Claim Missing Document
Check
Articles

Found 28 Documents
Search

Meaning Configuration of Cultural Practices in Bali as a Model to Strengthen Identity of Balinese People Netra, I Made
International Research Journal of Management, IT & Social Sciences Vol 2 No 7: July 2015
Publisher : International Journal of College and University (IJCU)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21744/irjmis.v2i7.133

Abstract

This paper attempts to configure the meaning of cultural practices in the field of tradition in Bali including the cultural meaning of assertive, directive, expressive, commissive, and declaration that can be used as a model TO strengthen identity of Balinese people. In order to obtain valid data, participative observation taking the form of a focused group discussion was done in several locations in Bali. The data were then thoroughly analyzed based upon the theory of Natural Semantic Metalanguage originated by Wierzbicka (1999) with a model of Cultural Scripts proposed by Goddarad (2002). The result of analysis showed that: 1) cultural meanings found in verbal utterance of traditionally cultural practices in Bali could be derived from such functions of speech acts as: (a) assertive with cultural meanings of ngaturang to present  and ngedengang to show ; (b) directive with cultural meanings of ngelungsur keslametan ‘to ask for safety, nuturang to advise, ngundang to invite; (c) expressive with cultural meanings of ampura to apologize and suksma to thank; (d) commissive with cultural meaning of mejanji to promise; and (e) declaration with cultural meaning of mutusang to decide; 2) Cultural meanings of Bali cultural practices could be configured using cultural scripts that can be used as a model to strengthen the identity of Balinese people.
The Analysis Of Verbal And Visual Sign Of Adidas Advertisement I Putu Adi Sena; I Made Netra; I Wayan Mulyawan
Humanis Volume 17. No. 1. Oktober 2016
Publisher : Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (251.907 KB)

Abstract

Penelitian laporan akhir ini yang berjudul "The Analysis of Verbal And Visual Sign of Adidas Advertisement", menjelaskan tanda-tanda verbal dan visual dalam iklan. Penelitian ini juga menganalisis tanda-tanda verbal dan visual yang mendukung iklan adidas, dan fungsi dan makna dari tanda-tanda verbal dan visual. Metode yang di gunakan di dalam pengumpulan data adalah metode purposive sampling dan data yang sudah terkumpul di analisis secara kualitatif berdasarkan teori semiotic. Ada empat teori yang digunakan dalam penelitian ini. Teori tersebut adalah teori tanda visual dan verbal oleh Dyer (1993), teori makna dan fungsi yang oleh Leech (1974), teori tanda yang diuraikan oleh Chandler (2001), dan teori warna oleh Chapman (2010). Data diambil dari iklan adidas yang diterbitkan dalam situs google.com/adidas-advertisement. Iklan Adidas ini memiliki tanda-tanda verbal dan visual yang mendukung satu sama lain yang bertujuan untuk menarik perhatian pembaca atau orang-orang.Tanda-tanda verbal di dalam iklan menggunakan arti afektif untuk menarik minat orang terhadap produk. Fungsi ekspresif digunakan untuk mengekspresikan perasaan dan sikap pencetusnya. Makna konseptual juga digunakan untuk memberikan informasi dari pesan agar pembaca menangkap pesan dari iklan. Fungsi informasi cenderung menjadi salah satu yang paling penting, yang menyampaikan informasi dari pembicara / penulis/ pendengar / pembaca. Makna konseptual dominan menggunakan informasi dari bahasa. Tanda visual di dalam iklan adalah gambar. Gambar digunakan untuk membuat iklan terlihat keren, mengesankan, dan menarik. Mengenai hasil, makna dan fungsi dari tanda-tanda yang ditemukan dalam iklan, makna dan fungsi dari tanda-tanda dapat dideteksi dari pembuat iklan yang memberitahu informasi tentang adidas, untuk menjual atau mempromosikan produk mereka dan juga untuk menciptakan citra merek serta konsumen mampu memahami makna dari iklan adidas tersebut. Produk adidas dapat menumbuhkan dan meningkatkan semangat konsumen untuk melakukan suatu kegiatan dengan mudah ,bahwa mereka merasa nyaman dan bahagia di setiap situasi.
Commissive And Expressive Illocutionary Acts And Their Intended Meanings In Steel’s The Cottage Anak Agung Putu Rina Dewi; I Made Rajeg; I Made Netra
Humanis Volume 16. No. 3. September 2016
Publisher : Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (316.226 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjabarkan tipe – tipe tindak ilokusi kategori commissive dan  makna di balik tindak ilokusi tersebut. Pemaknaan berpatokan pada konteks situasi yang digunakan dalam novel The Cottage karya anielle Steel, yang diterbitkan tahun 2002. Dialog dalam novel adalah populasi data penelitian ini. Hasil dari analisis menunjukan bahwa dalam novel The Cottage digunakan beberapa tipe Commissive dan Expressive, yakni: memberikan salam, menawarkan, berjanji, mengancam, mencegah seseorang melakukan sesuatu, ekspresi atas ketidaksukaan terhadap sikap seseorang, mengharapkan, berterima kasih, dan meminta maaf.  Makna tindak ilokusi yang ditemukan adalah memohon, menasihati, menawarkan, mengancam, menyadarkan, memberikan selamat, dan meminta maaf.
Interrogative Modes In Cross Cultural Communication At Sanur Village, Denpasar, Bali Putu Ayu Nisma Apsari; I Made Netra
Humanis Vol 18 No 1 (2017)
Publisher : Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (430.676 KB)

Abstract

Komunikasi lintas budaya adalah sebuah studi mengenai bagaimana orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda berkomunikasi satu sama lain dan bagaimana mereka mencoba untuk berinteraksi lintas budaya. Tujuan dari studi “Interrogative Modes in Cross Cultural Communication at Sanur Village, Denpasar, Bali” adalah untuk mengidentifikasi kemungkinan arti dictum imperatif dalam setiap ujaran dalam mode interogatif yang ditemukan dalam komunikasi lintas budaya di Desa Sanur, Denpasar, Bali, dan untuk mengetahui illocutionary force dari mode interogatif yang ditemukan dalam komunikasi lintas budaya di Desa Sanur, Denpasar, Bali, sesuai dengan konteks situasinya. Data dalam studi ini dikumpulkan melalui metode observasi dan tekhnik interview. Data yang telah dikumpulkan memiliki kemungkinan lebih dari satu arti ujaran dan karena ujaran tersebut memiliki lebih dari satu arti, data tersebut masih ambigu. Teori konteks situasi yang dikemukakan oleh Halliday (1985) digunakan untuk menemukan illocutionary force dari mode interogatif yang ditemukan karena field of discourse, tenor of discourse, dan mode of discourse mendukung apa yang diinginkan pembicara sebenarnya dalam memproduksi ujaran tersebut.
Methods And Techniques In Teaching English At Sman 1 Tabanan Anak Agung Ngurah Wira Wicaksana; I Made Netra; Sang Ayu Isnu Maharani
Humanis Volume 17. No. 1. Oktober 2016
Publisher : Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (107.771 KB)

Abstract

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui jenis pendekatan, metode, dan teknik yang digunakan oleh guru bahasa Inggris di SMAN 1 Tabanan dan menyelidiki kesulitan yang dihadapi dalam mengajar keterampilan bahasa Inggris. Teori yang digunakan dalam pendekatan dan metode pengajaran bahasa Inggris bersumber dari Jack F. Richards & Theodore S. Rodgers (1986), teori mengenai teknik pengajaran bahasa Inggris bersumber dari Diane Larsen (2000); sementara kesulitan yang dihadapi oleh guru bahasa Inggris diambil dari teori yang berasal dari Douglas Brown H (1994) dan Nelson Brooks (1964). Metode kualitatif digunakan untuk menganalisa data. hasil penelitian ini menunjukkan bahwa guru dari SMAN 1 Tabanan menggunakan pendekatan komunikatif dan pendekatan ilmiah. Metode yang digunakan adalah diskusi dan metode pengajaran bahasa yang komunikatif. Role play, kelompok kecil / pasangan kerja, dan permainan digunakan dalam teknik  Pengajaran Bahasa Inggris di kelas. Sedangkan kesulitan yang dihadapi oleh guru dibagi menjadi 2, yaitu: kesulitan internal dan kesulitan eksternal.
Semiotic Analysis in Maybelline Lipstick Advertisement Ni Ketut Sri Agustini; I Made Netra; I Made Rajeg
Humanis Vol 20 No 1 (2017)
Publisher : Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (349.188 KB)

Abstract

Penelitian ini berjudul “Analisis Tanda pada Iklan Lipstik Maybelline”. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi tanda dan menjelaskan pesan yang disampaikan oleh tanda verbal dan visual pada iklan lipstik Maybelline. Sumber data pada penelitian ini diambil dari situs perusahaan Maybelline. Iklan cetak Maybelline dipilih sebagai data. Penelitian perpustakaan dan metode dokumentasi digunakan dalam pengumpulan iklan. Iklan yang terpilih dianalisis menggunakan metode kualitatif menggunakan teori yang dikemukakan oleh Chandler mengenai konsep tanda dan makna, teori yang dikemukakan oleh Leech tentang komponen dan fungsi iklan dan juga teori tentang warna yang dikemukakan oleh Wierzbicka. Pada umumnya, tanda verbal dan visual mempunyai konsep tanda dan makna pada setiap iklan dan saling mendukung. Iklan memiliki empat komponen seperti: kepala iklan, isi berita, capdagang dan informasi. Penyajian dari pesan verbal tepat pada pesan visual yang membuat pembaca atau konsumer tertarik membaca atau melihat iklan tersebut. Hubungan antara tanda verbal dan visual akan membantu pembaca untuk mengerti dan memaknai pesan, informasi, dan makna yang disampaikan oleh iklan lipstik.
A Study on Declarative Modes in Cross- Cultural Communication at Sanur Village, Denpasar, Bali Kadek Fradika Putra; I Made Netra; I Made Rajeg
Humanis Vol 19 No 1 (2017)
Publisher : Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (343.241 KB)

Abstract

Komunikasi lintas budaya adalah sebuah studi mengenai bagaimana orang- orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda berkomunikasi satu sama lain dan bagaimana mereka mencoba untuk berinteraksi lintas budaya. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi kemungkinan makna tuturandari dictum imperative dalam mode deklaratif yang ditemukan dalam komunikasi lintas budaya di Desa Sanur, Denpasar, Bali, dan untuk mengetahui illocutionary force dari mode tersebut berdasarkan konteks situasinya. Data dalam studi ini dikumpulkan melalui metodeo bservasi dan tekhnik interview. Data yang terkumpul memiliki kemungkinan makna ujaran lebih dari satu dan data tersebut dapat dipahami sebagai data yang ambigu. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori konteks situasi yang dikemukakan oleh Halliday (1985) untuk menemukan illocutionary force  dari mode declarative. Teori ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu field of discourse, tenor of discourse, dan mode of discourse yang mendukung apa yang diujarkan oleh penutur.
Mental Predicate Feel Subtype Feel and Think in Japanese: A Natural Semantic Metalanguage Approach Luh Putu Ratnayanti Sukma; I Made Netra
e-Journal of Linguistics Vol 13 No 2 (2019): e-jl-July
Publisher : Doctoral Studies Program of Linguistics of Udayana University Postgraduate Program

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1155.949 KB) | DOI: 10.24843/e-JL.2019.v13.i02.p15

Abstract

According to Goddard and Wierzbicka (2014) the original meaning of the mental predicate consists of six types namely, think, know, feel, see, hear, want and don't want. This finding was then forwarded to Japanese by Asano Cavanagh (2015), finding 12 verbs of Japanese language conditions that are matched with those found by Goddard and Wierzbicka (2014). Of the twelve state verbs that were passed on by Asano, the type FEEL was matched with the mental predicate ???kanjiru. Mental predicate???kanjiru has a subtype which turns out to produce more mental predicate than the other six types. Found subtypes FEEL and THINK, FEEL and HAPPEN, FEEL and DO, FEEL and TELL. Subtype FEEL and THINK produces 2 sub-subtypes namely FEEL and THINK (GOOD) and FEEL and THINK (BAD). Keywords: mental predicate, feel, type, subtype
CONFIGURATION OF CULTURAL NORMS IN TRADITIONAL RICE PLANTING RITUAL DISCOURSE THE TRADITIONAL FARMING COMMUNITY OF BAYAN, NORTH LOMBOK I Made Netra; Ni Luh Sutjiati Beratha; I Gusti Made Sutjaja; I Wayan Pastika
e-Journal of Linguistics Vol. 5. Juli 2011 No. 2
Publisher : Doctoral Studies Program of Linguistics of Udayana University Postgraduate Program

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (111.659 KB)

Abstract

This is the study of traditional rice planting ritual discourse of the traditional farming community of Bayan, North Lombok in an ethno-pragmatic perspective.  It is specifically aimed at describing the cultural norms and their meaning configurations.  The theory used in the study is the cultural scripts developed by Wierzbicka (2002a) considering that cultural norms constitute rules and regulations in social interaction practices. They can be investigated from the use of grammatical aspects of language and linguistic routines which are context-bound. They can be configured by paraphrasing in simple and mini language using single space. The results of the study showed that there were some cultural norms found on the traditional rice planting ritual discourse of the traditional farming community of Bayan, North Lombok. They included: (1) asserting thought and hope, (2) respecting other entities, (3) apologizing, (4) promising, and (5) giving advice. The configuration of these cultural norms was in accordance with the understanding of local cultural scripts and wisdom in terms of rituals of the local farming system. The configuration is constructed in low-level script with components of “when” and “if”. It contains the aspects of thinking, speaking, and doing. It is derived from the semantic primes of both evaluation and perception.
Application of transposition procedure to the translation of emotive words in Krsna text I Wayan Suryasa; I Nengah Sudipa; Ida Ayu Made Puspani; I Made Netra
e-Journal of Linguistics Vol 13 No 1 (2019): e-jl-January
Publisher : Doctoral Studies Program of Linguistics of Udayana University Postgraduate Program

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1194.819 KB) | DOI: 10.24843/e-jl.v13i1.49070

Abstract

The current study is aimed at investigating the application of the transposition procedure to the translation of the emotive words found in Krsna text. The emotive words used are based on the cognitive scenario. There are five emotive words described. They are happy, sad, fear, anger, envious, and ashamed. The transposition procedure was appplied to the replacement of one word class by another. There is no change in meaning. The transportation procedure can be applied intralinguistically, referring to as particular language. The original expression is the base one and the result is the transposed expression. The highly versatile translation procedure is transposition. The stylistic value of the transposed expression is sometimes substantially different from the base expression. Transposition can render the nuance of style, and used as a main means of finetuning the stylistic elegance of the translation product.