistar. 
HUBUNGAN ANTARA KADAR LACTATE DEHYDROGENASE (LDH) DENGAN LUARAN KLINIS PASIEN SEPSIS DI RSUD Dr. SAIFUL ANWAR Anshory, Muhammad; Pratama, Gusti Rajendra Yoga; Iskandar, Agustin
Majalah Kesehatan FKUB Vol 8, No 1 (2021): Majalah Kesehatan
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.majalahkesehatan.2021.008.01.4

Abstract

Di seluruh dunia, sepsis adalah penyebab utama kematian. Insiden sepsis telah berlipat ganda selama beberapa tahun terakhir. Terdapat peradangan sistemik pada sepsis yang menyebabkan disfungsi organ. Dengan demikian, kita membutuhkan biomarker untuk menentukan diagnosis dan prognosis sepsis. Lactate dehydrogenase (LDH) adalah biomarker kerusakan organ terkait sepsis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi hubungan antara LDH dan luaran klinis pasien dengan sepsis di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang. Studi ini dilakukan menggunakan pendekatan kohort prospektif, sementara desainnya adalah analitik observasional. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode konsekutif. Pemeriksaan kadar LDH dilakukan menggunakan Roche Cobas 8000, kemudian mortalitas dan lama perawatan dikumpulkan dari catatan medis. Temuan menunjukkan bahwa tidak ada variasi kadar LDH dalam hubungannya dengan kematian pada pasien sepsis (p = 0,414) dan ada hubungan negatif antara kadar LDH dengan lama perawatan pasien sepsis (r = -0,576, p = 0,031), tidak ada hubungan antara kadar LDH dan kematian pasien sepsis (r = 0,14, p = 0,414). Didapatkan nilai cut-off LDH untuk memprediksi kematian adalah 728 U/I, dengan nilai risiko relatif 1,28. Pengukuran LDH yang hanya satu kali dianggap berdampak pada temuan laporan ini. Studi ini menyimpulkan bahwa pada pasien sepsis, kadar LDH memiliki hubungan yang moderat dengan lama perawatan, tetapi tidak memiliki hubungan pada kematian pasien sepsis.Â