Ida Ayu Sri Wijayanti
Departemen Neurologi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar, Bali

Published : 17 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

Characteristics of cervical myofascial pain in medical students Samatra, Dewa Putu Gede Purwa; Widyadharma, I Putu Eka; Haditya, Yogi; Suryamulyawan, Kadek Adi; Devi, Gusti Ayu Putu Giti Livia; Lim, Demetria Jesica; Wijayanti, Ida Ayu Sri; Adnyana, I Made Oka; Purwata, Thomas Eko
Bali Journal of Anesthesiology Vol 3, No 2 (2019)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (182.851 KB) | DOI: 10.15562/bjoa.v3i2.188

Abstract

Background: Cervical myofascial pain or neck pain is in the fourth most disease that causes disability after back pain, depression, and other musculoskeletal diseases. Cervical myofascial pain is characterized by pain originating from a trigger point located in the skeletal muscle, commonly referred as myofascial trigger points (MTrPs).Methods: An observational study with a cross-sectional design, conducted on 3 to 9 of December 2018 with research subjects were medical students at Udayana University who undergoing 5th and 6th year in clinical clerkship at Sanglah General Hospital Denpasar. The data was taken using Google Form which was filled in online by the subject and then analyzed using SPSS version 21.Results: From 307 respondents, 62.2% stated experiencing neck pain (196 respondents) with the majority of women 65.4%, the duration of neck pain occurred for <24 hours with the most frequent frequency at least once per month (46.1%), and appeared most often at night (39.8%) and occurs after night shift in 106 subjects (55.5%). The pain was said getting worse by activity in 102 subjects (52.4%) and getting better when resting in 185 subjects (96.9%). Most of the subjects did not use pain relievers to treat neck pain experienced (84.3%). In subjects who use painkillers, Paracetamol is the most often drug of choice to relieve pain (11%). For non-pharmacological treatment, 53.4% of respondents chose to rest or sleep.Conclusion: Most of the respondents who were clerkship reported experiencing neck pain at least once a month and often felt after a night shift. Respondents who reported neck pain were mostly women.
PROPORSI DAN KARAKTERISTIK TENAGA MEDIS YANG MENGALAMI NYERI PUNGGUNG BAWAH DI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS UDAYANA Naomi Valencia Simbolon; Ida Ayu Sri Wijayanti; I Putu Eka Widyadharma
E-Jurnal Medika Udayana Vol 10 No 5 (2021): Vol 10 No 05(2021): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MU.2021.V10.i5.P12

Abstract

ABSTRAK Nyeri punggung bawah merupakan salah satu masalah kesehatan yang sangat umum yang seringkali dikeluhkan oleh tenaga kesehatan. Penelitan yang telah dilakukan selama setahun melaporkan prevalensi nyeri punggung bawah pada tenaga kesehatan di negara Asia 36,8% - 69,7%. Angka prevalensi nyeri punggung bawah pada tenaga medis di Indonesia diperkirakan antara 7,6% sampai 37%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi dan karakteristik Nyeri Punggung Bawah pada tenaga medis yang bekerja di Rumah Sakit Universitas Udayana. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif degan menggunakan metode cross-sectional serta melibatkan 80 responden. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi kasus NPB pada tenaga medis yang bekerja di Rumah Sakit Universtias Udayana adalah 37,3%, dimana kasus tertinggi terjadi pada kelompok umur 25-30 tahun yaitu sebanyak 29,9% dan didominasi oleh jenis kelamin perempuan (19,4%). Kejadian NPB paling banyak dialami oleh tenaga medis yang status gizinya overweight (14,9%), jarang berolahraga (16,4%), beban kerjanya sebesar 10-20 kg (22,4%), dan berdasarkan kategori OWAS bekerja dengan posisi kerja kategori 2 (16,4%) Kata kunci : nyeri punggung bawah, tenaga medis, RS. UNUD
SYSTEMATIC REVIEW : HASIL LUARAN KLINIS TERHADAP TATALAKSANA MENINGITIS TUBERKULOSIS DI ASIA Putu Ardy Hartadi; I Gusti Ngurah Ketut Budiarsa; A. A. A. Meidiary; Ida Ayu Sri Wijayanti
E-Jurnal Medika Udayana Vol 11 No 2 (2022): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MU.2022.v11.i02.p14

Abstract

Pendahuluan: Meningitis Tuberkulosis adalah manifestasi infeksi Mycobacterium tuberculosis yang paling berbahaya dan merupakan keadaan kegawatdaruratan medis. Sebagian besar pasien biasanya akan mengalami defisit neurologis sehingga dengan tatalaksana yang tepat dapat meminimalkan morbiditas dan mortalitas pada pasien dengan Meningitis Tuberkulosis. Adapun tujuan dari systematic review ini adalah untuk mengetahui hasil luaran klinis terhadap tatalaksana Meningitis Tuberkulosis di Asia. Metode: Metode penulisan dalam artikel ini adalah systematic review, dimana literatur yang digunakan adalah studi yang tervalidasi selama bulan Januari 2015 sampai Oktober 2020, pencarian literatur dalam systematic review ini menggunakan tiga database yaitu Pubmed, Science Direct, dan ProQuest. Pencarian artikel atau jurnal menggunakan kata kunci: “Tuberculous Meningitis” and “Treatment” and “Clinical Outcome”. Sebanyak 1.143 artikel yang sesuai selanjutnya dilakukan eksklusi dari judul, abstrak, populasi, intervensi, dan outcome, sehingga diperoleh 12 artikel studi yang memenuhi kriteria. Selanjutnya dilakukan penilaian kualitas metodologi dari setiap artikel menggunakan The Joanna Briggs Institute (JBI) Critical Appraisal. Hasil: Penatalaksanaan dari Meningitis Tuberkulosis harus mencakup pendekatan secara holistik yang menghubungkan pemberian regimen terapi pada fase intensif, fase lanjutan, dan pemberian kortikosteroid. Studi berbasis bukti menunjukkan bahwa pemberian regimen HRZE/S minimal selama 6 bulan dilaporkan efektif sebagai terapi Meningitis Tuberkulosis. Pasien remaja dan dewasa dengan Meningitis Tuberkulosis memiliki prognosis atau hasil luaran klinis yang buruk. Selain itu, hasil pengumpulan data dari beberapa studi menunjukkan bahwa hasil pengobatan berhubungan dengan nilai BMRC dan koinfeksi HIV. Kesimpulan: Berdasarkan dari studi ini bahwa jenis pemberian terapi anti tuberkulosis menunjukkan penurunan angka mortalitas minimal selama 6 bulan. Kata kunci: Meningitis Tuberkulosis, Tatalaksana, Hasil Luaran Klinis.
Peranan metode feldenkrais sebagai alternatif penatalaksanaan nyeri kronis Ida Ayu Sri Wijayanti
E-Jurnal Medika Udayana Vol 7 No 4 (2018): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (156.363 KB)

Abstract

Chronic pain is a multidimensional problem and conditions are common in society, complex and challenging. It is important to understand the biological, social, physical and psychological context to provide an effective management. The management of chronic pain focuses on the rehabilitation program and the quality of life of the sufferers, because chronic pain usually associated with anxiety, depression and psychosocial disorders that accompany persistent physical pain. The alternative therapy in the management of chronic pain is the Feldenkrais method. The Feldenkrais method is an integrated approach technique to provide learning and enhancement of functionality to individuals based on their abilities over the life span and aims to improve human ability to regulate their own behavior. This method includes simple motion exercises and awareness training through movement patterns as well as thinking, sensing, which can improve mentally positive and help reduce chronic pain complaints. Keyword: Feldenkrais Method, Chronic pain, Alternative Medicine
HUBUNGAN TERAPI OBAT ANTIEPILEPSI TERHADAP FUNGSI KOGNITIF PADA PASIEN EPILEPSI ANAK DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH PERIODE MARET 2016-NOVEMBER 2016 Nanda Putri Chintia; Ida Ayu Sri Wijayanti; Dewi Sutriani Mahalini
E-Jurnal Medika Udayana Vol 9 No 7 (2020): Vol 9 No 07(2020): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MU.2020.V09.i7.P13

Abstract

ABSTRAK Epilepsi merupakan penyakit kronis dengan angka insiden yang tinggi pada anak-anak.Epilepsi merupakan masalah kesehatan dan sosial, dimana masalah kesehatan ini dapatberdampak pada gangguan kognitif. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan obatantiepilepsi terhadap fungsi kognitif pada pasien epilepsi anak di Rumah Sakit Umum PusatSanglah Denpasar.Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik potong lintang.Selama 9 bulan periode penelitian, didapatkan 69 sampel yang masuk dalam kriteria inklusi..Data penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel. Dari data penelitian ini didapatkan hasilberupa proporsi pasien yang mendapatkan terapi obat antiepilepsi dengan satu macam obatantiepilepsi (monoterapi) yaitu 85,5%, dan 14,5% pasien mendapatkan terapi obatantiepilepsi dengan dua macam obat antiepilepsi (politerapi). Proporsi pasien yang sudahmendapatkan terapi obat antiepilepsi kurang dari dua tahun yaitu 84,1% dan sebanyak 15,9%sudah mendapatkan terapi obat antiepilepsi lebih dari sama atau sama dengan dua tahun.Didapatkan juga proporsi fungsi kognitif kategori average (60,9%) yang lebih tinggidibanding kategori below average (21,7%) dan above average (17,4%). Terdapat hubunganyang signifikan antara jumlah macam obat antiepilepsi dengan fungsi kognitif (p=0,000).Terhadap lama pengobatan obat antiepilepsi didapatkan hubungan yang signifikan terhadapfungsi kognitif (p=0,000). Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan darijumlah macam obat antiepilepsi dan lama pengobatan terhadap fungsi kognitif.Kata kunci: epilepsi anak, obat antiepilepsi, fungsi kognitif ABSTRACTEpilepsy is a chronic disease with high incidence rates in children. Epilepsy is a health and social problems, those health problems can have an impact on cognitive function. Thepurpose of this study to determine the relationship of antiepileptic drugs on cognition inchildren patients with epilepsy at the General Hospital Sanglah. The purpose of this studywas to determine the association of antiepileptic drugs on cognition in children with epilepsypatients at the General Hospital Center Sanglah. This study used an analytical cross-sectionalstudy design. During 9 months of the study period, obtained 69 samples which are includedin inclusion criteria. The research data were then presented in tabular form. From the studydata, obtained the proportion of patients who have received antiepileptic drug therapy with asingle antiepileptic drug (monotherapy) is 85.5%, and 14.5% patients received antiepilepticdrug therapy with two kinds of antiepileptic drugs (polytherapy). The proportion of patientswho have received an antiepileptic drug therapy less than two years is 84.1% and 15.9% havereceived an antiepileptic drug therapy more or equal to two years. Also obtained the proportion of average category of cognitive function (60.9%) higher than the below average(21.7%) and above average (17.4%). There is a significant association of the number ofantiepileptic drugs with cognitive function (p = 0.000). For the duration of antiepileptic drugtherapy is found a significant association to cognitive function (p = 0.000). It can beconcluded that there is a significant association of the number of antiepileptic drugs andduration of treatment on cognitive function. Keywords: epilepsy, children, antiepilepsy drug, cognitive function
PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR DAN KUALITAS HIDUP MAHASISWA PSSKPD FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA DENGAN DAN TANPA NYERI KEPALA TIPE TEGANG EPISODIK Okky Yani Setiawan; I Putu Eka Widyadharma; Ida Ayu Sri Wijayanti; Ketut Widyastuti
E-Jurnal Medika Udayana Vol 11 No 1 (2022): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MU.2022.v11.i01.p06

Abstract

Prestasi belajar adalah suatu penguasaan atau keterampilan dan dikembangkan oleh mata pelajaran, biasanya dilihat dalam hasil tes atau nilai. Selain itu, terdapat faktor internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap prestasi belajar seorang mahasiswa. Seorang mahasiswa tentunya tidak terlepas dari permasalahan yang terjadi dalam kehidupan. Permasalahan tersebut juga memiliki dampak pada kualitas hidup. Seseorang yang memiliki pandangan psikologis, kesejahteraan emosional, kesehatan fisik, dan kesehatan mental yang baik, dikatakan memiliki kualitas hidup yang positif. Terjadinya penurunan prestasi belajar dan gangguan kualitas hidup mahasiswa disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya gangguan kesehatan fisik seperti nyeri kepala. Nyeri kepala merupakan keluhan yang umum terjadi pada hampir semua orang. Ada tiga kategori utama nyeri kepala, salah satunya nyeri kepala primer, dengan salah satu klasifikasinya yaitu nyeri kepala tipe tegang yang memiliki prevalensi tertinggi. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan prestasi belajar dan kualitas hidup dengan kejadian nyeri kepala tipe tegang episodik infrekuen di kalangan mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Penelitian dilakukan dengan metode analitik menggunakan studi potong lintang. Data diperoleh menggunakan kuesioner nyeri kepala, prestasi belajar, dan SF-36, dibagikan secara daring dengan 100 responden. Data dianalisis menggunakan IBM SPSS Statistics 25. Berdasarkan analisis, didapatkan hasil p>0,05, yang tidak signifikan pada prestasi belajar dan p<0,05, yang signifikan pada kualitas hidup dengan kejadian nyeri kepala. Disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan rerata yang bermakna pada prestasi belajar namun signifikan pada kualitas hidup terhadap kejadian ada atau tidaknya nyeri kepala tipe tegang episodik infrekuen pada mahasiswa.
KARAKTERISTIK KLINIS PASIEN EPILEPSI DI POLIKLINIK SARAF RSUP SANGLAH PERIODE JANUARI – DESEMBER 2016 Izzati Shoba Maryam; Ida Ayu Sri Wijayanti; Kumara Tini
Callosum Neurology Vol 1 No 3 (2018): Callosum Neurology Journal
Publisher : The Indonesia Neurological Association Branch of Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (332.632 KB) | DOI: 10.29342/cnj.v1i3.29

Abstract

Latar Belakang: Jumlah kasus epilepsi di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 8,2 per 1.000 penduduk dan insiden 50 per 100.000 penduduk. Data demografi dapat digunakan sebagai pertimbangan klinisi dalam mendiagnosis serta menentukkan penanganan lanjutan yang tepat. Tujuan: Mengetahui karakteristik klinis pasien epilepsi di Poliklinik Saraf Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah periode bulan Januari hingga Desember 2016. Metode Penelitian: Penelitian deskriptif observasional menggunakan data rekam medis pasien epilepsi yang berobat di Poliklinik Saraf RSUP Sanglah bulan Januari hingga Desember 2016. Hasil: 70 pasien epilepsi memiliki rerata usia 35 tahun dengan laki-laki sebanyak 55,7%. Rerata usia awitan bangkitan 29 tahun. Jenis bangkitan terbanyak adalah bangkitan umum dan mayoritas etiologinya simtomatik. 77,1% pasien menggunakan monoterapi dan 72,9% berobat kurang dari dua tahun. Fenitoin merupakan OAE utama dalam monoterapi maupun sebagai kombinasi dengan OAE yang lain. Simpulan: Kasus epilepsi didominasi oleh pasien laki-laki dengan rerata usia 35 tahun. Awitan bangkitan ditemukan pada dekade kedua. Bangkitan umum merupakan gejala paling banyak ditemukan dengan fenitoin sebagai OAE utama. Kata Kunci: Karakteristik, Epilepsi, Obat Anti Epilepsi
TATA LAKSANA PEMERIKSAAN NEUROLOGIS VIRTUAL DI ERA PANDEMI CORONA VIRUS DISEASE 2019 Ni Made Susilawathi; Kumara Tini; Ida Ayu Sri Wijayanti; Putu Lohita Rahmawati; Putu Gede Sudira; Dewa Putu Wisnu Wardhana; Dewa Putu Gde Purwa Samatra
Callosum Neurology Vol 3 No 3 (2020): Callosum Neurology Journal
Publisher : The Indonesia Neurological Association Branch of Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29342/cnj.v3i3.119

Abstract

Latar Belakang: Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dengan penularannya yang sangat cepat di seluruh dunia berdampak terhadap perubahan pelayanan kesehatan di bidang neurologi sebagai upaya mendukung program pengendalian penyakit ini. Tujuan: Merumuskan rekomendasi panduan pemeriksaan neurologis untuk pelayanan teleneurologi.   Diskusi: Penyesuaian dalam pelaksanaan pelayanan neurologi perlu segera dilakukan dengan mengadopsi metode pelayanan dengan telemedicine terutama dalam tata cara pemeriksaan pasien dengan pembatasan fisik dan sosial sebagai salah satu langkah pencegahan infeksi SARS-CoV-2. Simpulan: Layanan teleneurologi perlu dikembangkan dalam pelayanan neurologi termasuk pengembangan prosedur pemeriksaan neurologis secara virtual. Kata kunci: COVID-19, Pemeriksaan Neurologi, Pemeriksaan Virtual, Pembatasan Fisik
MANIFESTASI NYERI KEPALA PADA PASIEN COVID-19 Adrean Hartanto Halim; Ida Ayu Sri Wijayanti
Callosum Neurology Vol 4 No 1 (2021): Callosum Neurology Journal
Publisher : The Indonesia Neurological Association Branch of Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29342/cnj.v4i1.122

Abstract

Latar Belakang: Nyeri kepala adalah salah satu gejala yang dapat timbul pada Pasien COVID-19. Tujuan: Membahas nyeri kepala sebagai gejala infeksi COVID-19. Diskusi: Gejala ini dapat muncul selama pasien terinfeksi virus dan disertai dengan gejala khas COVID-19 lainnya seperti demam, batuk kering, sesak napas, sakit tenggorokan, dan nyeri otot. Peran infeksi COVID-19 dan reseptor enzim Angiotensin-Converting 2 (ACE2) di dalam sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer sangat berhubungan pada munculnya manifestasi nyeri kepala karena terjadinya efek badai sitokin. Beberapa pasien dengan stroke iskemik, migrain, dan ensefalitis mengeluhkan nyeri kepala. Simpulan: Nyeri kepala dengan berbagai intensitas dan lokasi merupakan kondisi yang harus diwaspadai karena merupakan salah satu indicator keterlibatan sistem saraf dalam perjalanan penyakit COVID-19. Kata Kunci: COVID-19, Nyeri kepala, Reseptor ACE2
The correlation of anxiety disorders and tension-type headache among medical students of Udayana University Christine Kathy Putri Sari; Sri Yenni Trisnawati GS; Ida Ayu Sri Wijayanti; AA Bagus Ngurah Nuartha
Intisari Sains Medis Vol. 10 No. 2 (2019): (Available online: 1 August 2019)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (215.678 KB) | DOI: 10.15562/ism.v10i2.407

Abstract

Introduction: a Tension-type headache (TTH) is a headache that is commonly happened in almost two-thirds of the world population, especially in medical students. Psychosocial factors, such as anxiety, is often contributed to the incidence of a tension-type headache.Method: The research was using a cross sectional design study to prove the correlation of anxiety disorders and TTH in medical students. Samples were collected by a consecutive method from medical students on second semester, fourth semester, and sixth semesters of Udayana University study year 2017/2018. TTH was diagnosed based on Konsensus Nasional IV PERDOSSI 2013 and anxiety was scored by Hamilton Rating Scale for Anxiety (HARS). Lambda test was used to prove the correlation between anxiety disorders and TTH.Result: There were 300 subjects with dominant age was between 19-20 years old (60.7%) and mostly woman (56.7%). The proportion of TTH was 85.3% while anxiety disorders were 66.7%. The incidence of TTH was found more commonly happened in a subject with anxiety disorders (94.5%) and statistically significant (p=0.001) with weak correlation (r=0.153).Conclusion: These data show a correlation of anxiety disorders and TTH with weak correlation.