Claim Missing Document
Check
Articles

The Popularity of Waranggana Tayub Malang through Body Exploitation Hidajat, Robby
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 14, No 2 (2014): (EBSCO, DOAJ & DOI Indexed, December 2014)
Publisher : Department of Drama, Dance, and Musik (Sendratasik), Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v14i2.3288

Abstract

Tayub is a ronggeng type of dance performance. It is widely performed in Javanese regions.Originally, Tayub functioned as a fertility ritual; then it developed as entertainment. The growth of Tayub in Malang in the 1950s was intended for identity and the main dancer called tandak was changed to Waranggana. As a result, there was a transformation in the form of the dancer’s body: (1) exploring body-initiating identity, (2) manipulating the body through magical effect, and (3) body consumptive economization and love ruse. The qualitative method was used with an art phenomenological model in this study. The data were collected using interview and observation methods and was analyzed interpretatively. The result of the research was that female body interpretation is politicized to survive creatively, in order to maintain popularity and to support the lifestyle of the artist.
The Character Adaptation of Masked Puppet Figures in Ruwatan Ritual Hidajat, Robby
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 16, No 2 (2016): (Nationally Accredited, December 2016)
Publisher : Department of Drama, Dance, and Musik (Sendratasik), Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v16i2.8770

Abstract

One myth that is believed by people living in Duwet village is distress that threatens human beings from when they are born till the day they die. As one way to overcome the distress, people, especially those who are living in Duwet village, hold ritual called as tolak bala. One step in the ritual is self-cleaning oneself from distress or sukerta. In addition to the ritual is a masked puppet as a means of the ritual execution. Thus, this study aims at finding out the functions of the Ruwatan masked puppet. Functional-structural perspective was adopted in the study by implementing observation, interview, and documentation study techniques. Results show that masked puppet has a special function which is to serve as a means of Ruwatan that is specifically to obtain society participation in order to give spiritual support to the process of ritual as a whole tolak bala or distress expulsion process.
The Character Adaptation of Masked Puppet Figures in Ruwatan Ritual Hidajat, Robby
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 16, No 2 (2016): December 2016
Publisher : Department of Drama, Dance and Music, FBS, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v16i2.8770

Abstract

One myth that is believed by people living in Duwet village is distress that threatens human beings from when they are born till the day they die. As one way to overcome the distress, people, especially those who are living in Duwet village, hold ritual called as tolak bala. One step in the ritual is self-cleaning oneself from distress or sukerta. In addition to the ritual is a masked puppet as a means of the ritual execution. Thus, this study aims at finding out the functions of the Ruwatan masked puppet. Functional-structural perspective was adopted in the study by implementing observation, interview, and documentation study techniques. Results show that masked puppet has a special function which is to serve as a means of Ruwatan that is specifically to obtain society participation in order to give spiritual support to the process of ritual as a whole tolak bala or distress expulsion process.
The Popularity of Waranggana Tayub Malang through Body Exploitation Hidajat, Robby
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 14, No 2 (2014): December 2014
Publisher : Department of Drama, Dance and Music, FBS, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v14i2.3288

Abstract

Tayub is a ronggeng type of dance performance. It is widely performed in Javanese regions.Originally, Tayub functioned as a fertility ritual; then it developed as entertainment. The growth of Tayub in Malang in the 1950s was intended for identity and the main dancer called tandak was changed to Waranggana. As a result, there was a transformation in the form of the dancer’s body: (1) exploring body-initiating identity, (2) manipulating the body through magical effect, and (3) body consumptive economization and love ruse. The qualitative method was used with an art phenomenological model in this study. The data were collected using interview and observation methods and was analyzed interpretatively. The result of the research was that female body interpretation is politicized to survive creatively, in order to maintain popularity and to support the lifestyle of the artist.
PERAN ’AKTOR’ DI BALIK PENGGUNG TERHADAP TANDHAK TAYUB DI MALANG JAWA TIMUR Hidajat, Robby -
GETER Vol 3, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tandhak atau teledek di Malang Jawa Timur masih tergantung pada peran ?aktor? di balik panggung,yaitu ?pelandang?, ?Pengendang? atau ?ketua Paguyuban?. Peran yang dimainkan oleh para ?aktor? di balik penggung  itu memiliki dampak tersendiri bagi tandhak. Penelitian ini mengkaji peran ?aktor? di balik panggung dalam penyelenggaraan pementasan tayub. Metode penelitian menggunakan pendekatan diskriptif kualitatif. Data yang dikumpulkan terdiri dari teknik wawancara, observasi, dan penumpulan dokumentasi. Data yang telah melalui seleksi, tabulasi, dan dilakukan uji trianggulasi untuk menentukan kebasahanan. Metode analisis dipergunakan diskriptif interpertatif. Hasil penelitian menunjukan (1) peran pelandang yang memiliki peringkat sangat dominan terhadap tandhak, (2) peranan pengendang bersifat melindungi tandhak, dan (3) ketua paguyuban tayub yang bersifat moderat. Karena ketua paguyuban mempertimbangkan kelangsungan para penggembar tayub.
TRANSFORMASI KARAKTERISTIK TOKOH GUNUNGSARI PADA WAYAG TOPENG DI MALANG JAWA TIMUR Hidajat, Robby
GETER Vol 1, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini mengarahkan secara khusus tentang transformasi karakter tokoh pada seni pertunjukan tradisional, mengingat kajian tentang transformasi karakter masih dibutuhkan pendalaman secara intensif, utamanya untuk kegiatan kreatif dan pengetahuan tentang identitas tokoh dalam sebuah lakon pertunjukan. Karakteristik tokoh pada seni pertunjukan wayang topeng di Malang Jawa Timur hingga saat ini masih belum dikaji secara mendalam. Beberapa tulisann hanya sebatas pada diskripsi informatif, utamanya yang dilakukan oleh para mahasiswa untuk penelitian skripsi. Penelitian menggunakan ancangan kualitatif dengan pendekatan transformasi. Data yang dikumpulan sepenuhnya berbasis pada keterangan berupa kata-kata hasil wawancara, sikap dan tindakan pelaku yang diamati dan dinterpertasikan maknanya,, dan kajian dokumen berupa foto dan literatur, baik yang berbentuk cetak atau catatan pribadi dari pelaku kesenian. Nara sumber kunci penelitian ini adalah Moch Soleh Adi Pramono (64 th) seorang dalang wayang topeng dari Tumpang, Kariyono (78 th.) penari anggota wayang topeng Karya Bakti dari Jabung (sekarang mendukung perkumpulan Dharmo Langgeng), dan Sumantri (63 th.) pengendang wayang topeng dan kompeser karawitan Malang. Analisis data menggunakan interpertasi dan hermeneutik. Hasil penelitian ini menunjukan (1) identitas tokoh Gunungsari, (2) kedudukan dan peran dalam lakon Panji, (3) karakteristik tokoh Gunungsari. Kesimpulan menunjukan tanda-tanda karakteristik Gunungsari merupakan transformasi dari Dewa Wisnu, yaitu sebagai pelindung, penjaga, dan memberikan berkah. Apabila diperhatikan melalui pertunjukan wayang purwa, Bethara Kresna (titisan Wisnu) selalu muncul menjadi pada bagian akhir pertunjukan, berfungsi sebagai tokoh pelerai. Tokoh yang mengatasi berbagai persoalan. Masing-masing tokoh yang bertikai dapat dikembalikan pada kedudukan semula, dan semuanya didoakan dengan dongo slamet tolak balakKata kunci: Transformasi, Karakteristik Tokoh, Wayang Topeng.
PEKERJA SENI YANG TERDAMPAK PANDEMI COVID 19 PADA SEKTOR INDUSTRI KREATIF DI INDONESIA Hidajat, Robby; Wulandari, Sri; Astuti, Yuyun Nur; Hasyimy, Muhammad Afaf
Imaji Vol 18, No 2 (2020): IMAJI OKTOBER
Publisher : FBS UNY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/imaji.v18i2.31278

Abstract

Penelitian ini bertujuan mengetahui dampak pandemic Covid-19 terhadap para pekerja senipada sektor industri kreatif di Indoesia. Pendekatan penelitian ini menggunakan kuantitatif.Populasi direncanakan menyasar 50 pekerja seni di tiga provinsi: Jawa Timur, Daerah IstimewaYogyakarta dan Sumatera Selatan. Sampel teranalisis 21 responden dari Jawa Timur, 7 respondendari Daerah Istimewa Yogyakarta, dan 10 responden dari Sumatera Selatan. Analisis datamenggunakan prosentase. Hasil penelitian ini menunjukkan para pekerja seni pada sektor industrikreatif yang terdampak pandemi Covid-19 mengalami dua dampak, yaitu: (1) Dampak yangberhubungan dengan nasib pekerjaannya, yaitu: (a) 13.1% tidak mendapatkan hasil, (b) 26.3%putus asa dan pasrah, (c) 36.8% tidak mampu memprediksikan kondisi normal, dan (4) 52.6%menunggu bantuan pemerintah. (2) Dampak yang berhubungan dengan nasib penghasilannya,yaitu: (a) Pekerja seni tidak memiliki pengalaman menghadapi musibah sosial, (b) Ketika omsetnaik, tidak sadar bisa berinvestasi, tetapi sebaliknya ketika omset menurun, mereka tidak memilikialternatif mencari penghasilan lain, sehingga menciptakan kelompok miskin baru.Kata kunci: industri kreatif, usahawan seni, kreativitas, Covid 19ART WORKERS AFFECTED BY THE COVID-19 PANDEMIC IN THE CREATIVE INDUSTRY SECTOR IN INDONESIAAbstractThis study aims to determine the impact of the Covid-19 pandemic on art workers in thecreative industry sector in Indonesia. This research approach is quantitative. The population isplanned to target 50 art workers in three provinces: East Java, the Special Region of Yogyakarta,and South Sumatra. The sample analyzed was 21 respondents from East Java, 7 respondentsfrom the Special Region of Yogyakarta, and 10 respondents from South Sumatra. Data analysiswas in percentages. The results of this study show that art workers in the creative industry sectoraffected by the Covid-19 pandemic experienced two impacts, namely: (1) Impacts related to thefate of their work, namely: (a) 13.1% did not get income, (b) 26.3% hopeless and resigned, (c)36.8% unable to predict normal conditions, and (4) 52.6% waiting for government assistance.(2) Impacts related to the fate of their income, namely: (a) Art workers do not have experiencedealing with social disasters, (b) When turnover increases, they are not aware that they can invest,but on the contrary, when turnover decreases, they have no alternative to find other income, thuscreating a new poor group.Keywords: creative industry, art entrepreneur, creativity, Covid 19
PERAN ’AKTOR’ DI BALIK PENGGUNG TERHADAP TANDHAK TAYUB DI MALANG JAWA TIMUR Hidajat, Robby -
GETER Vol 3, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/geter.v3n1.p1-16

Abstract

Tandhak atau teledek di Malang Jawa Timur masih tergantung pada peran ’aktor’ di balik panggung,yaitu ’pelandang’, ’Pengendang’ atau ’ketua Paguyuban’. Peran yang dimainkan oleh para ’aktor’ di balik penggung  itu memiliki dampak tersendiri bagi tandhak. Penelitian ini mengkaji peran ”aktor” di balik panggung dalam penyelenggaraan pementasan tayub. Metode penelitian menggunakan pendekatan diskriptif kualitatif. Data yang dikumpulkan terdiri dari teknik wawancara, observasi, dan penumpulan dokumentasi. Data yang telah melalui seleksi, tabulasi, dan dilakukan uji trianggulasi untuk menentukan kebasahanan. Metode analisis dipergunakan diskriptif interpertatif. Hasil penelitian menunjukan (1) peran pelandang yang memiliki peringkat sangat dominan terhadap tandhak, (2) peranan pengendang bersifat melindungi tandhak, dan (3) ketua paguyuban tayub yang bersifat moderat. Karena ketua paguyuban mempertimbangkan kelangsungan para penggembar tayub.
Transformasi Karakteristik Tokoh Gunungsari Pada Wayag Topeng Di Malang Jawa Timur Hidajat, Robby
GETER Vol 1, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/geter.v1n1.p32-38

Abstract

Penelitian ini mengarahkan secara khusus tentang transformasi karakter tokoh pada seni pertunjukan tradisional, mengingat kajian tentang transformasi karakter masih dibutuhkan pendalaman secara intensif, utamanya untuk kegiatan kreatif dan pengetahuan tentang identitas tokoh dalam sebuah lakon pertunjukan. Karakteristik tokoh pada seni pertunjukan wayang topeng di Malang Jawa Timur hingga saat ini masih belum dikaji secara mendalam. Beberapa tulisann hanya sebatas pada diskripsi informatif, utamanya yang dilakukan oleh para mahasiswa untuk penelitian skripsi. Penelitian menggunakan ancangan kualitatif dengan pendekatan transformasi. Data yang dikumpulan sepenuhnya berbasis pada keterangan berupa kata-kata hasil wawancara, sikap dan tindakan pelaku yang diamati dan dinterpertasikan maknanya,, dan kajian dokumen berupa foto dan literatur, baik yang berbentuk cetak atau catatan pribadi dari pelaku kesenian. Nara sumber kunci penelitian ini adalah Moch Soleh Adi Pramono (64 th) seorang dalang wayang topeng dari Tumpang, Kariyono (78 th.) penari anggota wayang topeng Karya Bakti dari Jabung (sekarang mendukung perkumpulan Dharmo Langgeng), dan Sumantri (63 th.) pengendang wayang topeng dan kompeser karawitan Malang. Analisis data menggunakan interpertasi dan hermeneutik. Hasil penelitian ini menunjukan (1) identitas tokoh Gunungsari, (2) kedudukan dan peran dalam lakon Panji, (3) karakteristik tokoh Gunungsari. Kesimpulan menunjukan tanda-tanda karakteristik Gunungsari merupakan transformasi dari Dewa Wisnu, yaitu sebagai pelindung, penjaga, dan memberikan berkah. Apabila diperhatikan melalui pertunjukan wayang purwa, Bethara Kresna (titisan Wisnu) selalu muncul menjadi pada bagian akhir pertunjukan, berfungsi sebagai tokoh pelerai. Tokoh yang mengatasi berbagai persoalan. Masing-masing tokoh yang bertikai dapat dikembalikan pada kedudukan semula, dan semuanya didoakan dengan dongo slamet tolak balakKata kunci: Transformasi, Karakteristik Tokoh, Wayang Topeng.
MANFAAT PEMBELAJARAN SENI TARI BAGI SISWA SEKOLAH DASAR Robby Hidajat; E.W. Suprihatin Diah Pratamawati
Sekolah Dasar : Kajian Teori dan Praktik Pendidikan Vol 20, No 2 (2011): Tahun 20, Nomor 2, November 2011
Publisher : Sekolah Dasar : Kajian Teori dan Praktik Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract: This qualitative study aimed to explore issues, namely what are the materials and benefits of teaching dance art in the primary schools.The data source were selected by internal/sampling among the Malang City art teachers who organized learning the art dance in the primary schools (SD).This research used observation and interviews as instruments. The data analysis used in the research was interpretation and meaning. Results of the reseach showed the benefits of learning the dance art are as follows, (1) ability of the students'body mechanistic techniques, (2) students had a confident attitude, (3) students' ability to move systemic-structured, (4) students were able to use his mind to memorize and systematically motion to recall the sort order, (5) systematic movement influenced students' physical development consistent to their age.   Abstrak: Penelitian kualitatif ini dimaksudkan untuk menggali permasalahan, apa materi pembelajaran seni tari di sekolah dasar dan apa manfaatnya. Sumber data dipilih dengan teknik internal sampling dari para guru seni budaya di Kota Malang yang menyelenggarakan pembelajaran seni tari di sekolah dasar (SD). Pengumpulan data menggunakan teknik observasi dan wawancara dengan analisis interpertasi dan pemaknaan. Hasil penelitian menunjukkan manfaat pembelajaran seni tari (1) menunjukan kemampuan teknik mekanistik tubuh siswa, (2) siswa mempunyai sikap percaya diri, (3) siswa mampunyai kemampuan bergerak secara sistemik-terstruktur, (4) siswa mampu menggunakan pemikirannya secara sistematis untuk menghafal dan mengingat kembali tata urutan gerak, (5) menunjukan bahwa bergerak yang sistematik berdampak pada kesehatan fisik dan fisikis, dan (6) menunjukan siswa mempunyai perkembangan fisik yang besifat signifikan terhadap usianya.