Aron Meko Mbete
Study Program of Linguistics, School of Graduate Studies, Udayana University

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

THE FUNCTIONING OF IRONIES FOR AESTHETIC EFFECT IN ROALD DAHL’S SHORT STORY THE LANDLADY I Wayan Resen; Nyoman Kutha Ratna; I Nyoman Darma Putra; Aron Meko Mbete
e-Journal of Linguistics Vol. 8. Juli 2014 No.2
Publisher : Doctoral Studies Program of Linguistics of Udayana University Postgraduate Program

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (316.024 KB)

Abstract

Artikel ini membicarakan tentang efek estetis yang dicapai melalui berfungsinya ironi yang hadir secara dominan pada cerita pendek The Landlady karya Roald Dahl. Ironi dalam berbagai tipe dan penggunaannya dalam cerita pendek ini berhasil membangun efek ketegangan yang intens pada pembaca sehingga pembaca menjadi penasaran mengenai apa yang akan terjadi selanjutnya. Ketegangan terjadi karena tatkala pembaca dengan jelas melihat keterancaman Billy Weaver sebagai calon korban pembunuhan oleh nyonya rumahnya, Billy Weaver sendiri yang langsung berhadapan dengan nyonya rumahnya justru tidak menyadari niat buruk di balik keramahtamahan nyonya rumahnya itu. Dengan demikian, Billy Weaver pun tidak mengambil kesimpulan seperti yang diharapkan pembaca tentang niat negatif nyonya rumahnya walaupun sinyal-sinyal keterancamannya sudah semakin berakumulasi dari sikap dan prilaku nyonya rumahnya yang jelas terbaca dari balik sikap manis yang dihadirkan di permukaan. Estetika ironi ini terbangun bukan saja melalui sikap dan prilaku serba ironis nyonya rumah tersebut, tetapi juga melalui kesenjangan kesadaran yang ada antara Billy Weaver dan pembaca. Kondisi ironis ini bersumber pada kehidupan bermuka dua nyonya rumah, yakni prilaku yang seolah-olah sangat baik di permukaan namun sesungguhnya sadistik di balik itu. Ketakterdugaan sikap dan prilaku nyonya rumah ini mengejutkan dan menegangkan pembaca. Sesungguhnya, ketegangan pembaca bertambah intens ketika mendapati Billy Weaver tetap lugu-lugu (‘innocent’) saja di hadapan nyonya rumahnya yang semakin mencengkeramkan muslihatnya. Pada keterkejutan dan ketegangan akibat prilaku serba ironis nyonya rumah ini dan pada ketidaksabaran pembaca terhadap kepolosan Billy Weaver inilah terletak estetika cerita pendek ini.