Sri Iswidayati
Penulis adalah seorang doktor dan dosen Jurusan Seni Rupa FBS UNNES

Published : 30 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 30 Documents
Search

ROLAND BARTHES DAN MITHOLOGI Iswidayati, Sri
Imajinasi Vol 2, No 2 (2006): IMAJINASI
Publisher : Jurusan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Roland Barthes sangat dikenal luas sebagai penulis yang menggunakananalisis semiotik dan pengembang pemikiran pendahulunya seorang bapaksemiologi atau semiotik Ferdinand de Saussure. Tulisan-tulisannyadipublikasikan dalam sebuah majalah di Perancis pada awal pertengahanabad silam memuat berbagai pesan, yang kemudian pesan-pesan itudisebutnya sebagai mitos. Barthes membahas mitos lebih serius danmenuangkannya pada bukunya yang diterbitkan oleh Noondy Press tahun1972 berjudul Mythologies di bagian Myth Today. Dalam konteks mitologilama, mitos bertalian dengan sejarah dan bentukan masyarakat padamasanya, tetapi Barthes memandangnya sebagai bentuk pesan atau tuturanyang harus diyakini kebenarannya walau tidak dapat dibuktikan. BagiBarthes, tuturan mitologis bukan saja berbentuk tuturan oral melainkandapat pula berbentuk tulisan, fotografi, film, laporan ilmiah, olah raga,pertunjukan, bahkan iklan dan lukisan. Di tangan Barthes semiotikdigunakan secara luas dalam banyak bidang sebagai alat untuk berfikirkritis.Kata Kunci: semiotik, mitos, tanda, sistem semiologi.
RELEVANSI GERAK TARI BEDAYA SURYASUMIRAT SEBAGAI EKSPRESI SIMBOLIK WANITA JAWA Pramesthi Putri, Rimasari; Lestari, Wahyu; Iswidayati, Sri
Catharsis Vol 4 No 1 (2015)
Publisher : Catharsis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Gerak Tari Bedhaya Suryasumiratmenunjukan ekspresi simbolik wanita Jawa dikarenakan nilai-nilai ideal yang menjadi salah satu acuan karakter seorang wanita Jawa yang dapat ditemukan melalui penggalian dari gerak yang memiliki makna.  Metode yang digunakan kualitatif, data dikumpulkan dengan cara observasi partisipasi, wawancara, dokumentasi, dan studi pustaka. Data dianalisis mengacu teori Barthes 2009. Triangulasi digunakan sebagai pengabsahan data.Hasil penelitian menunjukan bahwa bentuk gerak tari Bedhaya Suryasumirat antara lain kapang-kapang, sembahan, anglir mendung, ukel karna, lumaksana ridhong sampur. Gerak tari Bedhaya Suryasumirat dimaknai dengan Wanita Jawa seyogyanya bersikap semeleh, andap asor, lembah manah, dan nyawiji Gusti murbeng dumadi. Ekspresi yang tercermin dalam Wanita Jawa meliputi mituhu, merak ati, pangreksa, tatas, titis, mrantasi.Berdasar hasil penelitian, maka disarankan penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan bagi penari dalam mengekspresikan gerak sesuai dengan makna
Makna Simbolis dan Fungsi Tenun Songket Bermotif Naga pada Masyarakat Melayu di Palembang Sumatera Selatan Tahrir, Romas; Rohidi, Tjetjep Rohendi; Iswidayati, Sri
Catharsis Vol 6 No 1 (2017)
Publisher : Catharsis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/catharsis.v6i1.17020

Abstract

Tenun Songket Palembang Sumatera Selatan merupakan salah satu songket terbaik di Indonesia. Motif naga divisualkan kedalam tenun songket karena diyakini memiliki makna simbolis. Tujuan penelitian ini adalah (1) ingin mengetahui motif naga dijadikan unsur utama dalam kerajinan tenun songket (2) ingin menganalisis visualisasi naga dalam tenun songket, (3) ingin memahami makna simbolis dan fungsi tenun songket bermotif naga pada masyarakat Melayu di Palembang Sumatera Selatan. Metode penelitian yang digunakan metode kualitatif. Data penelitian diperoleh melalui, observasi, wawancara, dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukan bahwa: Pertama, Tenun songket bermotif naga dijadikan sebagai motif utama karena motif tersebut yang pertama dibuat oleh Gede Munyang masa dulu (nenek moyang) sebelum adanya motif-motif tiga negeri dan kenanga dimakan ulat; Kedua, bentuk visual naga yang ada pada tenun songket merupakan visualisasi pengaruh naga Cina; Ketiga, makna simbolis tenun songket bermotif naga merupakan unsur kepercayaan masyarakat Sumatera Selatan yang terkandung pemahaman kehidupan dilihat dari makna unsur satu kesatuan dan merujuk pada tatanan dalam berkehidupan yang berisi pemahaman terhadap konsep pengharapan, kesucian, perlindungan, kemakmuran, jati diri, dan ajaran dalam ruang lingkup kehidupan sosial. Berkaitan dengan fungsinya, masyarakat Palembang menggunakan tenun songket bermotif naga dalam tradisi pernikahan. Weaving Songket Palembang South Sumatra is one of the best songket in Indonesia. Visualize them into a dragon motif on songket as it is believed to have symbolic significance. Problems examined in this study are: (1) want to know the dragon motif used as a key element in the craft of weaving songket (2) wants to analyze the visualization of a dragon in songket, (3) to understand the symbolic meaning and function of songket weaving patterned dragon on the Malay community in Palembang in South Sumatra. The method used qualitative methods. The data source is the people of Palembang in South Sumatra and patterned songket weaving dragon. Analysis technique used is data collection, data reduction, data presentation and conclusion. The research shows. First, patterned songket weaving dragon serve as the main motive for the first motif created by Gede Munyang first period (ancestor) before any other motives. Second, the visual form of the dragon that is in the weaving songket is a visualization of the influence of the Chinese dragon. Third, the symbolic meaning of the dragon patterned songket is an element of public confidence in South Sumatra. Contained in the understanding of the meaning of the elements of life seen a whole and refers to the order in life which provides an understanding of the concept of hope, purity, protection, prosperity, identity, and the teachings within the scope of social life. In connection with the public function Palembang songket weaving patterned using dragon in their marriage tradition.
Simbol Gendhèng Wayangan pada Atap Rumah Tradisional Kudus dalam Perspektif Kosmologi Jawa-Kudus Pratiwinindya, Ratih Ayu; Iswidayati, Sri; Triyanto, Triyanto
Catharsis Vol 6 No 1 (2017)
Publisher : Catharsis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/catharsis.v6i1.17028

Abstract

Masyarakat Kudus Kulon menyadari bahwa setiap gerak geriknya selalu berada dalam kuasa Allah SWT pandangan tersebut tervisualisasi dalam setiap bagian rumah tempat tinggalnya. Masalah dalam penelitian ini:(1)Bagaimana perwujudan bentuk dan fungsi hiasan gendhèng wayangan pada atap rumah tradisional Kudus; (2)Sebagai simbol, hiasan gendhèng wayangan rumah tradisional Kudus terkandung makna apa dalam perspektif kosmologi Jawa-Kudus. Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan interdisiplin. Data penelitian dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara, dan studi dokumen. Pemeriksaan keabsahan data menggunakan triangulasi sumber, kemudian dianalisis mengggunakan alur reduksi, penyajian, dan verifikasi data. Hiasan gendhèng wayangan terbuat dari bahan tanah liat yang dibakar, ditempeli beling (pecahan kecil keramik porselen) putih. Gendhèng wayangan menggunakan pola hias motif flora, terdiri dari gendhèng lanangan di tengah, gendhèng pengapit di kanan dan kiri, gendhèng bulusan pada bagian ujung sebagai penutup. Gendhèng wayangan memiliki fungsi individu, fungsi sosial, dan fungsi praktis. Makna simbolis dari hiasan gendhèng wayangan adalah mengenai keyakinan dalam hal penghambaan dan kecintaan manusia terhadap Allah. Hiasan gendhèng wayangan tersirat simbol tentang manunggaling kawula Gusti serta falsafah dalam kosmologi Jawa mengenai harmonisasi empat anasir dalam kehidupan manusia bertujuan untuk menjaga keselarasan antara mikrokosmos dan makrokosmos di alam semesta. Kudus Kulon society awared that every movement in their life always be in Gods power and everything in their life is always aligned with the will of God and the universe that surrounded them. That cosmological outlook is visualized in every part of their house where they lived, one of their part is gendhèng wayangan which is located at the peak of the rooftop. Problems studied in this study: (1) How is the structure and function of gendhèng wayangan on the rooftop of a Kudus’s traditional house; (2) As a symbol, what kind of symbol that contained in the traditional decoration gendhèng wayangan in the Javanese-Kudus’s cosmology perspective. Methodologically, this study is qualitative research, and used an interdisipline approach. Data collected by observation, interview and document study. Examination of the data’s validity using sources triangulation, then analyzed using reduction, presentation, and verification of data. The results showed that, (1) Gendhèng wayangan made by clay ground and decorated with beling to bold the line of ornamental flora’s motifs, gendhèng wayangan consisting of gendhèng lanangan in the middle, gendhèng pengapit is in the right and left side, gendhèng bulusan at the end as a cover. Gendhèng wayangan has a function has a practical function, social function, and individual functions. (2) In general, the meaning of symbol gendhèng wayangan is about belief in human servitude to God. While specifically, the implicit concept of gendhèng wayangan is about manunggaling kawula Gusti and harmonization between four elements in the universe to create the harmony between microcosm and macrocosm that is the philosophy adopted in Javanese cosmology and Islam.
Seni Relief Desa Senenan: Kajian Estetik, Fungsi, dan Pewarisannya di Sanggar Jepara Carver Rahmawati, Anik; Triyanto, Triyanto; Iswidayati, Sri
Catharsis Vol 6 No 1 (2017)
Publisher : Catharsis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/catharsis.v6i1.17029

Abstract

Kehadiran seni dalam kehidupan manusia menjadi salah satu kebutuhan bagi manusia. Salah satu karya seni yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan berkesenian  adalah seni relief kayu di Desa Senenan. Masalah yang dikaji dalam penelitian ini: (1) Bagaimana bentuk produk seni ukir relief kayu yang diciptakan perajin di Desa Senenan Kabupaten Jepara?; (2) Bagaimana fungsi seni relief kayu dalam kehidupan komunitas perajin di Desa Senenan Kabupaten Jepara?; dan (3) Bagaimana pewarisan seni relief kayu di Desa Senenan Kabupaten Jepara?. Metode dan pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan kajian interdisiplin sosial-budaya, dan seni (seni rupa). Analisis data seni dengan teori bentuk estetik, konsep pewarisan (internalisasi, enkulturasi, dan sosialisasi), dan fungsi. Hasil penelitian menunjukkan hal-hal sebagai berikut. Pertama, seni relief kayu memiliki bentuk yang variatif sesuai dengan kreativitas perajin dan nilai estetik. Kedua, seni relief kayu memiliki fungsi pemenuhan kebutuhan dasar sebagai sumber pemenuhan kebutuhan ekonomi, fungsi sosial dan fungsi budaya. Ketiga, struktur pewarisannya melalui keluarga dan pendidikan informal (sanggar Jepara Carver). The presence of art in human life becomes one of the human necessities. One of the artworks which used to meet the needs of art is the art of wood reliefs in Desa Senenan, Jepara. The problems of the study are (1) What are the forms of wood relief sculpture product created by craftsmen in Desa Senenan,Jepara? (2) How are the functions of wood art relief in the craftsmen daily life in Desa Senenan, Jepara? (3) How are the inheritance wood art relief in Desa Senenan Jepara? This study used qualitative method which combined with socio cultural and art interdisciplinary study. The Art data analysis included the theory of aesthetic form, the concept of inheritance (internalization, enculturation and socialization), and function. The results showed the following matters. First, the art of wood reliefs had a shape that varied in accordance with the creativity of artisans and aesthetic value. Second, art wooden relief had the function to fulfill the people basic needs as a daily economic, a social function, and as cultural function. Third, the art wood relief was used as the structure of inheritance through the family and informal education (Jepara studio Carver).
Visual Forms and Famininity Values of Wayang Golek Purwo Typical of Kuningan West Java Hadijah, Ijah; Rohidi, Tjetjep Rohendi; Iswidayati, Sri
The Journal of Educational Development Vol 6 No 2 (2018): June 2018
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jed.v6i2.22139

Abstract

Visual signs as a symbol and philosophical value of femininity in wayang golek purwa at this time is less understood by some Pasundan people in Kuningan regency of West Java due to the strong influence of modernization. The problems in this research is how the visual form and femininity values ​​in wayang golek purwa typical of West Java Kuningan.This study aimed at explaining the visual form and the femininity values of wayang golek Purwa typical of West Java. This research utilized a descriptive method with socio-cultural approach based on post-positivism philosophy in the semiotics theory of Roland Barthes and Ferdinand De Saussure. The findings of this research is that the visual form of female characters in wayang golek purwa typical of West Java Kuningan is a denotative sign embodiment that retains the existing visual patterns of the puppet way puppet purwa. Meanwhile, the connotative values signifies that the existing wayang golek purwa typical of Kuningan West Java gives an illustration of the noble values ​​contained in the female characters of the puppet, that is the value of wisdom, holiness, manners, and feminism.
PERKEMBANGAN BENTUK TOPENG BARONGAN DALAM RITUAL MURWAKALA DI KABUPATEN BLORA Pambudi, Fivin Bagus Septiya; Iswidayati, Sri; Supriyanto, Teguh
Catharsis Vol 4 No 2 (2015)
Publisher : Catharsis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ritual Murwakala ini merupakan ritual ruwatan yaitu ngruwat wong sukerta. Rumusan masalah penelitian ini (1) Bagaimanakah perkembangan bentuk topeng Barongan Blora yang digunakan dalam ritual Murwakala (2) Bagaimanakah fungsi topeng Barongan yang digunakan dalam ritual Murwakala (3) Bagaimana makna dalam tiap bentuk perkembangan topeng Barongan yang digunakan dalam ritual Murwakala. Tujuan penelitian ini (1) Untuk mengetahui dan menjelaskan perkembangan bentuk topeng barongan Blora dalam ritual Murwakala (2) Untuk mengetahui dan menjelaskan fungsi topeng Barongan dalam ritual Murwakala (3) Untuk mengetahui dan menjelaskan makna dalam tiap bentuk perkembangan topeng Barongan dalam ritual Murwakala. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, mengumpulkan data (1) Observasi mengamati terhadap pertunjukan Barongan (2) wawancara yaitu dengan mewawancarai seniman Barongan Blora, Pawang barongan, dan tokoh Blora (3) Data dokumen yang didapat berupa dokumentasi arsip kebudayaan yang ada di kota Blora. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu perkembangan bentuk topeng barongan blora yaitu sebelum kemerdekaan sampai 1945, setelah kemerdekan sampai orde lama, orde  baru – reformasi, periode reformasi - tahun 2009, 2010 sampai sekarang. Fungsi Barongan Blora yaitu, Barongan murni sebagai sarana ritual Murwakala, Barongan dalam ritual Murwakala Pertunjukan Panggung. Saran Mengembangkan kesenian daerah khusunya kesenian topeng Barongan di kabupaten Blora bisa berkembang dan dalam hal pelestarian seni tradisi.Ritual murwakala is ritual ruwatan namely ngruwat wong sukerta. The formulation of the research 1) how the development of the mask barongan Blora used in ritual murwakala 2) how function mask barongan used in ritual murwakala 3) how meaning in every the development of a mask barongan used in ritual murwakala .The purpose of this research is 1) to know and explain the development of the mask barongan in ritual murwakala 2) to know and explain function mask barongan on rites murwakala 3) to review and explain the meaning of for the development of a mask barongan in ritual murwakala. This research using the qualitative method ,while to collect the data done by 1) observation 2) interview 3) data on documents. The results in this research that is the development of the form of a mask barongan Blora occurring in some the period that is the period before independence until 1945,after independence until order lama,new order to reform,tahun2009 reform,2010 until now.Function mask barongan blora on rites murwakala that is as a means of ritual murwakala and as a stage performance.Function barongan blora namely , pure barongan as a means of a ritual murwakala, barongan on rites murwakala a stage performance.
FUNGSI DAN MAKNA BIDE DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT DAYAK KANAYATN DI KABUPATEN LANDAK KALIMANTAN BARAT Dodo, Dodo; Iswidayati, Sri; Rohidi, Tjetjep Rohendi
Catharsis Vol 5 No 2 (2016)
Publisher : Catharsis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bide merupakan bagian dari perlengkapan atau sarana yang digunakan dalam upacara ritual adat suku Dayak Kanayatn, tikar Bide mampu memberi kepuasan spiritual atau emosional lewat penampilan yang indah dan artistik. Masalah yang dikaji dalam penelitian ini; (1) Fungsi apa yang terkandung dalam Bide?; dan (2) Bagaimana makna simbolik yang terkandung dalam Bide?. Metode penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan interdisiplin (antropologi, sosiologi, seni rupa dan semiotika). Teknik pengumpulan data dengan teknik observasi, wawancara, dan studi dokumen. Pemeriksaan keabsahan data menggunakan triangulasi sumber, dengan prosedur analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data. Hasil Penelitian menunjukan bahwa, tikar Bide bagi masyarakat Dayak Kanayatn adalah sebagai alat perekat tali persaudaraan. Dalam upacara adat, Bide sebagai alas tempat duduk dalam mempersatukan masyarakat, sehingga dengan kesatuan dapat tercipta suasana yang damai, adat merupakan aturan yang berlaku disetiap kehidupan mereka. Makna simbolik Bide adalah lambang kebersamaan dan pemersatu suatu kelompok masyarakat, dengan tujuan supaya masyarakat tetap menjaga solidaritas, kebersamaan, dan tanggung jawab. Sesuai dengan fungsinya, ketika ditempatkan dalam kontek budaya, Bide menjadi suatu identitas, karakter dan bisa juga harga diri.
PATUNG PANTAK DAYAK KANAYATN Kajian Bentuk dan Fungsi dalam Perubahan Sosial Budaya Andrianus, Andrianus; Iswidayati, Sri; Triyanto, Triyanto
Catharsis Vol 5 No 2 (2016)
Publisher : Catharsis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Patung Pantak merupakan karya seni yang hadir dari hasil produk budaya Suku Dayak Kanayatn. Keberadaan patung Pantak dalam kehidupan masyarakat Suku Dayak Kanayatn merupakan tindakan sosial masyarakat untuk mengekpresikan budaya melalui sebuah patung. Berubahnya budaya bertani masyarakat memberikan dampak terhadap bentuk dan fungsi patung Pantak. Penelitian ini bertujuan menganalisis dan memahami masalah bentuk dan fungsi pada patung Pantak dalam konteks perubahan sosial budaya masyarakat Suku Dayak Kanayatn. Metode penelitian menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Data penelitian dikumpulkan dengan teknik pengamatan, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan perubahan sosial budaya masyarakat Suku Dayak Kanayatn dari beberapa aspek kehidupan mempengaruhi aspek yang berhubungan dengan budaya serta orientasi nilai budayanya. Salah satu aspek kebudayaan yang dipengaruhi dengan terjadinya perubahan sosial budaya itu adalah karya seni, termasuk disini karya seni patung. Tegasnya bentuk dan fungsi karya seni patung Pantak Dayak Kanayatn berubah seiring dengan tejadinya perubahan sosial budaya masyarakatnya. Tampaknya peran budayawan dan bidang pendidikan yang sejatinya menjaga, mempertahankan serta melestarikan suatu produk budaya belum terlihat jelas, sehingga dalam hal ini Perlu memberikan pengetahuan kepada masyarakat yang menjadi pemilik suatu kebudayaan untuk secara bijak dalam menyikapi setiap kemajuan yang berdampak dalam sebuah kebudayaan dan perlunya untuk memasukkan karya seni patung Pantak sebagai materi ajar untuk memperkenalkan salah satu produk budaya dari Suku Dayak Kanayatn.
Javanese Women’s Reprenstation in Adaninggar – Kelaswara Dance Prihatini, Luciana Intan; Iswidayati, Sri; Hartono, Hartono
Catharsis Vol 7 No 1 (2018)
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/catharsis.v7i1.20044

Abstract

Adaninggarelaswara dance is a classical dance which got influence of Chinese ethnic. The dancers’ movements called gesture meaningful with normative value of Javanese woman as well as still relevant in Javanese woman lives today. The research aims to describe Adaninggar-Kelaswara dance performance, identify women’s representation in Adaninggar-Kelaswara dance movement and also to communicate the pragmatic message to women through Adaninggar-Kelaswara dance movement. The method of this study used qualitative method and interpretative semiotics approach. The source of data used primary and secunder data through the techniques of data were observation, interview, and documentary. The technique of authorized data was the use of source triangulation and the techniques of analyzing data using Barthes cultural semiotic. The conclusion of the dance movement in cultural semiotics indicate that Adaninggar-Kelaswara dance movement relating to the way of live and Javanese woman’s personality values. This finding is hoped to become the referential for the further research on Adaninggar-Kelaswara dance with other methods in order to explore the cultural values of Java, especially concerning to women representation.