Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

MENGINTIP KONDISI CUACA PENYEBAB BANJIR BESAR DI DKI JAKARTA TANGGAL 25 OKTOBER 2010 Karmini, Mimin; Renggono, Findy
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 12, No 2 (2011): December 2011
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2560.688 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v12i2.2189

Abstract

DKI Jakarta dikejutkan dengan hujan deras pada jam 16:00 WIB. Genangan airlangsung terjadi akibat derasnya hujan. Hujan berlangsung sampai sekitar jam 20:00WIB. Dari data AWS di Jatiwaringin, curah hujan tertinggi sebesar 230 mm tercatatpada jam 16:00 WIB. Curah hujan sampai jam 19:00 WIB tercatat sebesar 650.60 mmatau intensitas 216.87 mm/jam untuk periode jam 16:00 s.d. 19:00 WIB. Beberapaindeks stabilitas, yang dihitung dari data rawinsonde jam 07:00 WIB, menunjukanpotensi terjadinya aktivitas konvektif yang bisa menghasilkan hujan deras. Beberapaindeks stabilitas yang menunjukan potensi terjadinya proses konvektif kuat adalah: LI(Lifted Index) = - 06; SI (Showalter Index) = - 0.7; K Index = 36.7; TT (Total Totals) =43.9. Kejadian hujan paling deras di kawasan barat DKI Jakarta sampai Tangerang.Genangan air hampir merata di DKI Jakarta dan Tangerang dengan ketinggian yangbervariasi antara 20 cm – 100 cm.Jakarta was struck by torrential rain at 16:00 pm. Standing water caused by heavy rainoccured immediately. The rain lasted until around 20:00 pm. From the AWS measurement at Jatiwaringin, highest rainfall of 230 mm was recorded at 16:00 pm. Rainfall amount until 19:00 pm was recorded of about 650.60 mm, in other words rainfall intensity was about 216.87 mm/hour for the period of 16:00 – 19:00 pm. Some stability indices, which is calculated from rawinsonde at 07:00 am showed the potential for convective activity which could produce heavy rain. Some stability indices that show strong potential for convective process are: LI (Lifted Index) = - 06; SI (Showalter Index) = - 0.7; K Index = 36.7; TT (Total Totals) = 43.9. The heaviest rainfall occured in the western region of Jakarta until Tangerang. Stagnant water is almost evenly in Jakarta and Tangerang with varying heights between 20 cm - 100 cm.
HUJAN ES (HAIL) DI JAKARTA, 20 APRIL 2000 Karmini, Mimin
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 1, No 1 (2000): June 2000
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (463.408 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v1i1.2102

Abstract

Hujan es sudah terjadi beberapa kali di Jakarta. Hujan es terjadi lagi di Jakarta Pusat(sekitar Jl. Thamrin) pada tanggal 20 April 2000 pukul 15:15 wib. Kejadian ini seperti taklazim terjadi di Jakarta mengingat Jakarta terletak di wilayah equator. Selain itu, hail sangat jarang terjadi meskipun kilat (badai guntur) sering terjadi di Indonesia. Tulisan iniakan menjelaskan mekanisme terbentuknya hujan es (hail) dalam awan badai, bagaimana hujan es dapat terjadi di Jakarta, dan analisa kondisi cuaca yang mendukung terjadinya hujan es di Jakarta pada tanggal 20 April 2000.Hail has occurred several times in Jakarta. Hail taken place again in Central Jakarta (Jl.Thamrin and vicinity) on 20 April 2000 at 15:15 Western Indonesia Standard Time. It seems unusual event that hail occurs in Jakarta considering that Jakarta is located within equatorial belt. Moreover, hail is hardly to come about even lightnings (thunderstorms)are frequently to occur in Indonesia. This paper will describe the mechanism of hail formation within cloud, how hail could occur in Jakarta, and weather condition analysis that supports hail incidence in Jakarta on 20 April 2000.
APLIKASI TEKNOLOGI MODIFIKASI CUACA UNTUK MENINGKATKAN CURAH HUJAN DI DAS CITARUM - JAWA BARAT 12 MARET S.D. 10 APRIL 2001 Karmini, Mimin; Nugroho, Sutopo Purwo; Tikno, Sunu; Nuryanto, Satyo; Sitorus, Baginda Patar; Bahri, Samsul; Widodo, Florentinus Heru; Arifian, Jon; Kudsy, Mahally; Goenawan, R Djoko; Yahya, Rino Bahtiar; Renggono, Findy
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 2, No 1 (2001): June 2001
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (183.864 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v2i1.2141

Abstract

Teknologi modifikasi cuaca sudah sering diaplikasikan di Indonesia terutama untukmeningkatkan jumlah curah hujan. Teknologi modifikasi cuaca diterapkan bila terjadiindikasi penurunan jumlah curah hujan dan kemungkinan akan munculnya fenomena ElNiño sebagai tindakan preventif. Aplikasi teknologi modifikasi cuaca yang dilaksanakan diDAS Citarum, Jawa Barat mulai tanggal 12 Maret s.d. 10 April 2001 adalah berdasarkan kenyataan bahwa inflow DAS Citarum menurun dengan drastis pada bulan Desember 2000 dan sebagai tindakan preventif akan munculnya fenomena El Niño pada akhir tahun 2001 atau 2002. Pada awal tahun 2001, tiga kaskade waduk di DAS Citarum mengalami defisit cadangan air sebanyak 486,36 juta m . Waduk Ir. Juanda yang merupakan waduk multi fungsi harus menyediakan pasokan air untuk: irigasi teknis pada lahan sawah seluas 296.000 ha (2 kali tanam), yang memberikan kontribusi sebesar ± 40 % ke Jabar atau setara dengan ± 10 % Nasional; air baku permukiman dan industri; serta penyediaan tenaga listrik (± 4,5 milyar kWh). Data akhir setelah dilaksanakan penerapan teknologi modifikasi cuaca dengan menggunakan konsep sistim dan lingkungan adalah nilai rata-rata aliran total Citarum sebesar 326,81 m /det dan volume total aliran Citarum sejak mulai kegiatan hingga tanggal 10 April 2001 adalah sebesar 847,1 juta m3.Weather modification technology has been applied in Indonesia especially to enhancerainfall. Weather modification technology has been employed whenever there has beenan indication of rainfall shortage and the possibility of El Niño occurrence asprecautionary action. Weather modification technology that was applied in Citarumcatchment area – West Java on 12 March – 10 April 2001 was based on the fact thatCitarum inflow decreased drastically in December 2000 and also as a preventiveendeavor to the possibility of warm episode in 2001/2002. In the early of 2001, threecascade dams had water storage deficit as much as 486.36 million m3. Ir. Juanda dam,which has multi purposes, has to supply water for: technical irrigation for 296,000 ha ofrice field (2 planting seasons) that contributes ± 40 % to West Java or about ± 10 % ofnational production; fresh water for community and industry; as well as electricity of about 4.5 billion kWh. After the application of weather modification technology by employing system and environment concept, it was recorded that the average inflow of Citarum catchment area was 326.81 m /sec and total volume during the activity was 847.1million m3.
LIGHTNINGS & THUNDERS HIT SOROAKO ON 27 APRIL 2000 Karmini, Mimin
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 1, No 1 (2000): June 2000
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (993.195 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v1i1.2104

Abstract

Soroako is a small town in South Sulawesi closed to lake Matano. Based on its rainfallhystorical data, April has the highest rainfall amount in Soroako and the vicinity. Rainoccurs mostly during night hours in April. Lightnings and thunders hit Soroako & thevicinity and struck the telephone lines in the INCO’s dormitory on 27 April 2000. Even itwas not the highest rainfall event, let’s take a look closely the weather condition based on several data on the day. The clouds developed rapidly at late afternoon and produced an intense thunders and lightnings at early evening. The rain itself was not too hard and the rainfall amount was only 28.3 mm (the average of the area). This paper will discuss the weather condition in Soroako and the vicinity on 27 April 2000.Soroako merupakan kota kecil di Sulawesi Selatan berdekatan dengan danau Matano.Berdasarkan data curah hujan historis, bulan April mermpunyai nilai curah hujan tertinggi di wilayah Soroako dan sekitarnya. Hujan kebanyakan terjadi pada malam hari di bulan April. Kilat dan guntur menerjang Soroako dan sekitarnya dan mampu merusak saluran telepon di Dormitory milik PT. INCO pada tanggal 27 April 2000. Meskipun hujan yang terjadi pada tanggal 27 April bukan yang paling deras, marilah kita pelajari kondisi cuaca berdasarkan beberapa data pada hari itu. Awan-awan berkembang sangat cepat pada sore hari dan menimbulkan kilat dan guntur yang bertubi-tubi pada petang hari. Hujannya sendiri tidak terlalu deras dan tercatat hanya sebesar 28,3 mm (merupakan rata-rata wilayah). Tulisan ini akan membahas kondisi cuaca di Soroako dan sekitarnya khususnya pada tanggal 27 April 2000.
LIGHTNINGS & THUNDERS HIT SOROAKO ON 27 APRIL 2000 Karmini, Mimin
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 1, No 1 (2000): June 2000
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (993.195 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v1i1.2104

Abstract

Soroako is a small town in South Sulawesi closed to lake Matano. Based on its rainfallhystorical data, April has the highest rainfall amount in Soroako and the vicinity. Rainoccurs mostly during night hours in April. Lightnings and thunders hit Soroako thevicinity and struck the telephone lines in the INCO?s dormitory on 27 April 2000. Even itwas not the highest rainfall event, let?s take a look closely the weather condition based on several data on the day. The clouds developed rapidly at late afternoon and produced an intense thunders and lightnings at early evening. The rain itself was not too hard and the rainfall amount was only 28.3 mm (the average of the area). This paper will discuss the weather condition in Soroako and the vicinity on 27 April 2000.Soroako merupakan kota kecil di Sulawesi Selatan berdekatan dengan danau Matano.Berdasarkan data curah hujan historis, bulan April mermpunyai nilai curah hujan tertinggi di wilayah Soroako dan sekitarnya. Hujan kebanyakan terjadi pada malam hari di bulan April. Kilat dan guntur menerjang Soroako dan sekitarnya dan mampu merusak saluran telepon di Dormitory milik PT. INCO pada tanggal 27 April 2000. Meskipun hujan yang terjadi pada tanggal 27 April bukan yang paling deras, marilah kita pelajari kondisi cuaca berdasarkan beberapa data pada hari itu. Awan-awan berkembang sangat cepat pada sore hari dan menimbulkan kilat dan guntur yang bertubi-tubi pada petang hari. Hujannya sendiri tidak terlalu deras dan tercatat hanya sebesar 28,3 mm (merupakan rata-rata wilayah). Tulisan ini akan membahas kondisi cuaca di Soroako dan sekitarnya khususnya pada tanggal 27 April 2000.
MENGINTIP KONDISI CUACA PENYEBAB BANJIR BESAR DI DKI JAKARTA TANGGAL 25 OKTOBER 2010 Karmini, Mimin; Renggono, Findy
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 12, No 2 (2011): December 2011
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2560.688 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v12i2.2189

Abstract

DKI Jakarta dikejutkan dengan hujan deras pada jam 16:00 WIB. Genangan airlangsung terjadi akibat derasnya hujan. Hujan berlangsung sampai sekitar jam 20:00WIB. Dari data AWS di Jatiwaringin, curah hujan tertinggi sebesar 230 mm tercatatpada jam 16:00 WIB. Curah hujan sampai jam 19:00 WIB tercatat sebesar 650.60 mmatau intensitas 216.87 mm/jam untuk periode jam 16:00 s.d. 19:00 WIB. Beberapaindeks stabilitas, yang dihitung dari data rawinsonde jam 07:00 WIB, menunjukanpotensi terjadinya aktivitas konvektif yang bisa menghasilkan hujan deras. Beberapaindeks stabilitas yang menunjukan potensi terjadinya proses konvektif kuat adalah: LI(Lifted Index) = - 06; SI (Showalter Index) = - 0.7; K Index = 36.7; TT (Total Totals) =43.9. Kejadian hujan paling deras di kawasan barat DKI Jakarta sampai Tangerang.Genangan air hampir merata di DKI Jakarta dan Tangerang dengan ketinggian yangbervariasi antara 20 cm ? 100 cm.Jakarta was struck by torrential rain at 16:00 pm. Standing water caused by heavy rainoccured immediately. The rain lasted until around 20:00 pm. From the AWS measurement at Jatiwaringin, highest rainfall of 230 mm was recorded at 16:00 pm. Rainfall amount until 19:00 pm was recorded of about 650.60 mm, in other words rainfall intensity was about 216.87 mm/hour for the period of 16:00 ? 19:00 pm. Some stability indices, which is calculated from rawinsonde at 07:00 am showed the potential for convective activity which could produce heavy rain. Some stability indices that show strong potential for convective process are: LI (Lifted Index) = - 06; SI (Showalter Index) = - 0.7; K Index = 36.7; TT (Total Totals) = 43.9. The heaviest rainfall occured in the western region of Jakarta until Tangerang. Stagnant water is almost evenly in Jakarta and Tangerang with varying heights between 20 cm - 100 cm.
HUJAN ES (HAIL) DI JAKARTA, 20 APRIL 2000 Karmini, Mimin
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 1, No 1 (2000): June 2000
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (463.408 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v1i1.2102

Abstract

Hujan es sudah terjadi beberapa kali di Jakarta. Hujan es terjadi lagi di Jakarta Pusat(sekitar Jl. Thamrin) pada tanggal 20 April 2000 pukul 15:15 wib. Kejadian ini seperti taklazim terjadi di Jakarta mengingat Jakarta terletak di wilayah equator. Selain itu, hail sangat jarang terjadi meskipun kilat (badai guntur) sering terjadi di Indonesia. Tulisan iniakan menjelaskan mekanisme terbentuknya hujan es (hail) dalam awan badai, bagaimana hujan es dapat terjadi di Jakarta, dan analisa kondisi cuaca yang mendukung terjadinya hujan es di Jakarta pada tanggal 20 April 2000.Hail has occurred several times in Jakarta. Hail taken place again in Central Jakarta (Jl.Thamrin and vicinity) on 20 April 2000 at 15:15 Western Indonesia Standard Time. It seems unusual event that hail occurs in Jakarta considering that Jakarta is located within equatorial belt. Moreover, hail is hardly to come about even lightnings (thunderstorms)are frequently to occur in Indonesia. This paper will describe the mechanism of hail formation within cloud, how hail could occur in Jakarta, and weather condition analysis that supports hail incidence in Jakarta on 20 April 2000.
APLIKASI TEKNOLOGI MODIFIKASI CUACA UNTUK MENINGKATKAN CURAH HUJAN DI DAS CITARUM - JAWA BARAT 12 MARET S.D. 10 APRIL 2001 Arifian, Jon; Kudsy, Mahally; Goenawan, R Djoko; Yahya, Rino Bahtiar; Renggono, Findy; Karmini, Mimin; Nugroho, Sutopo Purwo; Tikno, Sunu; Nuryanto, Satyo; Sitorus, Baginda Patar; Bahri, Samsul; Widodo, Florentinus Heru
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 2, No 1 (2001): June 2001
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (183.864 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v2i1.2141

Abstract

Teknologi modifikasi cuaca sudah sering diaplikasikan di Indonesia terutama untukmeningkatkan jumlah curah hujan. Teknologi modifikasi cuaca diterapkan bila terjadiindikasi penurunan jumlah curah hujan dan kemungkinan akan munculnya fenomena ElNiño sebagai tindakan preventif. Aplikasi teknologi modifikasi cuaca yang dilaksanakan diDAS Citarum, Jawa Barat mulai tanggal 12 Maret s.d. 10 April 2001 adalah berdasarkan kenyataan bahwa inflow DAS Citarum menurun dengan drastis pada bulan Desember 2000 dan sebagai tindakan preventif akan munculnya fenomena El Niño pada akhir tahun 2001 atau 2002. Pada awal tahun 2001, tiga kaskade waduk di DAS Citarum mengalami defisit cadangan air sebanyak 486,36 juta m . Waduk Ir. Juanda yang merupakan waduk multi fungsi harus menyediakan pasokan air untuk: irigasi teknis pada lahan sawah seluas 296.000 ha (2 kali tanam), yang memberikan kontribusi sebesar ± 40 % ke Jabar atau setara dengan ± 10 % Nasional; air baku permukiman dan industri; serta penyediaan tenaga listrik (± 4,5 milyar kWh). Data akhir setelah dilaksanakan penerapan teknologi modifikasi cuaca dengan menggunakan konsep sistim dan lingkungan adalah nilai rata-rata aliran total Citarum sebesar 326,81 m /det dan volume total aliran Citarum sejak mulai kegiatan hingga tanggal 10 April 2001 adalah sebesar 847,1 juta m3.Weather modification technology has been applied in Indonesia especially to enhancerainfall. Weather modification technology has been employed whenever there has beenan indication of rainfall shortage and the possibility of El Niño occurrence asprecautionary action. Weather modification technology that was applied in Citarumcatchment area ? West Java on 12 March ? 10 April 2001 was based on the fact thatCitarum inflow decreased drastically in December 2000 and also as a preventiveendeavor to the possibility of warm episode in 2001/2002. In the early of 2001, threecascade dams had water storage deficit as much as 486.36 million m3. Ir. Juanda dam,which has multi purposes, has to supply water for: technical irrigation for 296,000 ha ofrice field (2 planting seasons) that contributes ± 40 % to West Java or about ± 10 % ofnational production; fresh water for community and industry; as well as electricity of about 4.5 billion kWh. After the application of weather modification technology by employing system and environment concept, it was recorded that the average inflow of Citarum catchment area was 326.81 m /sec and total volume during the activity was 847.1million m3.
Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Kepala Keluarga tentang Pengelolaan Sampah Melalui Pemberdayaan Keluarga di Kelurahan Tamansari Kota Bandung Ruhmawati, Tati; Karmini, Mimin; P., Dwi Tjahjani
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol 16, No 1 (2017): April 2017
Publisher : Master Program of Environmental Health, Faculty of Public Health, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkli.16.1.1-7

Abstract

Judul: Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Kepala Keluarga tentang Pengelolaan Sampah Melalui Pemberdayaan Keluarga di Kelurahan Tamansari Kota BandungLatar belakang: Sungai Cikapundung merupakan tempat dimana masyarakat banyak membuang sampah ke dalamnya. Pemberdayaan keluarga merupakan alternatif model yang diharapkan merubah pengetahuan dan sikap menuju keluarga yang lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengetahuan dan sikap keluarga sebelum dan sesudah pemberdayaan pengelolaan sampah.Materi dan Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan rancangan “pre and post design.” Intervensi yang dilakukan adalam pemberdayaan model keluarga mencakup konseling, pelatihan, dan pendampingan. Populasi penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga atau wakilnya yang tinggal di sekitar aliran sungai Cikapundung di Rw 06 Kelurahan Tamansari Bandung Wetan. Pengambilan sampel diambil secara non random. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan observasi. Analisis ststistik untuk uji beda digunakan indepnden T test pada taraf signifikasi 5%.Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 82,6% responden berumur tidak produktif; 56,5% berpendidikan Sekolah Menengah Atas; 87% tidak bekerja; 56,5% berpenghasilan di bawah UMR; 100% muslim, telah tinggal lebih dari satu tahun, sebagian besar mempunyai 4 anggota keluarga. Fasilitas pendukung pengelolaan sampah yang ada di lingkungan mereka adalah tempat pembuangan sampah sementara (TPS, motor angkut sampah, dan ada lembaga bank sampah. Setelah intervensi pemberdayaan, pengetahuan dan sikap mereka sangat baik masing-masing 78,3% dan 82,6%. Hasil analisis statistik menunjukkan ada perbedaan pengetahuan dan sikap secara signifikan antara sebelum dan sesudah intervensi pemberdayaan keluarga  (p=0,001 dan p=0,005).Simpulan: Intervensi pemberdayaan mampu meningkatkan secara signifikan pengetahuan dan sikap keluarga dalam pengelolaan sampah.AbstactTitle: The Increasing of Knowledge and Attitudes of Family Head on Waste Management Through Family Empowerment in Tamansari Urban Village Bandung.Background : Cikapundung river was deteriorated due to the behavior of people who throw garbage directly into the river. Empowerment is an alternative family model that is expected to change knowledge and attitudes towards a better family. This research aimed to analyze the knowledge and attitudes of families before and after the empowerment of waste management.Methods : Type of this research was quasi-experimental design with one group pre and post test design, which is a study design before and after the intervention using a control group without. The form of intervention is the empowerment model families which include counseling, training, and mentoring. The population in this study were all heads of families or representing in citizens association (RW) 06 Sub Tamansari Sub-District Bandung Wetan located around the river flow of Cikapudung river, while the sample is part of the head of household who are respondents, the sampling technique is non-random (accidental). The data collected by interview and observation. Data collector in the form of questionnaires, observation sheets. Analysis of the data by univariate and bivariate dependent T test.Results : The research results showed 82.6% of respondents age groups unproductive, 56.5% high school educated, 87% did not work, 56.5% income below the minimum wage, 100% Muslim, length of stay more than one year, 78.3% of domicile as wives, the number of family members 47.8% more than 4 people. Supporting infrastructure and facilities available in RW 06 in waste management is their shelter temporary garbage (TPS), the motor of garbage (Triseda), and the presence of garbage bank. Knowledge and attitude of the respondent after the intervention, including the excellent category with a percentage of 78.3% for the knowledge and attitude of 82.6%. there are differences in knowledge and attitude of the respondent after the intervention with p = 0.001 for knowledge and p = 0.005 for the attitude.Conclusion : There are significant difference between knowledge and attitudes before and after intervention.
HUJAN ES (HAIL) DI JAKARTA, 20 APRIL 2000 Mimin Karmini
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol. 1 No. 1 (2000): June 2000
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/jstmc.v1i1.2102

Abstract

Hujan es sudah terjadi beberapa kali di Jakarta. Hujan es terjadi lagi di Jakarta Pusat(sekitar Jl. Thamrin) pada tanggal 20 April 2000 pukul 15:15 wib. Kejadian ini seperti taklazim terjadi di Jakarta mengingat Jakarta terletak di wilayah equator. Selain itu, hail sangat jarang terjadi meskipun kilat (badai guntur) sering terjadi di Indonesia. Tulisan iniakan menjelaskan mekanisme terbentuknya hujan es (hail) dalam awan badai, bagaimana hujan es dapat terjadi di Jakarta, dan analisa kondisi cuaca yang mendukung terjadinya hujan es di Jakarta pada tanggal 20 April 2000.Hail has occurred several times in Jakarta. Hail taken place again in Central Jakarta (Jl.Thamrin and vicinity) on 20 April 2000 at 15:15 Western Indonesia Standard Time. It seems unusual event that hail occurs in Jakarta considering that Jakarta is located within equatorial belt. Moreover, hail is hardly to come about even lightnings (thunderstorms)are frequently to occur in Indonesia. This paper will describe the mechanism of hail formation within cloud, how hail could occur in Jakarta, and weather condition analysis that supports hail incidence in Jakarta on 20 April 2000.