Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

OPTIMASI METODE PURIFIKASI EKSTRAK DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle Linn) YANG MEMILIKI AKTIVITAS ANTIBAKTERI TERHADAP BAKTERI Propionibacterium Acnes W. A. Wijaya; N. L. P. V. Paramita; N. M. P. Susanti
Jurnal Kimia (Journal of Chemistry) Vol. 12 No.1 Januari 2018
Publisher : Program Studi Kimia, FMIPA, Universitas Udayana (Program of Study in Chemistry, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Udayana University), Bali, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (151.992 KB) | DOI: 10.24843/JCHEM.2018.v12.i01.p07

Abstract

Propionibacterium acnes merupakan bakteri utama penyebab jerawat, dimana dilaporkan dalam suatu penelitian bahwa persentase ditemukannya bakteri P. acnes pada lesi jerawat sebesar 78,8%. Daun sirih hijau telah banyak dilaporkan memiliki aktivitas sebagai antibakteri. Kemampuan antibakteri daun sirih hijau disebabkan karena adanya senyawa golongan fenol yang terdiri dari kavikol, hydroxychavicol, chavibetol, estragol, eugenol, carvacrol dan golongan senyawa seskuiterpen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode optimum yang menghasilkan aktivitas antibakteri terhadap bakteri P. acnes dari enam fraksi yang diperoleh. Metode purifikasi yang digunakan untuk mendapatkan ke-6 fraksi tersebut adalah LLE dengan penggunaan pelarut polar etanol-air yang tidak bercampur dengan pelarut heksan, kloroform dan dietileter. Ke-6 fraksi uji tersebut selanjutnya diuji aktivitas antibakterinya dengan metode difusi disk dan dilanjutkan dengan metode tambahan yaitu KLT bioautografi kontak. Analisis data yang dilakukan secara deskriptif terhadap nilai diameter zona hambat dengan mengkategorikannya berdasarkan CLSI dan terhadap hasil skrining fitokimia. Dari hasil penelitian ini diperoleh hanya dua fraksi yaitu fraksi n-heksan dan fraksi dietileter yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri P. acnes dengan nilai diameter zona hambat sebesar 8 mm dan 9 mm. Metode purifikasi ekstrak daun sirih hijau yang merupakan gabungan metode maserasi dan LLE yang dilakukan belum optimal karena dilihat dari 6 fraksi yaitu fraksi etanol-air (FEA I), etanol-air (FEA II), etanol-air (FEA III), kloroform, dietil eter dan fraksi n- belum mampu menghambat pertumbuhan bakteri P. acnes dimana ke-6 fraksi tersebut termasuk dalam kategori resistant.
KARAKTERISTIK SIMPLISIA TEH HITAM DARI TANAMAN Camelia sinensis Var. assamica DARI PERKEBUNAN TEH BALI CAHAYA AMERTA, DESA ANGSERI, KECAMATAN BATURITI, KABUPATEN TABANAN, BALI N. L. P. V. Paramita; N. M. D. Andani; I. A. P. Y. Putri; N. K. S. Indriyani; N. M. P. Susanti
Jurnal Kimia (Journal of Chemistry) Vol.13 No.1 Januari 2019
Publisher : Program Studi Kimia, FMIPA, Universitas Udayana (Program of Study in Chemistry, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Udayana University), Bali, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (474.865 KB) | DOI: 10.24843/JCHEM.2019.v13.i01.p10

Abstract

Black tea is a type of tea in such a way the polyphenols undergo a high degree of oxidation. The characteristics of simplicia are strongly influenced by the environment. In order to use a simplicia as an active ingredient, characterization test are required for maintaining the quality and safety. This study aimed to find out the characteristic of black tea simplicia from tea leaves (Camellia sinensis var. assamica) which were taken from Bali Cahaya Amerta Tea Plantation, Angseri Village, Baturiti Sub-district, Tabanan Regency, Bali. The characterization of the simplicia was done based on standard parameters of tea plant in Farmakope Herbal Indonesia including macroscopic test, microscopic test, the loss on drying, the contents of water soluble compound, ethanol soluble compound, total ash, acid insoluble ash, total phenol and the identification of cathecin. The results showed that black tea simplicia elongated shaped with blackish brown, odorless, tasteless, and there were fragments identifier such as sclerenkim fibers, epidermis with stomata, macrosklerida, leaf mesophyll with vascular tissue, and rosette calcium oxalate crystals. The result of the compounds content that dissolve in water was 31.84% ± 0.6446%, compounds content that dissolve in ethanol was 16.64% ± 0.414%, the loss on drying was 5.19% ± 0.0902%, total ash content was 4.67% ± 0.0392%, ash content that was insoluble in acid was 0.19% ± 0.0025%, and the total fenol content was 0.9733% ± 0.0189%. From the results, the black tea simplicia fulfills the requirements of simplicia characteristic based on Farmakope Herbal Indonesia parameter.
PENETAPAN KADAR FENOL TOTAL DAN KATEKIN DAUN TEH HITAM DAN EKSTRAK ASETON TEH HITAM DARI TANAMAN CAMELLIA SINENSIS VAR. ASSAMICA N. L. P. V. Paramita; N. P. T. W. Andari; N. M. D. Andani; N. M. P. Susanti
Jurnal Kimia (Journal of Chemistry) Vol.14 No.1 Januari 2020
Publisher : Program Studi Kimia, FMIPA, Universitas Udayana (Program of Study in Chemistry, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Udayana University), Bali, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (155.539 KB) | DOI: 10.24843/JCHEM.2020.v14.i01.p08

Abstract

Indonesia is quite well known as one of the countries that has tea plantations and uses its own production of tea. As a tea producing country, Indonesia has been able as a tea exporter. The most tea production in Indonesia is black tea product. Black tea products are produced from species Camellia sinensis Var. Assamica which undergoes an enzymatic oxidation process to fresh tea leaves. The most phenolic compounds contained in the black tea leaf are catechins, theaflavins, and thearubigin. The purpose of this study was to determine the phenolic total and catechin content of black tea products and acetone extracts produced by D'wan Tea (DT) and Bali Cahaya Amertha (BCA) plantations which located in Tabanan district, Bali. Determination of total phenol was carried out on black tea leaf products and acetone extract using the Folin-Ciocalteu method compared with gallic acid standards. Determination of catechin content was performed on fresh (before oxidized) tea leaves, black tea leaf products, and acetone extracts using the UV-Vis Spectrophotometry method at a maximum wavelength of 257 nm. The results showed that total phenol content of D'wan Tea black tea products (SDT) and Bali Cahaya Amerta (SBCA) were 1.50 ± 0.02 % mg GAE/g dan 0.97 ± 0.02 % mg GAE/g, respectively. Results of the total phenol content of D'Awan Tea (EADT) black tea acetone extract was 6.92 ± 0.12 % mg GAE/g, while the Bali Cahaya Amerta (EABCA) black tea acetone extract was 7.38 ± 0.07 % mg GAE/g. Catechin content from fresh leaf samples of D'wan Tea (SSDT), SDT, and EADT were 15.30 ± 0.22 % mg/g, 8.37 ± 0.13 % mg/g, and 37.45 ± 0.74 % mg/g. Catechin content of fresh leaf samples of Bali Cahaya Amerta (SSBCA), SBCA, and EABCA were 14.71 ± 0.28 % mg/g, 15.16 ± 0.58 % mg/g, and 35.66 ± 0.89 % mg/g. Total phenol content of DT black tea products is greater than BCA black tea products. DT black tea products appear to have decreased catechins in processing. In the processing of black tea it is necessary to decrease catechins content due to the formation of catechin polymers, namely theaflavin and thearubigin as a determinant of the quality of black tea. Keywords: black tea, Camellia Sinensis, cathecin, total phenol.
PERBANDINGAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI MINYAK ATSIRI DAUN, TANGKAI BUNGA DAN BUNGA CENGKEH BALI (Syzygium aromaticum L.) TERHADAP BAKTERI Propionibacterium acne DENGAN METODE DIFUSI DISK I. P. S. T. Lova; W. A. Wijaya; N. L. P. V. Paramita; A. A. R. Y. Putra
Jurnal Kimia (Journal of Chemistry) Vol. 12 No.1 Januari 2018
Publisher : Program Studi Kimia, FMIPA, Universitas Udayana (Program of Study in Chemistry, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Udayana University), Bali, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (140.312 KB) | DOI: 10.24843/JCHEM.2018.v12.i01.p06

Abstract

Propionibacterium acnes adalah bakteri anaerob gram positif yang merupakan bakteri paling dominan pada lesi jerawat. Minyak atsiri telah dibuktikan memiliki aktivitas antibakteri gram positif maupun bakteri gram negatif. Selain bunga cengkeh, minyak atsiri juga dapat diperoleh dari bagian tangkai bunga dan daun dari tanaman cengkeh. Oleh karena pemanfaatan bunga cengkeh masih terhitung mahal, maka pada penelitian ini peneliti ingin melihat potensi aktivitas antibakteri minyak atsiri dari tangkai bunga dan daun cengkeh. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan aktivitas antibakteri minyak atsiri dari bagian bunga, tangkai bunga dan daun cengkeh terhadap bakteri P.acnes. Minyak atsiri dari bunga, tangkai bunga dan daun diperoleh dengan menggunakan metode destilasi air. Konsentrasi larutan uji yang digunakan 200 ?l/mL dengan metode uji difusi disk, kontrol negatif etanol 96% v/v, kontrol positif doksisiklin 30?g/disk, media uji MHA, dan suspensi bakteri P. acnes sebesar 0,5 McFarland. Aktivitas antibakteri ditentukan berdasarkan diameter zona hambat yaitu daerah bening diantara latar keruh setelah diinkubasi selama 24 jam. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis deksriptif untuk melihat klasifikasi respon hambatan berdasarkan NCCLS dan analisis statistik menggunakan ANOVA one way. Aktivitas antibakteri minyak atsiri bunga, tangkai bunga dan daun cengkeh terhadap bakteri P. acnes berbeda signifikan secara statistik dengan taraf kepercayaan >95%. Minyak atsiri bunga cengkeh menghasilkan aktivitas antibakteri terbesar yaitu 25,85 mm - 26,75 mm sedangkan minyak atsiri tangkai bunga menghasilkan aktivitas dengan zona hambat 20,60 mm - 21,20 mm dan minyak atsiri daun cengkeh menghasilkan zona hambat sebesar 18,04 mm - 18,58 mm. Hal ini membuktikan bahwa minyak atsiri dari bunga cengkeh memiliki aktivitas yang paling baik terhadap P.acnes s dibandingkan dengan minyak atsiri dari tangkai bunga dan daun cengkeh. Dengan demikian, minyak atsiri dari tangkai bunga dan daun cengkeh belum sebanding dengan yang berasal dari bunga cengkeh apabila dimanfaatkan sebagai anti bakteri P. Acnes.
Uji Aktivitas Mengkelat Logam dari Ekstrak Etanol Bekatul Beras Hitam dengan Metode Ferrous Ion Chelating (FIC) Coky N. W. C.; Diarini A. S.; Adiluhur M. A.; Oka M.; Dewantari A. A. I. S. H; Laksmiani N. P. L.; Leliqia N. P. E; Paramita N. L. P. V.; Wirasuta I. M. A. G.
Jurnal Farmasi Udayana Vol. 3, No. 1, Tahun 2014
Publisher : Departement of Pharmacy, Faculty of Mathematics and Natural Science, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (190.804 KB)

Abstract

Bekatul beras hitam merupakan salah satu bahan tanaman yang kaya akan flavonoid berupa antosianin. Senyawa flavonoid memiliki kemampuan yang baik dalam mengkelat logam Fe2+. Besi, tembaga dan logam transisi lainnya berperan dalam reaksi fenton yang menghasilkan radikal bebas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi yang dimiliki bekatul beras hitam dalam mengkelat logam. Uji kemampuan mengkelat logam dari ekstrak etanol bekatul beras hitam dilakukan dengan Ferrous Ion Chelating (FIC). Metode ini mengukur kemampuan suatu senyawa untuk bersaing dengan ferrozine dalam mengkelat ion besi. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak etanol bekatul beras hitam pada konsentrasi 18,33-50 ppm memberikan nilai kemampuan mengkelat logam yang lemah sebesar 32,962-39,726 %.
PERBANDINGAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI Propionibacterium acne DARI EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH (Piper betle L.) DATARAN RENDAH DAN DATARAN TINGGI Putra, I.M.D.S; Yustiantara, I.P.S.; Paramita, N.L.P.V.
Jurnal Farmasi Udayana Vol. 3, No. 1, Tahun 2014
Publisher : Departement of Pharmacy, Faculty of Mathematics and Natural Science, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (42.205 KB)

Abstract

Propionibacterium acne merupakan bakteri penyebab jerawat. Perbedaan tempat tumbuh tanaman sirih hijau (Piper betle L.) dapat mempengaruhi metabolisme suatu metabolit sekunder. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun P. betle L. yang tumbuh di dataran rendah (DR) dan dataran tinggi (DT) terhadap P. acne. Uji aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi cakram dengan 5 konsentrasi yakni 1,25 mg/mL, 2,5 mg/mL, 5 mg/mL, 7,5 mg/mL, dan 10 mg/mL. Hasil menunjukan pada konsentrasi 2,5 mg/mL hanya ekstrak etanol DT mampu menghambat pertumbuhan bakteri dengan besar zona hambat 10,7 mm sedangkan pada ekstrak etanol DR pada konsentrasi 5 mg/mL dengan zona hambat 11,5 mm. Perbedaan tempat tumbuh daun             P. betle L. mempengaruhi hasil uji aktivitas antibakteri yang dinilai melalui zona hambat yang dihasilkan.
Perbandingan Pengaruh Lama Pengeringan Terhadap Rendemen Minyak Atsiri Kulit Jeruk Manis (Citrus sinensis) dengan Destilasi Uap dan Identifikasi Linalool dengan KLT-Spektrofotodensitometri i made suardhika
Jurnal Farmasi Udayana Vol. 7 No. 2, Tahun 2018
Publisher : Departement of Pharmacy, Faculty of Mathematics and Natural Science, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (368.084 KB) | DOI: 10.24843/JFU.2018.v07.i02.p06

Abstract

This study aims to determine the effect of drying time on the yield of essential oils from orange peel (Citrus sinensis) and identify the presence of linalool compounds from essential oils. 300 grams of orange skin samples were dried at 40ºC using an oven with a drying treatment of 0 hours (fresh), 24 hours, and 48 hours. The extraction process is carried out by steam distillation method with attainment of 500 ml of distillate. Essential oils are separated from water using liquidliquid extraction (LLE), so that the essential oils are maximally obtained. The highest yield of essential oil obtained in the sample with a drying treatment for 48 hours is 0.5% (MA3), 24-hour drying obtained a yield of 0.4% (MA2) and the sample without drying provides the smallest yield of 0.2% (MA1). Identification of linalool compounds using TLC-Spectrophotodensitometry was carried out to determine the amount of linalool content seen from the AUC (Area Under Curve). AUC MA3 sample is 39475, MA2 is 35889, and MA1 is 8980. Based on the data obtained can be concluded that the drying duration of the sample affects the yield of essential oils and linalool compounds that obtained.
UJI KEPEKAAN ANTIFUNGI FLUCONAZOLE DAN NISTATIN TERHADAP Candida albicans ATCC 10231 DENGAN METODE DIFUSI DISK N. L. P.V. Paramita,; I G.A.A. Trisnadewi; N.P.C. Pratiwi; N.M.P. Dwijayanti; N.L.P.P. Ardiyanti; P. S. Yustiantara; A.A.G.R.Y. Putra; I M.A.G Wirasuta
Jurnal Farmasi Udayana Vol. 5, No. 1, Tahun 2016
Publisher : Departement of Pharmacy, Faculty of Mathematics and Natural Science, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (181.884 KB)

Abstract

Sejumlah agen antifungi banyak digunakan dalam pengobatan infeksi candida. Obat antifungi fluconazole dan nistatin banyak digunakan dalam pengujian terhadap strain Candida albicans menggunakan metode difusi disk. Penggunaan fluconazole dan nistatin memberikan nilai diameter zona hambat yang berbeda ketika diujikan secara in vitro dengan metode difusi disk pada 3 strain Candida albicans. Tujuan penelitian ini adalah uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotik yang positif dalam menghambat Candida albicans ATCC 10231 beserta dosis efektifnya. Metode uji antifungi menggunakan Metode Difusi Disk. Sampel uji adalah Fluconazole dengan 6 variasi konsentrasi ( 64, 128, 256, 512, 1024, 2048 µg/mL) dan Nistatin dengan 6 variasi konsentrasi (200, 250, 300, 350, 400, 450 µg/mL). Aktivitas antifungi ditandai dengan munculnya daerah zona hambatan disekitar disk uji (ukuran 6 mm). Nilai diameter zona hambatan dianalisa secara deskriptif berdasarkan kategori respon hambat dari CSLI yaitu resistent (? 14 mm), intermediate (15 – 19 mm), susceptible (? 20 mm). Hasil penelitian menunjukkan Fluconazole mulai memberikan respon hambatan kategori resistent terhadap pertumbuhan Candida albicans ATCC 10231 pada konsentrasi 512 µg/mL (8,7 mm), kategori intermediate pada konsentrasi 1024 µg/mL (16,9 mm), dan kategori susceptible pada konsentrasi 2048 µg/mL (23,5 mm). Sedangkan nistatin mampu menghambat Candida albicans ATCC 10231 juga dengan kategori resisten mulai konsentrasi 350 µg/mL (6,1 mm), 400 µg/mL (6,7 mm), 450 µg/mL (8,1 mm). fluconazole memiliki kepekaan dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans ATCC 10231 dengan kategori susceptible sehingga dapat direkomendasikan dalam uji antifungi metode difusi disk.
Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Buah Lada Hitam (Piper nigrum L.) Terhadap Bakteri Propionibacterium acnes Sari, D. R. A. P.; Yustiantara, P. S.; Paramita, N. L. P.V.; Wirasuta, I M.A.G.
Jurnal Farmasi Udayana Vol. 3, No. 2, Tahun 2014
Publisher : Departement of Pharmacy, Faculty of Mathematics and Natural Science, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (113.75 KB)

Abstract

Buah lada hitam (Piper nigrum L.) telah terbukti memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri gram positif yaitu Staphylococcus aureus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri dari ekstrak etanol buah lada hitam terhadap bakteri P. acnes. Metode uji aktivitas antibakteri yang digunakan yaitu difusi cakram dengan variasi konsentrasi larutan ekstrak uji dari 1- 10.000 ppm yang diteteskan sebanyak 10 µl pada kertas cakram. Media uji yang digunakan adalah Mueller Hinton Agar yang telah berisi apusan bakteri P. acnes. Konsentrasi suspensi bakteri yang digunakan setara dengan 0,5 Mc Farland.  Media diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam. Hasil uji aktivitas antibakteri dari kelima variasi konsentrasi  larutan ekstrak uji menunjukkan bahwa ekstrak etanol buah lada hitam tidak mampu menghambat pertumbuhan bakteri P. acnes. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya perbedaan karakter struktur dinding sel bakteri P. acnes dengan bakteri S. aureus.
Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Kulit Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas (L.) Lam) dengan Metode Ferrous Ion Chelating (FIC) Dewi L. R.; Laksmiani N. P. L.; Paramita N. L. P. V.; Wirasuta I M. A. G.
Jurnal Farmasi Udayana Vol. 3, No. 1, Tahun 2014
Publisher : Departement of Pharmacy, Faculty of Mathematics and Natural Science, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (171.597 KB)

Abstract

Kulit ubi jalar ungu (Ipomoea batatas (L.) Lam) telah dibuktikan secara ilmiah memiliki kadar antosianin yang lebih tinggi dibandingkan daging umbinya. Antosianin merupakan kelompok metabolit sekunder  yang dapat berperan sebagai antioksidan. Salah satu mekanisme lain dari antioksidan adalah chelating logam. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol kulit ubi jalar ungu dengan metode Ferrous Ion Chelating (FIC). Metode FIC mengukur kemampuan senyawa antioksidan untuk bersaing dengan ferrozine dalam membentuk kelat dengan logam besi (Fe2+). Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan ekstrak etanol kulit ubi jalar ungu  memiliki kemampuan chelating logam yang tergolong sangat lemah dengan nilai IC50 sebesar 322,08 ppm.