Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Al-Ahkam

ETHNOOCEANOGRAPHY DAN TITIK TEMU ASPEK SYAR’I DALAM PENENTUAN AWAL BULAN RAMADHAN DAN SYAWAL OLEH JOGURU KESULTANAN TIDORE Salnuddin, Salnuddin; Nurjaya, I Wayan; Jaya, Indra; Natih, Nyoman M.N
Al-Ahkam Volume 27, Nomor 1, April 2017
Publisher : Faculty of Shariah and Law, State Islamic University (UIN) Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3091.196 KB) | DOI: 10.21580/ahkam.2017.27.1.1073

Abstract

Ethnooceanography and the intersection of shar'i aspects to determination of the early of Ramadan and Shawwal by Joguru Sultanate of Tidore. The determination of the early of the new month of Ramadan and Shawwal was very important for Muslims because it is related to the time of worship. Judge syara 'The Sultanate of Tidore (Joguru) has long applied the method of determining the early month of Hijri (Ramadan and Shawwal) through tidal movement observed on "akebai" included in ethooceanography and called Joguru Method (MJ). Hilal that has never been seen in Tidore and its surrounding areas in the long-term cycle of moon (34 years) caused its early moon to be inapplicable due to non-fulfillment of the requirement of hisab (hadith). MJ makes observation (rukyat) change of tidal movement on "akebai" is "ijtihād". The appropriateness of the scientific aspects of ethnoocaenography and the intersection of the shar'i aspects make it a comparative method of determining the beginning of the new month of Hijri in astronomy (hilāl). Required the expansion of the meaning of the “hilāl” as an indicator of the beginning of the month of the Hijri calendar.[]Ethnooceanography dan titik temu aspek Syar’i dalam penentuan awal bulan Ramadhan dan Syawal oleh Joguru Kesultanan Tidore. Penentuan awal bulan baru Ramadhan dan Syawal sangat penting bagi umat Islam karena berkaitan dengan waktu ibadah. Hakim syara’ Kesultanan Tidore (Joguru) telah lama mengaplikasikan metode penentuan awal bulan baru Hijriah (Ramadhan dan Syawal) melalui pergerakan pasang surut yang terpantau pada “akebai” termasuk dalam ethooceanography dan disebut dengan Metode Joguru (MJ). Hilal yang tidak pernah terlihat di wilayah Tidore dan sekitarnya selama siklus jangka panjang (34 tahun) menyebabkan hisab awal bulan tidak dapat diaplikasikan akibat tidak terpenuhinya persyaratan hisab (hadis). MJ melakukan peng­amatan (rukyat) perubahan tinggi air pada “akebai” adalah “ijtihad”. Terdapat ke­sesuaian aspek sains dari ethnoocaenography serta titik temu aspek syar’i yang menjadikan MJ berpotensi sebagai metode utama sekaligus sebagai metode pem­banding dari metode umum dalam penentuan awal bulan baru Hijriah. Diperlukan perluasan makna kata “hilal” sebagai indikator awal bulan baru penanggalan Hijriah.
ETHNOOCEANOGRAPHY DAN TITIK TEMU ASPEK SYAR’I DALAM PENENTUAN AWAL BULAN RAMADHAN DAN SYAWAL OLEH JOGURU KESULTANAN TIDORE Salnuddin Salnuddin; I Wayan Nurjaya; Indra Jaya; Nyoman M.N Natih
Al-Ahkam Volume 27, Nomor 1, April 2017
Publisher : Faculty of Sharia and Law, Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3091.196 KB) | DOI: 10.21580/ahkam.2017.27.1.1073

Abstract

Ethnooceanography and the intersection of shar'i aspects to determination of the early of Ramadan and Shawwal by Joguru Sultanate of Tidore. The determination of the early of the new month of Ramadan and Shawwal was very important for Muslims because it is related to the time of worship. Judge syara 'The Sultanate of Tidore (Joguru) has long applied the method of determining the early month of Hijri (Ramadan and Shawwal) through tidal movement observed on "akebai" included in ethooceanography and called Joguru Method (MJ). Hilal that has never been seen in Tidore and its surrounding areas in the long-term cycle of moon (34 years) caused its early moon to be inapplicable due to non-fulfillment of the requirement of hisab (hadith). MJ makes observation (rukyat) change of tidal movement on "akebai" is "ijtihād". The appropriateness of the scientific aspects of ethnoocaenography and the intersection of the shar'i aspects make it a comparative method of determining the beginning of the new month of Hijri in astronomy (hilāl). Required the expansion of the meaning of the “hilāl” as an indicator of the beginning of the month of the Hijri calendar.[]Ethnooceanography dan titik temu aspek Syar’i dalam penentuan awal bulan Ramadhan dan Syawal oleh Joguru Kesultanan Tidore. Penentuan awal bulan baru Ramadhan dan Syawal sangat penting bagi umat Islam karena berkaitan dengan waktu ibadah. Hakim syara’ Kesultanan Tidore (Joguru) telah lama mengaplikasikan metode penentuan awal bulan baru Hijriah (Ramadhan dan Syawal) melalui pergerakan pasang surut yang terpantau pada “akebai” termasuk dalam ethooceanography dan disebut dengan Metode Joguru (MJ). Hilal yang tidak pernah terlihat di wilayah Tidore dan sekitarnya selama siklus jangka panjang (34 tahun) menyebabkan hisab awal bulan tidak dapat diaplikasikan akibat tidak terpenuhinya persyaratan hisab (hadis). MJ melakukan peng­amatan (rukyat) perubahan tinggi air pada “akebai” adalah “ijtihad”. Terdapat ke­sesuaian aspek sains dari ethnoocaenography serta titik temu aspek syar’i yang menjadikan MJ berpotensi sebagai metode utama sekaligus sebagai metode pem­banding dari metode umum dalam penentuan awal bulan baru Hijriah. Diperlukan perluasan makna kata “hilal” sebagai indikator awal bulan baru penanggalan Hijriah.
Co-Authors . Salnuddin . Sukenda Abdul Motalib Angkotasan Abdul Motalib Angkotasan Adi Purwandana Adibrata, Sudirman Adil Mahfudz Firdaus Adil Mahfudz Firdaus Agus Atmadipoera Agus Sholeh Atmadipoera Ahmad Herison Akmala Dwi Nugraha Alan Frendy Koropitan Amir Yarkhasy Yuliardi Andhi Setyonugroho Andri Purwandani Ari Purbayanto Asep Sandra Budiman Asep Sandra Budiman Baharuddin Baharuddin Bambang Kanti Laras Damar, Ario Darmiati Dedi Sugianto Dietrich G Bengen Dietriech G. Bengen Dietriech Geoffrey Bengen Eddi Supriyono Eddy Supriyono Edi Kusmanto Enang Harris Surawidjaja Esty Kurniawati Esty Kurniawati Ety Parwati Ety Parwati Ety Parwati fadli syamsudin Fani Safitri Franto Novico Fredinan Yulianda Harpasis S Sanusi Harpasis S Sanusi Harpasis s. Sanusi Hefni Effendi Heron Surbakti Heron Surbakti Hidayat Pawitan Holyness Nurdin Singadimedja HS, Surjono I Gusti Bagus Wiksuana I Ketut Ardiasa I Nyoman Kanca I Putu Budiarta Ida Bagus Made Baskara Andika IG Wayan Adiwilaga Indra Jaya Indra Jaya Indra Jaya Indra Jaya Indra Jaya Irzal Effendi Ismudi Muchsin Ismudi Muchsin Janviter Manalu John I Pariwono Joko Purwanto Kadarwan Soewardi Kadarwan Soewardi Kadarwan Soewardi Kasman Kasman Khairunnisa Khairunnisa Kholil Kholil Kholil Kholil La Ode Nurman Mbay Leica Febby Shafitri Luky Adrianto Luky Adrianto M. Zairin Junior Mahdi Kartasasmita Mahdi Kartasasmita Mahdi Kartasasmita Manalu, Janviter Marimin . Mario Putra Suhana Mario Putra Suhana Mario Putra Suhana Mennofatria Boer Muhamad Muliadi MUHAMMAD AGUS SUPRAYUDI Muhammad Ishak Jumarang Muhammad Marzuki Mulia Purba Mulia Purba Mulia Purba Mursalin Mursalin Najamuddin N Nandi Abdul Aziz Neviaty P Zamani Novit Rikardi Nur Asia Umar Nur Audina Nyoman M N Natih Nyoman M.N Natih Pramudyo Dipo Putra, Risandi D Ratuluhain, Eva Susan Richardus F Kaswadji Richardus F. Kaswadji Rita Rafni Sakka Sakka Salnuddin Salnuddin Salnuddin Salnuddin Salnuddin Salnuddin Salnuddin Salnuddin, Salnuddin Setyo Handayani Setyo Handayani Sigid Hariyadi Soma Somantri Sugeng Budiharso Sugeng Budiharsono Suhana, Mario Putra Suhana, Mario Putra Surjono HS Syamsul Bahri Agus, Syamsul Bahri Tri Hartanto Tri Prartono Tridoyo Kusumastanto Try Al Tanto Try Al Tanto Vincentius P. Siregar Vincentius P. Siregar Wahyu W Pandoe Widodo S. Pranowo Yogi Cahyo Ginanjar Yonvitner - Yusli Wardiatno