Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

PERBANDINGAN INTERVENSI ULTRASOUND DAN MUSCLE ENERGY TECHNIQUE DENGAN INTERVENSI ULTRASOUND DAN MCKENZIE EXERCISE TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL PADA NON-SPECIFIC LOW BACK PAIN Wibawa, Ari; Tianing, Ni Wayan; Kinandana, Gede Parta; Juniantari, Ni Komang AYu
Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia Vol 6 No 2 (2018): Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia
Publisher : Bachelor of Physiotherapy and Physiotherapy Profession Study Program, Faculty of Medicine, Udayana University in collaboration with Indonesian Physiotherapy Association (IPA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (238.678 KB) | DOI: 10.24843/MIFI.2018.v06.i02.p13

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan intervensi ultrasound dan muscle energy technique lebih efektif daripada ultrasound dan mckenzie exercise dalam meningkatkan kemampuan fungsional pada kasus low back pain non-spesifik. Tes yang digunakan adalah  modified oswestry low back pain disability questionnaire untuk mengukuran nyeri fungsional.  Menggunakan desain experimental dengan pre-test and post-test group design melibatkan sampel sebanyak 32 orang yang terbagi dalam 2 kelompok. Kelompok 1 dengan perlakuan ultrasound dan muscle energy technique dan kelompok 2 dengan perlakuan ultrasound dan mckenzie exercise. Hasil Uji Hipotesis menggunakan independent sample t-test memperoleh hasil p = 0,000 dengan beda rerata pada kelompok 1 22,85(SB 4,348) sedangkan kelompok 2 didapatkan beda rerata 12,86(SB 2,797). Hasil tersebut menunjukan bahwa terdapat perbedaan penurunan nyeri fungsional LBP non-spesifik yang bermakna antara kelompok perlakuan muscle energy technique dan kelompok perlakuan mckenzie exercise. Kata kunci: low back pain non-spesifik, modified oswestry low back pain disability questionnaire, ultrasound, muscle energy technique, mckenzie exercise
THE ADDITION EFFECT OF SCAPULOTHORACIC JOINT MOBILIZATION IN INTERVENTION OF ULTRASOUND AND GLENOHUMERAL JOINT MOBILIZATION IN INCREASING RANGE OF MOTION AND FUNCTIONAL ABILITY IN INDIVIDUAL WITH FROZEN SHOULDER Ni Komang Ayu Juni Antari; Gede Parta Kinandana; Anak Agung Gede Angga Puspa Negara
Sport and Fitness Journal Vol 9 No 3 (2021): Volume 9, No. 3, September 2021
Publisher : Program Studi Magister Fisiologi Keolahragaan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/spj.2021.v09.i03.p04

Abstract

Frozen shoulder or commonly known as adhesive capsulitis is a condition of inflammation in the joint capsule or capsule that protects the glenohumeral joint. The purpose of this study was to prove the effect of adding scapulothoracic joint mobilization interventions in increasing the range of motion and functional ability in individuals with a frozen shoulder. The design used in this study was experimental with pre and post control group design involving 24 samples divided into two groups. Group 1 received conventional intervention including glenohumeral joint mobilization while Group 2 received the additional intervention, namely scapulothoracic joint mobilization in addition to glenohumeral joint mobilization. Ultrasound was given to both groups as initial therapy. The goniometer was used as a measurement of the shoulder range of motion and SPADI was used to measure the functional ability of the shoulder. Hypothesis testing using the independent sample t-test to compare the two interventions was found to be significantly different with the p-value = 0.000 (p <0.05). It can be concluded that the addition of scapulothoracic joint mobilization to conventional interventions proved to be effective in increasing the range of motion and functional ability of the shoulder in individual with frozen shoulder Keywords: frozen shoulder, scapulothoracic joint mobilization, glenohumeral joint mobilization, ultrasound, range of motion, SPADI
UPPER LIMB NEURODYNAMIC BILATERAL LEBIH MENURUNKAN SKOR NYERI DAN TENSION NERVUS MEDIANUS DIBANDINGKAN DENGAN UPPER LIMB NEURODYNAMIC IPSILATERAL PADA PENDERITA CERVICAL RADICULOPATHY Gede Parta Kinandana; I Ketut Suyasa; Wahyuddin Wahyuddin; Putu Astawa; I Made Ady Wirawan; Nyoman Mangku Karmaya
Sport and Fitness Journal Vol 8 No 3 (2020): Volume 8, No. 3, September 2020
Publisher : Program Studi Magister Fisiologi Keolahragaan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/spj.2020.v08.i03.p10

Abstract

Pendahuluan: Cervical radiculopathy merupakan suatu kondisi klinis dimana terjadinya kompresi pada akar saraf yang menyebabkan perubahan fisiologis pada jaringan saraf. Tujuan Penelitian: membuktikan upper limb neurodynamic bilateral lebih menurunkan nyeri, meningkatkan range of motion (ROM) cervical, dan ekstensi elbow pada penderita cervical radiculopathy jika dibandingkan dengan neurodynamic ipsilateral. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan pre dan post-test control group design menggunakan 24 orang sampel yang dibagi ke dalam 2 kelompok. Pada Kelompok 1 diberikan upper limb neurodynamic ipsilateral sedangkan Kelompok 2 diberikan intervensi upper limb neurodynamic bilateral. Intervensi diberikan sebanyak 12 kali. Pengukuran skor nyeri menggunakan numerical pain rating scale (NPRS) dan ROM cervical menggunakan goniometer dan tension nervus medianus diukur melalui ROM ekstensi elbow. Hasil: Perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok didapatkan pada pengukuran skor nyeri dengan nilai p = 0,000 (p<0,05) pada pengukuran nyeri diam dan saat neurodynamic testing. Perbedaan yang bermakna juga ditemukan pada pengukuran ekstensi elbow dengan nilai p = 0,000 (p<0,05). Perbedaan yang tidak bermakna ditemukan pada pengukuran ROM cervical (ekstensi, rotasi, dan lateral fleksi ipsilateral) dengan nilai p = 0,377; 0,110; dan 0,342 secara berurutan (p > 0,05). Kesimpulan: upper limb neurodynamic bilateral lebih menurunkan skor nyeri dan menurunkan tension nervus medianus dibandingkan dengan upper limb neurodynamic ipsilateral dan tidak lebih meningkatkan ROM cervical pada penderita cervical radiculopathy. Kata kunci: nyeri, ROM cervical, ROM ekstensi elbow, neurodynamic ipsilateral, neurodynamic bilateral, cervical radiculopathy
PERBANDINGAN INTERVENSI ULTRASOUND DAN MUSCLE ENERGY TECHNIQUE DENGAN INTERVENSI ULTRASOUND DAN MCKENZIE EXERCISE TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL PADA NON-SPECIFIC LOW BACK PAIN Ari Wibawa; Ni Wayan Tianing; Gede Parta Kinandana; Ni Komang Ayu Juniantari
Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia Vol 6 No 2 (2018): Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia
Publisher : Bachelor of Physiotherapy and Physiotherapy Profession Study Program, Faculty of Medicine, Udayana University in collaboration with Indonesian Physiotherapy Association (IPA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (238.678 KB) | DOI: 10.24843/MIFI.2018.v06.i02.p04

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan intervensi ultrasound dan muscle energy technique lebih efektif daripada ultrasound dan mckenzie exercise dalam meningkatkan kemampuan fungsional pada kasus low back pain non-spesifik. Tes yang digunakan adalah modified oswestry low back pain disability questionnaire untuk mengukuran nyeri fungsional. Menggunakan desain experimental dengan pre-test and post-test group design melibatkan sampel sebanyak 32 orang yang terbagi dalam 2 kelompok. Kelompok 1 dengan perlakuan ultrasound dan muscle energy technique dan kelompok 2 dengan perlakuan ultrasound dan mckenzie exercise. Hasil Uji Hipotesis menggunakan independent sample t-test memperoleh hasil p = 0,000 dengan beda rerata pada kelompok 1 22,85(SB 4,348) sedangkan kelompok 2 didapatkan beda rerata 12,86(SB 2,797). Hasil tersebut menunjukan bahwa terdapat perbedaan penurunan nyeri fungsional LBP non-spesifik yang bermakna antara kelompok perlakuan muscle energy technique dan kelompok perlakuan mckenzie exercise.Kata kunci: low back pain non-spesifik, modified oswestry low back pain disability questionnaire, ultrasound, muscle energy technique, mckenzie exercise
PENGGUNAAN HIGH HEELS DENGAN SUDUT QUADRICEPS DAN RISIKO TERJADINYA PENURUNAN FUNGSIONAL SENDI LUTUT PADA SALES PROMOTION GIRL DI DENPASAR Fydananda Nimas Pahlevi; Ni Komang Ayu Juni Antari; I Made Niko Winaya; Gede Parta Kinandana
Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia Vol 10 No 2 (2022): Majalah Ilimiah Fisioterapi Indonesia
Publisher : Bachelor of Physiotherapy and Physiotherapy Profession Study Program, Faculty of Medicine, Udayana University in collaboration with Indonesian Physiotherapy Association (IPA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MIFI.2022.v10.i02.p07

Abstract

Pendahuluan: Survei menunjukkan 37%-69% wanita menggunakan sepatu hak tinggi setiap harinya, persentase tersebut mewakili sebagian besar populasi wanita. Keadaan sosial dan fashion mendorong penggunaan sepatu hak tinggi dalam waktu lama tanpa memikirkan adanya efek gaya berjalan/gait dan fungsi dari ekstremitas bawah. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan hubungan antara penggunaan high heels dengan sudut quadriceps dan risiko terjadinya penurunan fungsional sendi lutut pada Sales Promotion Girls di Denpasar. Metode: Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan desain cross-sectional yang dilakukan pada bulan Maret 2021. Subjek penelitian adalah SPG mall di Denpasar dengan jumlah 50 responden yang dipilih melalui teknik purposive sampling. Peneliti melakukan anamnesis dan pemeriksaan sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Pengumpulan data dilakukan dari mengukur tinggi heels yang digunakan dengan penggaris, mengukur sudut quadriceps menggunakan meteran atau penggaris dan goniometer dan penilaian risiko terjadinya penurunan fungsional sendi lutut dengan kuesioner Western Ontario and McMaster (WOMAC). Hasil: Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah spearman’s rho. Pada perhitungan analisis data, ditemukan nilai p=0,000(p<0,05) dan nilai korelasi r 0,715 untuk sudut quadriceps. Nilai p=0,048 dan nilai korelasi r 0,233 untuk risiko terjadinya penurunan fungsional sendi lutut. Selanjutnya adalah uji kanonikal untuk menganalisis hubungan bersama-sama untuk semua variabel. Pada perhitungan data,diperoleh hasil canonical loading sebesar 0,94898 untuk sudut quadriceps,0,95256 untuk risiko terjadinya penurunan fungsional sendi lutut, dan 1,00000 untuk penggunaan high heels sehingga semua hasil lebih tinggi dari nilai 0,5. Simpulan: Terdapat hubungan antara penggunaan high heels dengan sudut quadriceps dan risiko terjadinya penurunan fungsional sendi lutut pada Sales Promotion Girl di Denpasar. Kata Kunci: high heels, sudut quadriceps, penurunan fungsional sendi lutut
TIGHTNESS OTOT UPPER TRAPEZIUS DENGAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA KANTOR Ni Luh Ratih Rosita Dewi; I Putu Yudi Pramana Putra; I Dewa Ayu Inten Dwi Primayanti; Gede Parta Kinandana
Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia Vol 10 No 2 (2022): Majalah Ilimiah Fisioterapi Indonesia
Publisher : Bachelor of Physiotherapy and Physiotherapy Profession Study Program, Faculty of Medicine, Udayana University in collaboration with Indonesian Physiotherapy Association (IPA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MIFI.2022.v10.i02.p09

Abstract

Pendahuluan: Pekerja kantor merupakan pekerjaan yang banyak menghabiskan waktunya bekerja secara statis dengan satu posisi. Bekerja dengan satu posisi dan duduk yang tidak ergonomis akan menyebabkan terjadinya nyeri pada leher dan salah satu otot yang paling sering mengalami nyeri yaitu otot upper trapezius. Rasa nyeri dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan kemudian menjadi penyebab terjadinya gangguan tidur. Tujuan penelitian ini untuk membuktikan bahwa terdapat hubungan antara tigthness otot upper trapezius dengan kualitas tidur pada pekerja kantor di Denpasar. Metode: Penelitian ini merupakan desain penelitian observasional analitik dengan desain studi cross-sectional. Penelitian ini menggunakan sebanyak 62 sample, dengan teknik pengambilan sampel yaitu consecutive sampling. Pada penelitian ini menggunakan variabel dependen adalah kualitas tidur yang diukur menggunakan kuisioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), variabel independen adalah tightness otot upper trapezius yang diukur menggunakan Neck Disability Indeks (NDI), Goniometer, dan pemeriksaan length otot upper trapezius oleh fisioterapis. Variabel kontrol dalam penelitian ini yaitu pekerja kantor, usia, , Indeks Massa Tubuh (IMT), stress, penggunaan bantal saat tidur, dan lingkungan tempat tidur. Hasil: Teknik analisis data menggunakan analisis bivariat dengan uji Chi-squre. Diperoleh nilai p= 0,030 pada uji chi-square NDI dengan Kualitas Tidur dan nilai p= 0,005 pada uji chi-square Keterbatasan ROM dengan kualitas tidur, dimana nilai p<0,05. Simpulan: Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara Tightness Otot Upper Trapezius dengan Kualitas Tidur pada Pekerja Kantor di Denpasar. Kata Kunci: pekerja kantor, musculoskeletal disorder, kualitas tidur
INTERVENSI MICRO WAVE DIATHERMY DAN SLOW STROKE BACK MASSAGE LEBIH EFEKTIF DIBANDINGKAN DENGAN MICRO WAVE DIATHERMY DAN WILLIAM FLEXION EXERCISE DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL PADA KASUS MYOGENIC LOW BACK PAIN Ni Komang Ayu Juniantari; Gede Parta Kinandana; Putu Ayu Sita Saraswati; I Made Niko Winaya
Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia Vol 6 No 2 (2018): Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia
Publisher : Bachelor of Physiotherapy and Physiotherapy Profession Study Program, Faculty of Medicine, Udayana University in collaboration with Indonesian Physiotherapy Association (IPA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (568.357 KB) | DOI: 10.24843/MIFI.2018.v06.i02.p11

Abstract

ABSTRAK Myogenic low back pain merupakan suatu sindroma nyeri punggung bawah yang disebabkan oleh ketegangan otot-otot di sekitar punggung bawah dan merupakan work related musculoskeletal disorder. Tujuan penelitian ini untukmembuktikan perbedaan efektivitas antara intervensi slow stroke back massage dan William flexion exercise terhadappeningkatan kemampuan fungsional pada penderita myogenic low back pain.. Penelitian ini merupakan penelitianeksperimental dengan pre dan post test control group design. Jumlah sampel sebanyak 36 orang yang dibagi menjadidua kelompok. Kelompok 1 diberikan intervensi slow stroke back massage dan Kelompok 2 diberikan intervensi Williamflexion exercise. Kedua kelompok mendapatkan intervensi microwave diathermy sebagai terapi awal. Pengukurankemampuan fungsional punggung bawah menggunakan MOLDBQ. Uji hipotesis menggunakan paired sample t-testdidapatkan hasil p=0,000 dengan selisih pre dan post 20,12±1,445 pada Kelompok 1, sedangkan pada Kelompok 2didapatkan hasil p=0.000 dengan selisih pre dan post 9.94±0.854. Uji perbandingan dengan independent sample t-testdidapatkan beda selisih p=0,000 (p<0,05). Berdasarkan hasil uji statistik, dapat disimpulkan bahwa intervensi slowstroke back massage lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan fungsional dibandingkan dengan William flexionexercise pada penderita myogenic low back pain. Kata Kunci: myogenic low back pain, slow stroke back massage, William flexion exercise, microwave diathermy,MOLDBQ
THE INTERVENSI ULTRASOUND DAN PERTURBATION TRAINING LEBIH EFEKTIF DIBANDINGKAN DENGAN ULTRASOUND DAN CLOSED KINEMATIC CHAIN EXERCISE TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL PADA PENDERITA OSTEOARTHRITIS GENU GRADE 2 Gede Parta Kinandana; I Putu Sutha Nurmawan; I Nyoman Adiputra
Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia Vol 4 No 1 (2016): Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia
Publisher : Bachelor of Physiotherapy and Physiotherapy Profession Study Program, Faculty of Medicine, Udayana University in collaboration with Indonesian Physiotherapy Association (IPA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (344.909 KB) | DOI: 10.24843/MIFI.2016.v04.i01.p03

Abstract

Osteoarthritis Genu merupakan suatu kondisi degeneratif pada sendi yang menyebabkan penurunan kemampuan fungsional. Tujuan penelitian ini untuk membuktikan perbedaan efektivitas antara intervensi ultrasound dan perturbation training dengan ultrasound dan closed kinematic chain exercise terhadap peningkatan kemampuan fungsional pada penderita osteoarthritis genu grade 2. Pengukuran kemampuan fungsional menggunakan indeks WOMAC. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan pre dan post test control group design. Jumlah sampel sebanyak 22 orang yang dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok 1 diberikan intervensi ultrasound dan perturbation training dan Kelompok 2 diberikan ultrasound dan closed kinematic chain exercise. Uji hipotesis menggunakan paired sample t-test didapatkan hasil p=0,000 dengan beda rerata 21,45±4,132 pada Kelompok 1, sedangkan pada Kelompok 2 didapatkan hasil p=0.000 dengan beda rerata 11,55±1,368. Hasil tersebut menunjukkan adanya peningkatan kemampuan fungsional yang signifikan pada setiap kelompok. Uji perbandingan dengan independent sample t-test didapatkan beda selisih p=0,000 (p<0,05). Berdasarkan hasil uji statistik, dapat disimpulkan bahwa intervensi ultrasound dan perturbation training lebih baik dibandingkan dengan ultrasound dan closed kinematic chain exercise terhadap peningkatan kemampuan fungsional pada penderita osteoarthritis genu grade 2.
A Effectiveness differentiation of additional kinesiotaping on ultrasound and plantar fasciitis exercises in increasing functional foot in plantar pain conditions Ari Wibawa; Ni Luh Nopi Andayani; Gede Parta Kinandana
Bali Anatomy Journal Vol 4 No 2 (2021): Bali Anatomy Journal (BAJ)
Publisher : Department of Anatomy, Medical Faculty, Universitas Udayana, Bali-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36675/baj.v4i2.57

Abstract

Background: Plantar fasciitis is an inflammation of the tissue that extends from the heel to the toes. Plantar fasciitis can cause disability in patients Aim: This study aimed to prove the differentiation of additional kinesiotaping to ultrasound intervention and plantar fasciitis exercise for plantar pain conditions. Methods: The study applied a pre-test and post-test control group design. The block permutation technique randomly selected two groups. The first group consisted of 15 samples who received kinesiotaping intervention, ultrasound, plantar fasciitis exercise. Group II (15 samples) received ultrasound and plantar fasciitis exercise. Disability was measured by the FFI (Foot Function Index) questionnaire. The study was conducted at physiotherapy clinics in Denpasar and Badung Results: Paired t-test was carried out in each group with a p-value <0.05, indicating a decrease in disability between the two groups. The difference test was carried out with the independent t-test (p > 0.05), implying no difference between group I and group II. Conclusion: There is no difference in the effectiveness of adding kinesiotaping to ultrasound intervention and plantar fasciitis exercises in improving foot function.
The Addition Of Bilateral Neurodynamics In Ultrasound Therapy And Manual Traction Intervention In Cervical Radiculopathy Made Hendra Satria Nugraha; Gede Parta Kinandana
Jurnal Keterapian Fisik Jurnal Keterapian Fisik Volume 7 Number 1 Year 2022
Publisher : Poltekkes Kemenkes Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37341/jkf.v0i0.325

Abstract

Background: Cervical radiculopathy is a condition that characterized by pain and/or sensorimotor deficits caused by compression of one or more cervical nerve roots. The aim of this case series is to serve as a preliminary study to determine the effectiveness of adding bilateral neurodynamics to the intervention of ultrasound therapy and manual traction in cervical radiculopathy. Methods: The research writing method used CARE (CAseREport) guidelines, which consisted of: introduction, patient information, clinical findings, timeline, diagnostic assessment, therapeutic intervention, follow-up and outcome, and discussion. The measuring instrument used in this study was the Visual Analogue Scale (VAS) in assessing tension pain when given neurodynamics and neck disabilities using the Indonesian version of the Neck Disability Index (NDI). The intervention was carried out 12 times (3 times a week for 4 weeks) and a follow-up was done at week 5. Results: The results showed that there was an improvement in the score of neck pain and disability in the 2 patients both at post-test and at follow-up. Conclusion: Based on these findings, it can be concluded that the application of additional bilateral neurodynamics in the intervention of ultrasound therapy and manual traction can help reduce pain and improve neck disability.