ABSTRAKPemupukan merupakan suatu tindakan yang harus dilakukan dalam budidaya kapas karena kondisi lahan yang diperuntukkan tanaman kapas biasanya tidak subur bahkan cenderung marginal. Konsep pemupukan berimbang yang dipopulerkan tahun 1987 merupakan  upaya  untuk  menentukan  kebutuhan pupuk dengan tepat. Pendekatan tersebut sebenarnya baik, tetapi dengan berjalannya waktu, konsep tersebut banyak  disalahartikan  menjadi  pemupukan  yang lengkap jenisnya dengan jumlah tertentu sehingga dalam prakteknya sering berlebihan unsur tertentu dan ada unsur lain yang tidak dipenuhi. Upaya untuk menentukan   pemupukan   yang   tepat   agar produktivitas tanaman tetap optimal dan pemborosan pupuk  dapat  dihindari,  diperkenalkan  konsep pemupukan  rasional.  Pemupukan  rasional  adalah memberikan  jenis  hara  yang  kurang  melalui pemupukan dalam dosis yang   sesuai   dengan kebutuhan tanaman dan sesuai dengan kemampuan tanah  menyediakan  unsur  hara  bagi  tanaman. Rekomendasi  pemupukan  kapas  pada  awalnya didekati melalui percobaan-percobaan pemupukan lapang di lokasi pengembangan kapas yang hasilnya bersifat sangat spesifik sehingga kurang tepat untuk diekstrapolasikan. Dengan selalu berpindah-pindahnya lokasi pengembangan kapas maka metode tersebut menjadi kurang relevan. Status hara tanah yang  diperoleh  dari  hasil  analisis  tanah,  dapat menggambarkan tingkat kemampuan tanah menyediakan hara sehingga dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan kebutuhan pupuk tanaman kapas yang rasional. Pemupukan rasional pada kapas adalah untuk Nitrogen berdasarkan kadar N-NO3tanah  dengan   batas  kritis20-25 ppm, untuk pemupukan P berdasarkan P tersedia dalam tanah (P-Olsen) dengan batas kritis 20 ppm P, sedangkan untuk pemupukan K berdasarkan pada K tersedia dalam tanah (K-dd) dengan batas kritis 150 ppm K. Pupuk kandang, bokashi dan limbah pabrik (sipramin) dapat digunakan sebagai pupuk organik alternatif pada tanaman kapas dan dapat meningkatkan kesuburan tanah.Kata Kunci: Kapas, Gossypium hirsutum, pemupukan, analisis tanah, pupuk anorganik, pupuk organik ABSTRACT Rational fertilization to increase Cotton productivityAs cotton is mainly grown on marginal land or less fertile soil, farmers need to apply fertilizer. Balanced fertilization  principle  was  initiated  in 1987  and adopted as a method to determine the dosage of fertilization. In fact, this methode tends to exessive use in a certain element and less for others. Rational use in fertilizer is needed to avoid the exessive use of fertilizer. This principle implies that it is necessary to supply nutrient based on crop nutrient requirement and soil’s ability to supply nutrients. Recommendation on  fertilization  is  determined  through  several experiments on different sites which is difficult to be extrapolated to other sites. This recommendation is no longer used as cotton areas did not concentrate in a certaint part for a long period of time. Nutrient condition in the soil indicates the status of soil fertility that  can  be  used  for  determination  of  nutrien requirement. Rational use in Nitrogen for cotton is determined based on Soil N-NO3 with critical level 20-25 ppm, critical level for soil phosphorus is ppm P; and critical level for soil potassium 150 is   K.   The application of farm manure, bokashi, and sugar industry waste could increase soil fertility and cotton production.Key Words: Cotton, Gossypium hirsutum, fertilization, soil analysis, unorganic fertilizer, organicfertilizer.