Yourike Yasmine Layt
Politeknik Ilmu Pemasyarakatan

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PERAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP NARAPIDANA DENGAN GANGGUAN JIWA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN Yourike Yasmine Layt; Iman Santoso
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha Vol. 9 No. 3 (2021): September, Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jpku.v9i3.41122

Abstract

Gangguan jiwa merupakan suatu keadaan yang dialami oleh seseorang terkait dengan kehidupan, hubungan dengan orang lain, emosional, serta perilakunya. Gangguan jiwa dapat dialami oleh siapa saja, baik laki-laki maupun perempuan. Narapidana yang berada di dalam Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) juga ada yang terdapat gangguan jiwa baik sebelum ia dipidana maupun setelah dipidana. Karena kehidupan yang ada di luar penjara tentunya berbeda dengan di dalam penjara, dimana ia dibatasi kemerdekaannya sehingga ia depresi, halusinasi, stres, hingga gangguan jiwa berat seperti skizofrenia. Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) sebagai tempat pembinaan bagi narapidana agar kelak mereka dapat kembali berada di tengah-tengah masyarakat menjadi pribadi yang lebih baik. Sehingga perlakuan yang diberikan kepada penderita gangguan jiwa berbeda dengan manusia normal. Dimana penderita gangguan jiwa membutuhkan pengobatan untuk memulihkan jiwanya baik melalui minum obat, terapi, dan didampingi oleh petugas media seperti psikolog maupun psikiater. Dukungan sosial dari keluarga, teman, petugas pemasyarakatan, narapidaana lainnya, dan sebagainya juga dibutuhkan untuk membantu keberlangsungan hidup mereka menjadi lebih baik dan mampu menjalani kehidupan seperti sedia kala.
PERAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP NARAPIDANA DENGAN GANGGUAN JIWA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN Yourike Yasmine Layt; Iman Santoso
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha Vol. 10 No. 1 (2022): Februari, Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jpku.v10i1.42696

Abstract

Gangguan jiwa merupakan suatu keadaan yang dialami oleh seseorang terkait dengan kehidupan, hubungan dengan orang lain, emosional, serta perilakunya. Gangguan jiwa dapat dialami oleh siapa saja, baik laki-laki maupun perempuan. Narapidana yang berada di dalam Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) juga ada yang terdapat gangguan jiwa baik sebelum ia dipidana maupun setelah dipidana. Karena kehidupan yang ada di luar penjara tentunya berbeda dengan di dalam penjara, dimana ia dibatasi kemerdekaannya sehingga ia depresi, halusinasi, stres, hingga gangguan jiwa berat seperti skizofrenia. Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) sebagai tempat pembinaan bagi narapidana agar kelak mereka dapat kembali berada di tengah-tengah masyarakat menjadi pribadi yang lebih baik. Sehingga perlakuan yang diberikan kepada penderita gangguan jiwa berbeda dengan manusia normal. Dimana penderita gangguan jiwa membutuhkan pengobatan untuk memulihkan jiwanya baik melalui minum obat, terapi, dan didampingi oleh petugas media seperti psikolog maupun psikiater. Dukungan sosial dari keluarga, teman, petugas pemasyarakatan, narapidaana lainnya, dan sebagainya juga dibutuhkan untuk membantu keberlangsungan hidup mereka menjadi lebih baik dan mampu menjalani kehidupan seperti sedia kala.
PELAKSANAAN ASIMILASI DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN TERBUKA SEBAGAI SALAH SATU WUJUD TERLAKSANANYA SISTEM PEMASYARAKATAN DI INDONESIA Yourike Yasmine Layt; Mitro Subroto
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha Vol. 10 No. 2 (2022): Mei, Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sistem pemidanaan di Indonesia yang sudah berubah menjadi reintegrasi sosial yang diterapkan dalam pemasyarakatan harus menggunakan sistem pemasyarakatan dengan tujuan agar program pembinaan yang diberikan kepada Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) dapat merubah dengan menyadari kesalahannya, dapat memperbaiki dirinya dan tindak mengulangi kembali perbuatannya. LAPAS dalam hal ini menjadi sebuah tempat untuk melakukan program pembinaan yang sesuai dengan sistem pemasyarakatan. Community Based Correction (CBC) salah satu hak narapidana yang harus dipenuhi dengan membaurkan narapidana ditengah-tengah masyarakat melalui asimilasi, PB, CB, CMB, CMK. LAPAS Terbuka merupakan salah satu tempat yang dapat digunakan bagi program asimilasi untuk WBP. Program asimilasi yang diberikan yaitu berupa pembinaan kepribadian, pembinaan kemandirian yang dibaurkan ditengah masyarakat. Yang menjadi pembeda antara LAPAS umum dengan LAPAS Terbuka yaitu pada Bentuk bangunan tidak dibatasi oleh tembok keliling yang tinggi serta Sistem pengamanan bersifat minimum (minimum security).
ANALISIS PENGARUH KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP KEPUASAN NARAPIDANA DAN TAHANAN DI LAPAS KELAS I CIPINANG Yourike Yasmine Layt; Ade Cici Rohayati; Markus Marselinus Soge; Iman Santoso
NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial Vol 10, No 2 (2023): NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/jips.v10i2.2023.655-665

Abstract

Pelayanan kesehatan merupakan salah satu hak narapidana dan tahanan sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2022 Tentang Pemasyarakatan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan kesehatan terhadap kepuasan narapidana dan tahanan, kendala dan cara meningkatkan pelayanan kesehatan di Lapas Kelas I Cipinang. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode campuran dengan sequential explanatory design, yaitu penyebaran kuesioner terhadap 66 responden, wawancara, dan observasi terhadap narapidana, tahanan, dan pengelola Lapas. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara kualitas pelayanan kesehatan dengan kepuasan narapidana dan tahanan di Lapas Kelas I Cipinang dengan nilai R Square sebesar 80,1% dan 10,9% disebabkan oleh faktor lainnya. Kendala dalam pelayanan kesehatan yaitu tidak adanya ruang rawat inap, penggunaan ruang karantina digabungkan antara penyakit menular dan penyakit berat, ketersediaan obat sewaktu-waktu kurang, fasilitas ruang IGD kurang memadai, kurang meratanya edukasi kesehatan yang diberikan, tenaga medis terbatas, belum terpenuhinya secara keseluruhan tenaga medis yang sesuai spesifikasi keilmuan, narapidana kurang mendapatkan perhatian. Cara untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yaitu berkoordinasi dengan instansi lain seperti Dinas Kesehatan, Puskesmas, maupun Rumah Sakit,  pemenuhan jumlah tenaga medis seperti apoteker, ahli gizi, psikolog, sanitarian yang disertai dengan pendidikan dan pelatihan, disediakan dan pisahkan ruangan untuk penyakit menular dan penyakit berat.