Fajar Awalia Yulianto
Bagian Ilmu Kesehatan Masyakarat, Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Bandung, Bandung

Published : 23 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

Probability of Hypertension in Advancing Ages of Women Fajar Awalia Yulianto; Nurul Romadhona; Febyana Rosarianto; Vihannis Rahmanda; Salman Barlian; Tresya Anggi Tania; Romy Reynaldi Gunawan; Sumayya Nuri Fuadana Aulia Ul Haque; Rifa Nataputri; Aulia Nur Amalia; Paulina Maresta; Haris Nugroho
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 8, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (522.649 KB) | DOI: 10.29313/gmhc.v8i2.6340

Abstract

Hypertension is a problem in Indonesia, with 34.1% prevalence. The number reflected the number of hypertensive patients in the 2016 clinic report of Pasirjambu Public Health Center as the most prominent non-communicable disease. This research aimed to discover the specific age of onset and risk factors of hypertension in the village where the health center located. A rapid survey collected the data in May 2017, where 210 women (representing their household) were chosen by randomization inside their respective clusters. Risk factors were analyzed by a robust and parsimonious logistic regression model along with probability count on age as the final prediction. The prevalence of hypertension was 59.5% (95%CI=52.9, 66.2%). Risk factors for hypertension were age (OR=1.06, p=0.00), stress (OR=1.74, p=0.09) and family history (OR=1.99, p=0.03) but the protective factor was consumption frequency of salty food (OR=0.64, p=0.10). In conclusion, a woman would have a 42.9% chance (95%CI=33.7, 52.1%) for having hypertension at 40 years old of age after adjusted by other risk factors. Despite only two modifiable risk factors that can be intervened with, it would be worth trying to decrease the pace of onset in hypertension and the prevalence. KEMUNGKINAN HIPERTENSI BERDASAR ATAS USIA PADA WANITAHipertensi merupakan sebuah masalah di Indonesia dengan prevalensi sebesar 34,1%, angka tersebut terlihat dalam laporan tahunan Puskesmas Pasirjambu sebagai penyakit tidak menular terbanyak di wilayah kerjanya. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui usia munculnya hipertensi dan faktor risikonya. Pengumpulan data dilakukan melalui survei cepat di bulan Mei 2017, melibatkan 210 wanita yang mewakili  rumah tangganya dipilih secara random. Faktor risiko dianalisis menggunakan regresi logistik dengan hasil akhir berupa prediksi kemungkinan. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi hipertensi sebesar 59,5% (IK95%=52,9; 66,2%). Usia (OR=1,06; p=0,00), stres (OR=1,74; p=0,09) dan riwayat hipertensi dalam keluarga (OR=1,99; p=0,03) menjadi faktor risiko, sedangkan frekuensi konsumsi makanan asin (OR=0,64; p=0,10) menjadi faktor protektif. Setelah adjusted terhadap variabel lain, kemungkinan untuk hipertensi seorang wanita usia 40 tahun sebesar 42,9% (IK95%=33,7; 52,1%). Pencegahan untuk menurunkan prevalensi dan laju insidensi dapat dilakukan pada usia tersebut walaupun hanya ada dua faktor risiko yang dapat dimodifikasi.
Faktor Prediksi Perforasi Apendiks pada Penderita Apendisitis Akut Dewasa di RS Al-Ihsan Kabupaten Bandung Periode 2013–2014 Fajar Awalia Yulianto; R. Kince Sakinah; M. Insan Kamil; Tri Yunis Miko Wahono
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 4, No 2 (2016)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (150.87 KB) | DOI: 10.29313/gmhc.v4i2.1844

Abstract

Morbiditas dan mortalitas apendisitis akut disebabkan oleh perkembangan apendisitis akut menjadi perforasi apendiks. Hal-hal yang menyebabkan kerentanan apendiks belum banyak diteliti dan belum diketahui penyebab pastinya. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat memprediksi terjadinya perforasi apendiks. Penelitian dengan desain kasus kontrol menggunakan data sekunder berupa rekam medis penderita apendisitis akut dewasa di RS Al-Ihsan Kabupaten Bandung tahun 2013–2014 dengan jumlah kasus (perforasi apendiks) 36 kasus dan kontrol (nonperforasi) 93 kasus. Analisis data yang dilakukan meliputi deskriptif, chi-square, receiver operating characteristic, dan regresi logistik multivariat. Dua faktor prediksi yang bermakna sebagai faktor prediksi perforasi apendiks dalam analisis regresi logistik multivariat adalah suhu badan di atas 37,5°C dengan odds ratio (OR) 7,54 (IK 95%: 2,01–28,33), jumlah leukosit di atas 11.500/mm3 dengan OR 12,12 (IK 95%: 4,03–36,48). Perlu validasi pemeriksaan suhu badan di RS, penelitian lebih lanjut untuk mencari faktor prediksi lainnya, persiapan operasi segera untuk pencegahan komplikasi perforasi apendiks, dan pemberian informasi ke masyarakat bahwa sakit perut dapat bersifat gawat darurat. PREDICTIVE FACTORS FOR PERFORATED APPENDIX IN ACUTE APPENDICITIS ADULT PATIENTS IN AL-IHSAN HOSPITAL BANDUNG REGENCY 2013–2014Appendix perforation is the causation for acute appendicitis morbidity and mortality. Factors that may cause appendix vulnerability has not been extensively studied before and the main cause is still yet unknown. The goal of this study was to analyze what factors that could be used to predict appendix perforation. This study was a case control study using 2013–2014 medical records in Al-Ihsan Hospital Bandung Regency as data. Case group pooled from 36 perforated appendix adult (above 15 years old) patients, while control group pooled from 93 non perforated appendix adult patients. Data analysis conducted were descriptive, chi-square, receiver operating characteristic, and multivariate logistic regression. There were two prediction factors which significantly associated with perforated appendix. Those were body temperature above 37.5°C with odds ratio (OR) 7.54 (95% CI: 2.01–28.33), and leucocytes count above 11,500/mm3 with OR 12.12 (95% CI: 4.03–36.48). Further studies and body temperature validation on each hospital are needed to find other prediction factors, preparing pre operative equipment for immediate definite measure like surgery to prevent the complication of perforated appendix, and education to people that abdominal pain is not always causing by gastric problem and it might be a case of emergency.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta Diare Akut di SMP Plus Pesantren Baiturrahman Bandung Novy Latifah Nurul F; Fajar Awalia Yulianto; Yoyoh Yusroh; Siska Nia Irasanti; Dony Septriana Rosady
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 1, No 2 (2019): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v1i2.4349

Abstract

Angka morbiditas dan mortalitas akibat penyakit diare didunia masih sangat tinggi terutama pada negara berkembang. Diare merupakan penyebab kematian ke-4 pada golongan semua umur di Indonesia, serta angka morbiditasnya menempati urutan ke-5 di Kota Bandung. Faktor risiko terjadinya diare berkaitan dengan program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara PHBS dengan kejadian diare akut pada siswa kelas VIII SMP Plus Pesantren Baiturrahman Bandung. Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Subjek terdiri dari 140 responden, secara consecutive sampling. Pengambilan data menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai PHBS tatanan intitusi pendidikan serta kejadian diare akut. Uji statistik menggunakan chi square. Hasil penelitian didapatkan lebih banyak responden yang tidak melakukan PHBS (55%) dibandingkan responden yang melakukan PHBS (45%). Sebagian besar tidak mengalami diare akut (75%) dan sebagian kecil mengalami diare akut (25%). Hasil penelitian ini memperlihatkan terdapat hubungan antara PHBS dengan kejadian diare akut pada siswa kelas VIII SMP Plus Pesantren Baiturrahman Bandung (p value = 0,001). Penelitian ini menunjukan pentingnya praktik PHBS pada lingkup siswa SMP. CLEAN LIVING AND HEALTHY BEHAVIOURS AND ACUTE DIARRHEA IN JUNIOR HIGH SCHOOL OF BAITURRAHMAN BOARDING SCHOOL BANDUNGThe number of morbidity and mortality due to diarrhea disease in the world is still high, especially in the developing countries. Diarrhea is the fourth cause of death in all age groups in Indonesian, with the morbidity number ranks fifth in Bandung city. Some of risk factors of diarrhea are related with the Clean Living and Healthy Behaviours (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat=PHBS). This research was aimed to analyze the relationship between PHBS and the occurance of acute diarrhea in 8th grade Junior High School students of Baiturrahman Boarding School Bandung. This research used observational analytic method with cross sectional approach during May 2018. The subjects obtained 140 respondents in consecutive sampling. Data retrieval used questionnaire which contains the questions about PHBS and the occurance of acute diarrhea. Statistical test used chi square with SPSS. The result of the research shows that more respondents did not do PHBS (55%) than respondents who do PHBS (45%). The number of occurance of acute diarrhea mostly did not occur acute diarrhea (75%) and some had acute diarrhea (25%). Chi square test results obtained p value = 0.001. Therefore it can be concluded that there is a relationship between PHBS and the occurance of acute diarrhea in 8th grade Junior High School students of Baiturrahman Boarding School Bandung. It is very impotance to do PHBS on the scope of junior high school students.
Hubungan Pengetahuan dan Sikap terhadap Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri di PT Sarandi Karya Nugraha Sukabumi Livia Assyifa Rachman; Fajar Awalia Yulianto; M. Ahmad Djojosugito; Mia Yasmina Andarini; Tony S. Djajakusumah
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 2, No 2 (2020): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v2i2.4341

Abstract

Berdasarkan data International Labour Organization (ILO) tahun 2013, satu pekerja di dunia meninggal disebabkan oleh kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja setiap 15 detik. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat karakteristik usia, dan pengetahuan serta hubungan pengetahuan, sikap, lingkungan, pendapatan dan pendidikan dengan perilaku penggunaan alat pelindung diri di PT Sarandi Karya Nugraha Sukabumi. Metode penelitian adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian adalah karyawan PT Sarandi Karya Nugraha Sukabumi yang bekerja di bagian gudang dan processing (n=80) yang diambil secara simple random sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuisioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia responden paling banyak adalah dewasa awal (18-40 tahun). Responden juga memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi terhadap APD. Tidak ada hubungan antara pengetahuan (p=0,17), sikap (p=0,84), pendapatan (p=0,27), lingkungan (p=0,61), pendidikan (p=1,00) dengan perilaku penggunaan alat pelindung diri di PT Sarandi Karya Nugraha Sukabumi. RELATIONSHIP BETWEEN KNOWLEDGE AND ATTITUDE WITH BEHAVIOR OF USING PERSONAL PROTECTICVE EQUIPMENT IN PT SARANDI KARYA NUGRAHA SUKABUMIBased on the 2013 data from the International Labour Organization (ILO), one worker dies due to workplace accidents and 160 workers suffer from work-related injuries every 15 seconds worldwide. The purpose of this study was to determine the characteristic of age and knowledge and the relationship between knowledge, attitude, environment, income, education with behavior of using personal protective equipment in PT Sarandi Karya Nugraha Sukabumi. The study was analytic observational study with cross sectional approach. The sample was the employee of PT Sarandi Karya Nugraha who worked in processing department (n=80) with simple random sampling. The instrument of this study was questionnaire. The result of the study was most respondents were early adult (18-40 years old). Respondents had a good knowledge and there was no relationship between knowledge (p=0.17), attitude (p=0.84), income (p=0.27), environment (p=0.61), education (p=1.00) with behavior of using personal protective equipment in PT Sarandi Karya Nugraha Sukabumi.
Hubungan Pola Minum dengan Perubahan Indeks Massa Tubuh pada Mahasiswa Tingkat Satu Fakultas Kedokteran Unisba Silma Nur Awali Wardah; Fajar Awalia Yulianto; Wiwiek Setiowulan
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 2, No 1 (2020): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v2i1.5576

Abstract

Indeks massa tubuh (IMT) adalah ukuran untuk menunjukkan status gizi pada orang dewasa. Kuliah yang sangat padat menjadi salah satu alasan untuk melewatkan minum dan  dapat memengaruhi status gizi yang berujung overwight dan underwight sehingga menyebabkan peningkatan risiko penyakit tidak menular. Tujuan penelitian mengetahui hubungan pola minum dengan perubahan IMT pada mahasiswa tingkat satu Fakultas Kedokteran Uiversitas Islam Bandung. Jenis penelitian adalah analitik observasional dengan desain kohort prospektif pada 73 responden yang dilakukan pada bulan April hingga Juni 2019. Data pola minum diambil dengan metode food recall 24 jam setiap 3 kali dalam seminggu selama 2 bulan dan IMT diambil dengan pengukuran berat badan dan tinggi badan sebanyak 3 kali dalam 2 bulan. Data dianalisis menggunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar mahasiswa tingkat satu konsumsi air hariannya masih di bawah rekomendasi jumlah air minum, yaitu sebanyak 55 orang (63%) konsumsi harian kurang dari 1 liter/hari. Nilai tengah konsumsi minuman berpemanis adalah 348 mL/hari di atas konsumsi dunia. Uji chi square menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna pola minum dengan perubahan IMT (p=0,85). Simpulan, tidak terdapat hubungan pola minum dengan perubahan IMT.  RELATIONSHIP DRINKING PATTERNS AND CHANGES IN THE BODY MASS INDEX TO STUDENTS LEVEL ONE FACULTY OF MEDICINE UNISBABody mass index (BMI) is a measure to indicate nutritional status in adults. A very hectic lecture class is one reason to skip drinking and can affect nutritional status which results in overweight and underweight, which causes an increased risk of non-communicable diseases. The purpose of this study was to determine the relationship between drinking patterns and changes in BMI among first-year students at the Faculty of Medicine, Unisba. This type of research was an observational analytic with a prospective cohort design on 73 respondents conducted in April to June 2019. Drinking habit data was taken by food recall method 24 hours every 3 times a week for 2 months and BMI is taken by measuring body weight and height as much as 3 times in 2 months. Data were analyzed using chi square test. The results showed that most of the first year students had their daily water consumption still below the recommended amount of drinking water, which was 55 people (63%) daily consumption of less than 1 liter per day. The median consumption of sweetened drinks was 348 mL/day above world consumption. Chi square test showed no significant relationship between drinking habit with changes in BMI (p=0.85). In conclusion, there is no relationship drinking pattern and changes in BMI.
Systematical Review : Pengaruh Olahraga Sepeda terhadap Penurunan Berat Badan Pada Dewasa Muda Aulia Rahma; Devy Claudia; Fajar Awalia Yulianto; Nurul Romadhona
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 3, No 1 (2021): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v3i1.7427

Abstract

Kelebihan berat badan menjadi masalah kesehatan yang serius di dunia karena hal ini dapat menyebabkan sindrom metabolik hingga mengarah pada kematian. Kelebihan berat badan dapat diatasi dengan berbagai cara dengan salah satunya olahraga. Akhir-akhir ini bersepeda menjadi aktivitas olahraga yang banyak digemari di era modern. Penelitian ini bertujuan mengetahui apakah olahraga bersepeda dapat memengaruhi penurunan berat badan pada dewasa muda. Penelitian ini menggunakan metode systematical review. Database yang digunakan, yaitu Pubmed dan ProQuest dengan kata kunci “bicycling”, “weight loss”, “body weight change” dan “adult”. PICOS pada penelitian ini, yaitu Populasi (dewasa muda), Intervensi (olahraga sepeda), Outcome (penurunan berat badan), Study (Randomized Control Trial dan Clinical trial). Jumlah jurnal yang didapat dari dua database yaitu 79 jurnal, kemudian dilakukan screening hingga didapatkan 3 jurnal. Jurnal ini diambil dari tahun 2010‒2020. Hasil penelitian ini menunjukkan dua artikel dari tiga artikel yang diperoleh bahwa olahraga bersepeda berpengaruh terhadap penurunan berat badan. Durasi bersepeda selama 30‒55 menit dengan frekuensi tiga sampai lima kali dalam seminggu dengan intensitas sedang dan pengendalian asupan makanan dapat menurunkan berat badan. The Effect of Bicycle Exercise on Weight Loss in Young Adults: Systematical ReviewBeing overweight is a serious health problem in the world because it can lead to metabolic syndrome leading to death. Being overweight can be overcome in various ways with one of them is exercise. Lately cycling has become a much-loved sporting activity in the modern era. The study aims to find out if cycling can affect weight loss in young adults. This research uses systematical review method. Database used, namely Pubmed and ProQuest with keywords "bicycling", "weight loss", "body weight change" and "adult". PICOS in this study are Population (young adult), Intervention (bicycle sports), Outcome (weight loss), Study (Randomized Control Trial and Clinical trial). The number of journals obtained from two databases, namely 79 journals, was then screened until 3 journals were obtained. This journal was taken from 2010‒2020. The results of this study showed two articles from three articles obtained that cycling sports have an effect on weight loss. Cycling duration for 30‒55 minutes with a frequency of three to five times a week with moderate intensity and the control of food intake can lose weight.
Dampak Program Jaminan Kesehatan Nasional Terhadap Utilisasi Layanan Kesehatan Pasien Kanker Serviks Hilmi Sulaiman Rathomi; Fajar Awalia Yulianto; Nurul Romadhona
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia Vol 7, No 3 (2018)
Publisher : Center for Health Policy and Management

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (441.441 KB) | DOI: 10.22146/jkki.38260

Abstract

Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan yang berkualitas, termasuk masyarakat dengan penyakit katastropik seperti kanker serviks. Pasien kanker serviks seringkali gagal mendapatkan layanan yang optimal dan terdiagnosis pada stadium yang lebih lanjut sehingga menimbulkan beban ekonomi dan kesehatan yang amat berat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi dampak keberadaan JKN terhadap utilisasi layanan kesehatan pasien kanker serviks. Penelitian ini adalah studi cross sectional yang dilakukan di 2 Rumah Sakit di Kota dan Kabupaten Bandung pada periode 2013 – 2017. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei – Agustus 2018 dengan mengambil seluruh data rekam medis yang tercatat secara lengkap (total sampling). Data dianalisis dengan software STATA versi 13 dengan uji fisher exact. Dari 85 rekam medis yang tercatat secara lengkap didapatkan nilai tengah usia pasien adalah 49 (28 – 80), mengalami paritas 3 kali (0-9), 85% berstatus menikah, 88% merupakan ibu rumah tangga, 68% menggunakan jaminan kesehatan, dan 51% terdiagnosis pada stadium lanjut. Setelah penerapan JKN, terlihat adanya peningkatan utilisasi layanan kesehatan untuk kasus kanker serviks, terutama setelah tahun ketiga. Usia pasien yang terdiagnosis cenderung semakin muda, hampir seluruh pasien menggunakan BPJS untuk pembiayaan, dan stadium saat awal terdiagnosis cenderung semakin dini. Dari uji statistik didapatkan perbedaan bermakna antara periode sebelum dan setelah JKN dari aspek cara pembiayaan (p= 0.00), namun tidak didapatkan perbedaan bermakna pada stadium saat awal terdiagnosis (p> 0.05). Dapat disimpulkan bahwa JKN memiliki dampak terhadap utilisasi dan pola berobat pasien kanker serviks.
Prescription Writing Errors in Clinical Clerkship among Medical Students Raden Anita Indriyanti; Fajar Awalia Yulianto; Yuke Andriane
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 7, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (59.885 KB) | DOI: 10.29313/gmhc.v7i1.4069

Abstract

Prescription is an instruction written by a medical practitioner to give a drug or device for a patient. The proper prescription will contribute to speedy recovery or healing process for the patient. Clinical clerkship must have an excellent competency to choose the right medication and prescribe the appropriate drugs or therapy. This study aims to analyze the common error in prescription's writing in clinical clerkship among medical students at their final examination to be a medical doctor. This study used the analytic method to 609 sheets of prescription from 180 clerkship students in their last try out on objective structured clinical examination (OSCE) at the Faculty of Medicine Universitas Islam Bandung in March 2018. Analyzed the component that every prescription should have, which consists of patient identity, superscription, inscription, subscription, and signatures. The result showed that more than half of the clerkship students made an error in subscription (50.25%) and signatures items (55.83%), while most of them had written down properly the patient identity (77.5%), superscription (83.74%), and inscription (78.98%). As a result, with more than half error in a prescription written in subscription and signature item, the failure of giving adequate therapy will cause a low recovery or healing process to the patients. Moreover, it may harm or cause death to the patients. In conclusion, more than half of medical students made common errors in prescription's writing. KESALAHAN PENULISAN RESEP PADA MAHASISWA KOASISTENSI FAKULTAS KEDOKTERANResep merupakan instruksi yang ditulis oleh tenaga medis untuk memberikan obat atau seperangkat alat kepada pasien. Peresepan yang tepat akan membawa proses pemulihan dan penyembuhan terhadap pasien. Mahasiswa kedokteran yang menjalankan masa koasisten harus memiliki kompetensi yang baik untuk memilih dan menuliskan terapi yang sesuai. Penelitian ini bertujuan menganalisis kesalahan umum dalam penulisan resep pada mahasiswa kedokteran yang akan menghadapi ujian akhir untuk menjadi seorang dokter. Penelitian ini menggunakan metode analitik terhadap 609 lembar resep dari 180 mahasiswa kedokteran yang sedang melaksanakan try out akhir objective structured clinical examination (OSCE) di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung pada Maret 2018. Dianalisis setiap komponen yang harus ada dalam penulisan resep, yaitu identitas pasien, superskripsi, inskripsi, subskripsi, dan signature. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari setengah mahasiswa melakukan kesalahan pada item subskripsi (50,25%) dan signature (55,83%), sedangkan sebagian besar sudah menulis dengan baik pada item identitas pasien (77,5%), superskripsi (83,74%), dan inskripsi (78,98%). Akibatnya, dengan lebih dari setengah jumlah kesalahan dalam penulisan item subskripsi dan signature maka kegagalan dalam memberikan terapi yang adekuat dapat menyebabkan angka kesembuhan yang rendah, terlebih lagi dapat menimbulkan bahaya bahkan kematian terhadap pasien. Simpulan, lebih dari setengah mahasiswa kedokteran melakukan kesalahan umum dalam penulisan resep.
Pemanfaatan Kalender 4M Sebagai Alat Bantu Meningkatkan Peran Serta Masyarakat dalam Pemberantasan dan Pencegahan Demam Berdarah Titik Respati; Eka Nurhayati; Mahmudah Mahmudah; Yudi Feriandi; Budiman Budiman; Fajar Awalia Yulianto; Kince Sakinah
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 4, No 2 (2016)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (986.144 KB) | DOI: 10.29313/gmhc.v4i2.1858

Abstract

Upaya pemberantasan sarang nyamuk yang dikenal selama ini adalah gerakan 3M, yaitu Menguras-Menutup-Mengubur. Program ini belum berjalan dengan optimal terbukti dengan masih tingginya insidensi DBD dan masih terjadi kejadian luar biasa. Dibutuhkan monitoring yang kuat untuk mencapai keberhasilan 3M. Penelitian ini bertujuan mempergunakan alat bantu berupa kalender 4M (Menguras-Menutup-Mengubur-Monitor) untuk dipergunakan sebagai alat monitoring dalam program pemberantasan sarang nyamuk. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode studi kasus menggunakan teknik wawancara mendalam dan diskusi grup terfokus. Metode sampling yang digunakan adalah maximal variation sampling dengan teknik analisis triangulasi. Informan berasal dari Dinas Kesehatan Kota Bandung, Puskesmas Tamansari, dan Kader Kesehatan di Kelurahan Tamansari selama bulan Juli 2015. Berdasarkan analisis data didapatkan bahwa masalah yang terjadi adalah pengabaian aktivitas rutin seperti 3M karena tidak terdapat mekanisme monitoring dan feedback. Salah satu keunggulan yang ada di lingkungan adalah motivasi dan partisipasi kader. Simpulan, kalender 4M berhasil dikembangkan sebagai sarana monitoring sekaligus edukasi untuk masyarakat. Kalender 4M merupakan alat bantu yang memfasilitasi keberadaan kader dalam mendukung program 3M. 4M CALENDAR AS MONITORING TOOLS TO INCREASE COMMUNITY PARTICIPATION IN DENGUE CONTROL PROGRAMDengue prevention program in Indonesia, 3M, Menguras-Menutup-Mengubur have not been optimal as can be seen from the still high cases of dengue and some outbreak in several areas. A good monitoring process is needed to ensure the success of this program. This study aimed to develop monitoring tools to assist monitoring process in dengue prevention program. This was a qualitative study with case study approach using in-depth interview and focus group discussion with informants from Bandung City Health Department, Tamansari Health center and community cadres on July 2015. Sample method used was maximal variation sampling with triangulation analysis method. Results showed community participation hindered by the lack of monitoring and feedback tools. On the other hands participations from cadres were good that can be used to support 3M program. In conclusion, to assist the monitoring process, a tool—4M (Menguras-Menutup-Mengubur-Monitor) calendar—is developed to assist health cadres in supporting 3M program through monitoring process as well as for education purposes. A strong commitment and collaboration between cadres and community is needed to ensure the success of 3M program.
Folic Acid Usual Doses Decrease the Buccal Micronucleus Frequency on Smokers Yuktiana Kharisma; Meta Maulida Damayanti; Fajar Awalia Yulianto; Santun Bhekti Rahimah; Winni Maharani; Meike Rachmawati; Herri S. Sastramihardja; Muhammad Alief Abdul ‘Aziiz; Muhammad Ilham Halim
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 7, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (89.007 KB) | DOI: 10.29313/gmhc.v7i2.4414

Abstract

Cigarette contains toxic chemical compounds that trigger DNA instability. Initial genotoxic oral cavity characterized by the appearance of micronucleus (MN) in the buccal mucosa. Folate is needed in maintaining DNA stability. This study aimed to compare the effects of folic acid usual doses (400 mcg and 1.000 mcg) on the MN frequency of buccal mucosa in active smokers. It is a clinical trial conducted in November 2018 in the Laboratory of the Faculty of Medicine, Universitas Islam Bandung of 53 active smokers who divided into two treatment groups. Group A was administered by 400 mcg and group B 1,000 mcg folic acid supplementation within three weeks. The buccal mucosa smear stained with hematoxylin-eosin (HE) and observed through a light microscope with 100× and 400× magnification. Data were analyzed by the Wilcoxon test statistically. The results showed that there was a significant decrease (p=0.00) in MN frequency in folic acid supplementation for three weeks, namely group A=6.39±3.92 and group B=6.93±5.82 in pre-supplementation, and group A=3.80±2.66 and group B=3.31±2.71 post-supplementation of folic acid. Giving a dose of 400 mcg and 1,000 mcg for three weeks did not provide significant results (p=0.94) with Kruskal-Wallis test. In conclusion, administration of folic acid at usual dose give results to a decrease in the buccal mucosa MN frequency in active smokers. ASAM FOLAT DOSIS LAZIM MENURUNKAN FREKUENSI MIKRONUKLEUS MUKOSA BUKAL PADA PEROKOKAsap rokok mengandung senyawa kimia toksik yang memicu ketidakstabilan DNA. Deteksi genotoksik awal  rongga mulut ditandai dengan kemunculan mikronukleus (MN) pada mukosa bukal. Folat diperlukan dalam menjaga kestabilan DNA. Penelitian ini bertujuan mengetahui efek asam folat dosis lazim (400 mcg dan 1.000 mcg) terhadap frekuensi MN mukosa bukal pada perokok aktif. Penelitian ini merupakan uji klinis yang dilakukan pada bulan November 2018 di Laboratorium Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Bandung terhadap 53 perokok aktif yang dibagi ke dalam dua kelompok perlakuan. Kelompok A mendapatkan suplementasi asam folat 400 mcg dan kelompok B mendapatkan suplementasi asam folat 1.000 mcg selama tiga pekan. Apus mukosa bukal diwarnai dengan hematoxylin-eosin (HE) dan diamati melalui mikroskop cahaya dengan pembesaran 100× dan 400x. Data dianalisis dengan uji Wilcoxon secara statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat penurunan frekuensi MN yang signifikan (p=0.00) terhadap suplementasi asam folat selama tiga minggu, yaitu kelompok A=3,80±2,66 dan kelompok B=3,31±2,71 pada pre-suplementasi, serta kelompok A=6,39±3,92 dan kelompok B=6,93±5,82 pascasuplementasi asam folat. Pemberian dosis 400 mcg dan 1.000 mcg selama tiga minggu tidak memberikan hasil yang bermakna (p=0,94) berdasar atas Uji Kruskal-Wallis. Simpulan, pemberian asam folat dosis lazim memberikan hasil baik terhadap penurunan frekuensi MN mukosa bukal pada perokok aktif.