Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

PEMERTAHANAN BAHASA DAYAK DEAH DESA PANGELAK KECAMATAN UPAU KABUPATEN TABALONG (LANGUAGE MAINTENANCE OF DAYAK DEAH IN PANGELAK VILLAGE, UPAU SUBDISTRICT, TABALONG REGENCY) Isna Kasmilawati
JURNAL BAHASA, SASTRA DAN PEMBELAJARANNYA Vol 6, No 1 (2016): JURNAL BAHASA, SASTRA DAN PEMBELAJARANNYA (JBSP)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4821.002 KB) | DOI: 10.20527/jbsp.v6i1.3742

Abstract

Pemertahanan Bahasa Dayak Deah Desa Pangelak Kecamatan Upau Kabupaten Tabalong. Bahasa Dayak Deah merupakan bahasa daerah yang memiliki kekhasan sendiri bagi penuturnya yang dijadikan sebagai lambang identitas masyarakat tutur Dayak Deah yang sudah dialihkan dari generasi ke generasi sebagai bahasa ibu, sehingga mereka tetap mempertahankan identitas Dayak Deah melalui penggunaan bahasa Dayak Deah sebagai sarana komunitas utama. Masalah dalam penelitian ini berkaitan dengan93faktor-faktor yang mempengaruhi pemertahanan BDD di Desa Pangelak, Kecamatan Upau, Kabupaten Tabalong. Tujuan penelitian ini difokuskan pada pola-pola penggunaan bahasa oleh informan dalam berbagai ranah, sehingga mendeskripsikan faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pemertahanan BDD di Desa Pangelak. Manfaat penelitian ini dapat memberikan informasi tentang pemertahanan BDD di Desa Pangelak. Secara teoritik dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu bahasa dan sebagai masukan dalam penyusunan dan perencanaan kebijakan bahasa daerah di tingkat Kabupaten Tabalong. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Penggunaan metode deskriptif dalam penelitian Pemertahanan Bahasa Dayak Deah di Desa Pangelak Kecamatan Upau Kabupaten Tabalong sangat sesuai dengan tujuan penelitian dan mudah digunakan karena metode deskriptif, yaitu menggambarkan suatu fenomena tentang Pemertahanan Bahasa Dayak Deah di Desa Pangelak Kecamatan Upau Kabupaten Tabalong. Oleh karena itu, data yang diperlukan ada dua jenis, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara, observasi, dokumentasi, dan kuesioner. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemertahanan BDD masih sangat baik (dipertahankan oleh penuturnya) atau berada dalam kategori dapat bertahan, baik oleh GTDD dan GMDD, sehingga kemungkinan terjadi pergeseran BDD di DP masih relatif kecil sekali. Hal ini dikarenakan warga DD masih konsisten menggunakan BDD di rumah dan di luar rumah berdasarkan situasi dan kondisi.Kata-kata kunci: pemertahanan, bahasa dayak deah
Deiksis dalam Bahasa Dayak Deah Isna Kasmilawati
STILISTIKA: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya Vol 2 No 1 (2017): Stilistika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya
Publisher : STKIP PGRI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (47.998 KB) | DOI: 10.33654/sti.v2i1.384

Abstract

Deiksis merupakan bentuk bahasa yang tidak memiliki acuan yang tetap sehingga maknanya sangat bergantung pada konteks kalimatnya. Dalam ujaran deiksis mempunyai peranan penting, sehingga lawan bicara dapat memahami ujaran tersebut, yang antara lain melalui konteks. Setiap konteks lisan maupun tulisan memliliki latar belakang, tujuan pembicaran dan tempatnya. Peristiwa yang dibicarakan dalam konteks ujaran akan berubah-ubah tergantung situasi ujarannya Subjek penelitian ini, yaitu a) suku asli Dayak Deah, b)berbahasa Dayak Deah dalam kehidupan sehari-hari, c) berumur minimal 40 tahun, dan f) berdomisili di Desa Pangelak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Penggunaan metode deskriptif dalam penelitian Deiksis dalam Bahasa Dayak Deah sangat sesuai dengan tujuan penelitian dan mudah digunakan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara, observasi, dokumentasi. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. (a) wujud deiksis orang dalam bahasa Dayak Deah, (b) wujud deiksi waktu dalam bahasa Dayak Deah, (c) wujud deiksi tempat dalam bahasa Dayak Deah, dan (d) wujud deiksis sosial dalam bahasa Dayak Deah
Register Bidan di Puskesmas Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar Lita Luthfiyanti; Isna Kasmilawati
STILISTIKA: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya Vol 3 No 1 (2018): Stilistika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya
Publisher : STKIP PGRI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (179.279 KB) | DOI: 10.33654/sti.v3i1.508

Abstract

Register merupakan proses atau hasil dari pemakaian kosa kata khusus yang berkaitan dengan jenis pekerjaan maupun kelompok sosial tertentu, sehingga menunjukkan tipe proses sosial yang sedang terjadi. Register merupakan salah satu bentuk gejala variasi bahasa yang disebabkan oleh perbedaan bidang pemakaian dan memiliki ciri-ciri yang secara khusus menyertai atau menyatakan makna. Penggunaan bahasa register bidan ini tidak terlepas faktor situasi dan kondisi terutama yang menyangkut kapan dan dimana bahasa tersebut digunakan. Komunikasi dengan menggunakan bahasa register bidan ini dilakukan di lingkungan komunitas bidan tersebut baik di rumah sakit maupun di puskesmas Sungai Tabuk Kabupaten Banjar Metode pengumpulan data ini dilakukan dengan mendeskripsikan data dalam fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya yang kemudian dianalisis. Tahap pengumpulan data primer yang berkaitan dengan bidan menggunakan teknik simak, cakap, dan catat. Adapun metode yang digunakan untuk menggali data primer adalah metode waawancara. Metode ini akan digunakan dengan bercakap-cakap atau mewawancarai informan utama yaitu bidan pembina secara langsung (tidak beraturan) untuk memperoleh data yang diperlukan. Hasil penelitian ini meliputi [1] Bentuk penggunaan register register bidan. [2] Fungsi penggunaan register bidan di puskesmas Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar, di bedakan menjadi 3, yaitu (a) klasifikasi kelas kata; (b) frasa; dan (c) singkatan. [3] Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan register bidan meliputi: (a) pembicara (partisipan) dan orang yang diajak bicara (persona); (b) sasaran dan isi pembicaraan; (c) sarana (ragam bahasa yang digunakan); dan (d) suasana dan setting pembicaraan.
Pendidikan Karakter dalam Buku Banjar Negeri Harum 1001 Gurindam Karya Haji Iberamsyah Barbary Litha Luthfiyanti; Lili Agustina; Isna Kasmilawati
STILISTIKA: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya Vol 4 No 1 (2019): Stilistika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya
Publisher : STKIP PGRI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (210.015 KB) | DOI: 10.33654/sti.v4i1.968

Abstract

Sebuah karya sastra yang baik adalah karya sastra yang dapat mempengaruhi pembaca sehingga menjadi manusia yang lebih baik. Begitu pula dengan buku Banjar Negeri Harum 1001 Gurindam karya Haji Iberamsyah Barbary yang penuh dengan pesan kebaikan. Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian ini untuk. Mengetahui dan mendeskripsikan pendidikan karakter yang terdapat dalam buku Banjar Negeri Harum 1001 Gurindam Karya Haji Iberamsyah Barbary. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen. Dokumen yang digunakan adalah buku Banjar Negeri Harum 1001 gurindam karya Haji Iberamsyah Barbary. Data dari penelitian ini adalah isi dari gurindam yang terdiri dari 1001 ayat. Teknik pengumpulan data menggunakan dokumen dengan literatur sebagai dokumen dalam penelitian ini. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis mengalir. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter dalam buku Banjar Negeri Harum 1001 Gurindam Karya Haji Iberamsyah Barbary terdapat 18 karakter, yaitu: 1) religius, 2) jujur, 3) toleransi, 4) disiplin, 5) kerja keras, 6) kreatif, 7) mandiri, 8) demokratis, 9) rasa ingin tahu, 10) semangat kebangsaan atau nasionalisme, 11) cinta tanah air, l2) menghargai prestasi, 13) komunikatif, 14) cinta damai, 15) gemar membaca, 16) peduli lingkungan, 17) peduli sosial, 18) tanggung jawab
Pemerolehan Fonologi pada Kasus Azzahra (0-2 Tahun) Lili Agustina; Isna Kasmilawati
STILISTIKA: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya Vol 5 No 1 (2020): Stilistika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya
Publisher : STKIP PGRI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (184.859 KB) | DOI: 10.33654/sti.v5i1.983

Abstract

Perkembangan anak dalam memperoleh bahasa di lingkungannya sangat luar biasa. Anak dengan mudah mengucapkan dan meniru apa yang didengarkan bahkan dapat menyusun sebuah rangkaian bahasa yang tidak pernah anak tersebut dengar. Pemerolehan bahasa (language acquisition) merupakan proses anak memperoleh bahasanya. Pemerolehan bahasa seperti yang dijelaskan oleh para ahli adalah identik dengan pemerolehan bahasa pertama atau bahasa ibu. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah teknik simak dan teknik cakap setiap bunyi yang diucapkan oleh Azzahra. Dengan penggunaan kedua metode ini dapat membantu peneliti untuk mendapatkan data yang diperlukan. Teknik simak yang dilakukan secara alami (natural) setiap bunyi yang diucapkan oleh Azzahra. Hasil penelitian pemerolehan bunyipada kasus Azzahra pada usia (0-1 tahun)yaitupemerolehanbunyivokal, seperti[a], [i], [e], [ꞓ],[u]. Bunyi konsonan yang terdapat padausiainiadalah[b], [p], [m], [n], [d], [k], [y], [t]. Polatersebut berbentuk unit suku kata yang pertama kali muncul adalah KV (konsonan dan vokal). Berdasarkan data suku kata padausiainimemiliki struktur KV,VV, KVK, KV-KV, VKV, KV-KVK. Struktur yang paling banyak ditemukan adalah KVKV. Memasukiusia (2:0) dalam pemerolehan bunyi, Zahra mampu mengucapkan fonem [o], yaitu pada kata /onti aunty/. Fonem bunyi konsonan juga bertambah dengan adanya fonem [j], [w], [s], dan [ή].Pemerolehan suku kata atau silaba pada tahun kedua juga hampir sama dengan tahun pertama. Silaba yang digunakan adalah VK, KV, VKV, KV-KV, VK-VK, VK-KV, KVK, KV-KVK. Bunyi satu suku kata lebih dominan pada tahun kedua, dengan mengucapkan suku kata terakhir setiap kata, misalnya /cing/ ‘kucing’, /pu/ ‘sapu’, /num/ ‘minum’, /kan/ ‘makan’.Berdasarkan data yang telah dikumpulkan pada kasus Azzahra, secara signifikan pemerolehan bahasa umur 2:0 tidak mengalami peningkatan yang pesat. Pada kasus Azzahra lebih banyak menunjuk untuk mengatakan sesuatu, memahami apa yang disampaikankepadanya tetapi tidak secara aktif untuk berkomunikasi di lingkunganya
Kalimat Imperatif dalam Bahasa Lisan Masyarakat Dayak Deah Isna Kasmilawati; Lili Agustina
STILISTIKA: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya Vol 4 No 2 (2019): Stilistika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya
Publisher : STKIP PGRI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (193.443 KB) | DOI: 10.33654/sti.v4i2.996

Abstract

Kalimat imperatif dalam bahasa Dayak Deah sangat beragam jenisnya, bisa saja berisi kalimat perintah yang keras dan kasar, dan bisa juga berupa kalimat perintah dengan permohonan yang santun dan halus.Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Dayak Deah sering menggunakan kalimat perintah baik di rumah, sekolah atau lingkungan masyarakat, yang bersifat ajakan, larangan atau permohonan. Penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan kalimat perintah dalam bahasa lisan Dayak Deah.Penelitian menggunakan metode deskriptif analisis dan studi pustaka.Pada penelitian ini data terkumpul berupa kalimat imperatif dan beberapa tanggapan yang diberikan, karena dalam kalimat imperatif selalu mengharapkan adanya reaksi dari lawan tutur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kalimat imperatif terdapat lima, yaitu kalimat perintah biasa, kalimat perintah permintaan, kalimat perintah ajakan, kalimat perintah, kalimat perintah suruhan, dan kalimat perintah larangan
Penanaman Pendidikan Karakter Anak Melalui Gawai di Era Disrupsi Masa Pandemi Covid-19 Dana Aswadi; Isna Kasmilawati
STILISTIKA: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya Vol 5 No 2 (2020): Stilistika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya
Publisher : STKIP PGRI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (235.323 KB) | DOI: 10.33654/sti.v5i2.1157

Abstract

Era disrupsi merupakan sebuah era perkembangan teknologi yang menggunakan digital dalam kehidupan sehari-hari. Bukan hanya mengenal, digital juga digunakan dalam setiap aktivitas sehari-hari. Dengan perkembangan ini, manusia sudah bisa diprediksikan akan menghadapi kompetitif di bidang apapun. Perubahan dari awalnya menggunakan analog kemudian menggunakan digital memberikan sebuah perubahan pada pendidikan anak, khususnya di sekolah. Pendidikan karakter perlu dibina sejak dini, dari PAUD, SD, SMP, SMA, sampai dengan kuliah. Dengan pendidikan karakter ini, anak akan memiliki karakter yang positif dan kuat sehingga mampu membuat hubungan sosial yang baik serta mampu meningkatkan prestasi pendidikan di sekolah. Bukan hanya itu, pendidikan karakter ini akan menumbuhkan dan mengembangakan berbagai karakter positif. Ditambah lagi, dengan berangkat ke era digitalisasi sekarang, sekolah menjadi salah satu penunjang penumbuhan dan pengembangan sikap dan pengetahuan anak sehingga mampu menggunakan digitalisasi ke hal yang positif. Sekolah menjadi salah satu tempat yang akan menjadi visioner dalam hal digitalisasi. Oleh karena itu, diperlukan sekolah yang menjadi wadah sebagai pendidikan yang berbasis digitalisasi. Gawai sebagai bagian dari era ini memberikan berbagai kemudahan serta pengetahuan, baik dalam bentuk pemahaman berbagai ilmu pengetahuan atau juga berbagai penanaman karakter anak. Pendidikan karakter menjadi salah satu pekerjaan rumah bagi sekolah di era sekarang ini. Hal ini dikarenakan masih banyaknya para pendidik yang memahami sistem secara analog. Oleh karena itu, perlu kiranya pembenahan diri agar mau mempelajari tentang teknologi sekarang ini, khusunya gawai. Sebenarnya, dengan penggunaan gawai, sekolah mampu menumbuhkan berbagai karakter anak. Hal ini tentunya dengan pengawasan serta pembimbingan dari pihak sekolah. Dari berbagai hal yang telah diuraikan, perlu kiranya untuk membahas tentang penanaman pendidikan karakter di era disrupsi sekarang ini. Dengan pembahasan ini, sekolah akan membuka diri untuk penggunaan gawai bagi siswanya yang disesuaikan dengan penggunaannya pada sebuah materi. Pendidikan karakter yang ada di sekolah dengan menggunakan gawai bisa berupa karakter religius, kebijaksanaan, tanggung jawab, pengendalian diri, disiplin, kerja keras, percaya diri, berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, rasa ingin tahu, dan integritas.
PENGGUNAAN METODE SUKU KATA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA SISWA KELAS 1 SDN SEMANGAT DALAM 5 Alimuddin A. Djawad; Isna Kasmilawati; Muhammad Ridho Ginting
STILISTIKA: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya Vol 7 No 2 (2022): Stilistika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya
Publisher : STKIP PGRI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33654/sti.v7i2.2117

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan membaca permulaan di SDN Semangat Dalam 5 bertujuan untuk memaparkan peningkatan kemampuan membaca permulaan pada siswa kelas 1 melalui metode suku kata. Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang bersifat deskriptif kuantitatif dan kualitatif dengan mengambil subjek penelitian pada siswa kelas 1 dengan jumlah 20 siswa yang berlokasi di SDN Semangat Dalam 5. Model yang digunakan adalah model Kurt Lewin (1946). Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari 4 tahapan. Empat tahap utama yang ada pada setiap siklus terdiri dari: 1) perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) pengamatan, dan 4) refleksi. Hasil penelitian menunjukan ketuntasan peningkatan kemampuan membaca permulaan pada siklus I mencapai 35% kategori “mulai berkembang”, 55% kategori “berkembang sesuai harapan”, dan 10% kategori “berkembang sangat baik”. Kemudian pada siklus II 85% kategori “berkembang sangat baik”, 15% kategori “berkembang sesuai harapan”.